DEPOK, JAWA BARAT — Pada babak kedua penampilan Goro-goro oleh Suluk Nusantara, di saat semua penonton masih asyik menari dan bernyanyi, Semar kembali dari semedinya. “Kok rame sekali, ada apa ini?” cetusnya, seketika situasi menjadi hening setelahnya.
“Habis rame-rame Romo, tapi bukan rame antri minyak goreng,” jawab Bagong.
“Ndadak minyak goreng go rebutan. Aku kemarin nemu minyak goreng satu tangki tumpah,” ucap Gareng menimpali.
“Sedih harga-harga naik, minyak goreng naik, gas naik, bensin juga naik,” tambah Petruk.
“Gak usah panik, banyak alternatif,” cetus Bagong mencoba melerai.
Semar menanggapi dengan bijak, “Mulo toh Ngger, kita itu jangan gampang panik, jangan gampang diadu orang lain. Sebaiknya kita tetap guyub rukun, sayuk rukun karo konco-konco.” Tembang Sayuk kemudian dinyanyikan menandakan Goro-goro siap lanjut ke babak ketiga.
Kemudian Semar mengatakan, bahwa situasi yang seperti sekarang ini memang akan banyak dimanfaatkan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Semua orang itu bakal “Ngunduh wohing pakarti”. Untuk itu bertindaklah dengan hati-hati, karena semuanya akan ngunduh kebaikan di hari nanti. Maka hiduplah memuliakan nama Allah, Gusti Ingkang Murbeng Dumadi.
Petruk menanggapi, “Sekarang ini banyak korupsi akibat lupa diri, perampokan karena untuk menutupi kebutuhan ekonomi sehari-hari. Yang keterlaluan, ada anak-anak di bawah umur diperkosa sama gurunya.”
“Maka pesan Romo yang di depan tadi jangan disepelekan, camkan dan jalankan. Ben ora akeh kejadian sing koyo kuwi,” tutur Semar menasihati.
Gareng mencoba menyodorkan sebuah solusi, “Kalau untuk mengatasi situasi kenaikan harga-harga, sebaiknya kita jangan panik. Kita manfaatkan yang ada di sekeliling kita. Yang ada lahan, yuk bercocok tanam. Yang hobi tanaman hias, tapi tidak ada halaman, pakai pot-pot atau rak tanaman. Ingin tanaman produktif ya harus kreatif. Intinya ayo rame-rame Gugur Gunung.”
Demikian adalah ulasan pagelaran seni wayang orang oleh para lansia di Suluk Nusantara Dompet Dhuafa. Sebagai lembaga filantropi, kemanusiaan, dakwah dan juga budaya, Dompet Dhuafa bermaksud mengajak seluruh elemen masyarakat untuk peduli dengan budaya. Sebab kekayaan budaya lah yang menjadikan Indonesia besar. Selain itu, budaya juga menjadi sarana media dakwah Islam yang efektif yang telah diterapkan oleh para wali di masa lalu.
Melalui Sanggar Suluk Nusantara yang bermarkas di Depok Mulya 1, Blok K, No. 90, Beji, Depok, Dompet Dhuafa juga ingin memberdayakan para lansia supaya terus mendapatkan peran di tengah kemajuan zaman. Sebab sejatinya, lansia adalah harta karun yang mewarisi kekayaan pikiran, budaya, dan agama. (Dompet Dhuafa / Muthohar)