JAKARTA — Bagi masyarakat DKI Jakarta khususnya masyarakat Betawi ada pepatah yang mengatakan “Anak Betawi kudu bisa silat, kudu bisa ngaji”. Pepatah tersebut memperlihatkan betapa pentingnya ibadah membaca Al Quran yang sudah mengakar hingga ke nilai-nilai kebudayaan sehari-hari. Bahkan membaca Al Quran sudah diajarkan sejak dini pada waktu sore hari sepulang sekolah.
Namun, kegiatan mengaji di sore hari makin hari kian terkikis dengan pesatnya kemajuan zaman. Mungkin hal itu bisa kita temui di daerah ataupun wilayah pemukiman di Ibu Kota, salah satunya Roemah Mengadji yang ada di Kelurahan Jatinegara, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur. Masih mempertahankan nuansa Betawi tempo dulu, Roemah Mengadji ingin mempertahankan budaya untuk mengajarkan anak-anak membaca Al Quran sejak dini.
H. Muhammad Amin selaku pendiri dari Roemah Mengaji ingin sekali menjaga tradisi positif serta mempertahankan nilai-nilai keislaman di lingkungan masyarakat. Bahkan kegiatan mengaji di Roemah Mengadji ini sebenarnya sudah ada sejak tahun 70-an yang didirikan oleh sang kakek pada masa lalu.
“Kegiatan mengaji yang ada di sini sebenarnya sudah ada turun-temurun sejak zaman kakek saya dulu, saya dan anak-anak saya pun termasuk mengaji di sini juga. Beberapa waktu yang lalu saya pugar dan berdirilah Roemah Mengadji ini, tujuannya sebagai sarana bagi masyarakat khususnya anak-anak di wilayah ini bisa membaca Al Quran untuk bekal kehidupan masing-masing,” jelasnya.
Melihat nilai-nilai kebaikan yang telah lama hidup di Roemah Mengadji, Dompet Dhuafa mendukung aktivitas mengaji para anak-anak di sana dengan menyalurkan 50 eksemplar Al Quran, pada Jumat (10/6/2022). Al Quran yang dihadirkan ini merupakan hasil penghimpunan dari orang-orang baik melalui platform Pedooli.
Roemah Mengadji menurut pengakuan H. Muhammad Amin sejak awal berdiri belum pernah mendapatkan bantuan dari pihak manapun, selama ini hanya bantuan seikhlasnya dari masyarakat sekitar yang ingin menyumbangkan sesuatu untuk mendukung anak-anak mengaji. Hal ini karena Roemah Mengadji masih mempertahankan gaya tradisional tanpa adanya administrasi yang rigid dalam pengelolaannya, padahal semangat mengaji para anak-anak di sini sangat membutuhkan dukungan serta perhatian dari kita semua.
“Ini pertama kalinya ada yang datang untuk memberikan bantuan kepada Roemah Mengadji. Dompet Dhuafa menjadi yang pertama, karena sebelumnya kami selalu terbentur dengan administrasi yang berbelit sedangkan kami di sini masih mempertahankan pengelolaan tradisional agar semua orang bisa ikut mengaji di sini,” sambung H. Muhammad Amin.
Pedooli kali ini mempercayakan penyaluran donasi kebaikan dari para penggunanya melalui Dompet Dhuafa dalam program Sedekah Al Quran. Program ini merupakan upaya memberikan akses Al Quran kepada masyarakat sampai ke pelosok negeri. Sebagai negara dengan populasi muslim terbanyak di dunia, ternyata pemenuhan kebutuhan Al Quran baru mencapai 2% dari total kebutuhan 2 (dua) juta Al Quran setiap tahunnya.
“Mewakili seluruh anak-anak dan orang-orang yang ada di Roemah Mengadji, saya mengucapkan banyak terima kasih atas atensi dan bantuan sedekah Al Quran dari Dompet Dhuafa dan Pedooli pada kesempatan ini. Semoga kebaikan yang dilakukan mendapatkan balasan berlipat-lipat ganda dari Allah SWT.,” pungkasnya. (Dompet Dhuafa / Arlen)