Pementasan Goro-goro di Suluk Nusantara: Bahas Kekayaan Hati Hingga Minyak yang Harus Ngantri (Bagian Satu)

DEPOK, JAWA BARAT — Suluk Nusantara Dompet Dhuafa binaan Bambang Wiwoho dan Trusti Mulyono mengadakan pertunjukan pentas Krida Lansia pada Sabtu (4/6/2022) di Sanggar Suluk, Depok, Jawa Barat. Krida Lansia kali ini mementaskan “Goro-goro”. Goro-goro merupakan babak dalam sebuah pagelaran wayang yang ditandai dengan kemunculan para punakawan. Isinya merupakan petuah/pitutur/wejangan yang diselingi kisah humor segar oleh para punakawan.

Penekanan pementasan “Goro-goro” kali ini adalah Semar memberikan nasihat kepada ketiga anaknya Gareng, Petruk dan Bagong yang sedih melihat kondisi masyarakat yang semakin tidak karuan. Tokoh Semar diperankan langsung oleh Ketua Sanggar Suluk Nusantara, Iskandar Ismanadji. Sedangkan Gareng diperankan oleh Pak Agus, Petruk oleh Nurma Nurwito dan Bagong oleh Meneer Yogi.

Dari belakang para penonton, empat punakawan berjalan memasuki area panggung

Diiringi dengan lantunan tembang Lancaran Mbok yo Mesem, satu persatu para punakawan berjalan di antara para penonton menuju area panggung. Goro-goro kali ini dibagi menjadi 3 (tiga) babak. Babak pertama berisi nasihat-nasihat Semar kepada tiga anaknya.

“Ngger, anak-anakku. Romomu lagi prihatin. Coba lihat lelucon jagad yang lagi seru-serunya. Banyak orang berebut kekayaan duniawi dan pangkat. Mereka merasa sudah paling kuat, sampai lupa bahwa dunia bakal kiamat. Mereka lupa merawat wasiat, yang penting untuk dunia bukan akhirat. Anak-anakku, yang kamu lihat jangan ditiru. Ingat-ingat nasehat Romomu, yang pasti bermanfaat buat kehidupanmu,” tutur Semar kepada Gareng, Petruk dan Bagong.

Semar adalah nama tokoh utama dalam punakawan di pewayangan Jawa. Pada sesi Goro-goro, tokoh ini menjadi pengasuh sekaligus penasihat kepada ketiga anaknya, khususnya pada sesi Goro-goro.
Setidaknya ada 7 (tujuh) tembang yang dilantunkan untuk mengiringi pertunjukan selama sesi Goro-goro, yaitu tembang yaitu Lancaran Mbokyo Mesem, Srepeg Lancaran – Mentog-mentog, Srepeg Lancaran – Kupu Kuwi, Pangkur Gambyong / Ladrang Pangkur Slindro 9, Srepeg Lancaran – Sayuk, Lancaran Kuwi Opo Kuwi, dan Srepeg Lancaran – Gugur Gunung/ Pelog Barang

Semar melanjutkan nasihatnya, bahwa yang dimaksud kekayaan itu bukan berupa emas picis rojo brono (harta karun) yang gampang musnah. Akan tetapi yang dimaksud kekayaan itu adalah “Jembare ati sing koyo segoro”, dan bisa menerima kenyataan, kepastian dari Gusti Allah Ingkang Murbeng Dumadi lan Ingkang Akaryo Jagad. Semar kemudian pamit untuk bersemedi.

Gareng, Petruk dan Bagong melanjutkan obrolan tentang situasi masyarakat Indonesia saat ini dengan dikemas dalam guyonan-guyonan ringan. Selain itu, disela-sela acara juga disisipkan tembangan-tembangan yang ditampilkan oleh anggota Sanggar Suluk Nusantara. (Dompet Dhuafa / Muthohar)