Pengguna Jenius Aktif Tunjang Ceruk Baca Sekolah-sekolah di Lebak

LEBAK, BANTEN — Kepedulian para pengguna Jenius terhadap pendidikan anak sangatlah tinggi. Kepedulian tersebut bahkan sampai di pelosok-pelosok negeri. Kali ini, gugahan hati para pengguna Jenius hadir untuk pendidikan di pelosok Lebak, Banten. Pada Kamis (10/3/2022), layanan perbankan dari BTPN ini bersama Dompet Dhuafa menggelontorkan donasinya untuk program Ceruk Ilmu di Lebak. Diwakili oleh masing-masing kepala sekolah, sebanyak 20 sekolah dasar yang terpilih, berkumpul di SDN 2 Sukaharja, Kecamatan Cikulur, Kabupaten Lebak untuk mengokohkan literasi anak-anak Banten.

Selain para kepala sekolah, acara ini juga mempertemukan aktivis guru-guru Sekolah Literasi Indonesia (SLI), manajemen Dompet Dhuafa, perwakilan dari Dinas Pendidikan dan Kementerian Agama Kabupaten Lebak, juga tak terkecuali para siswa. Dengan sokongan dari Jenius, Program Ceruk Baca oleh SLI di Lebak ini diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme kepala sekolah/madrasah dan guru serta dapat membangun kualitas mutu pendidikan sekolah/madrasah berbasis literasi.

Direktur Dakwah, Budaya dan Pelayanan Masyarakat, Ahmad Sonhaji menyamnpaikan, program SLI secara terstruktur dan berkala memiliki kesinambungan dalam mengimplementasikan pendidikan secara praktis. Program pendampingan SLI pada Ceruk Baca bersama Jenius ini akan berlangsung selama sebelas bulan untuk 20 sekolah/madrasah yang berada di Kecamatan Cikulur & Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak.

“Salah satu program khas SLI untuk meningkatkan budaya literasi di sekolah adalah dengan adanya ceruk ilmu/pojok baca di setiap kelas. Sebagai bentuk dukungan dari Jenius, Dompet Dhuafa melalui program SLI akan memberikan sejumlah fasilitas pendukung ceruk ilmu di 20 sekolah yang terpilih,” ujar Ustad Son.

Beberapa waktu lalu, program ini telah diawali dengan seleksi sekolah mulai dari seleksi berkas hingga visitasi sekolah langsung yang dilaksanakan pada tanggal 9-21 September 2021. Dari situ diperoleh 20 SD/MI yang memenuhi syarat dan kriteria sebagai penerima manfaat dari Dompet Dhuafa Pendidikan bersama Jenius.

Leliana BM selaku Kepsek SDN 2 Sukaharja mengatakan, hadirnya program SLI di sekolahnya memberikan dampak perubahan yang sangat besar bagi siswanya. Sejak Bulan Oktober 2021, ia mengirim guru-guru di sekolahnya secara bergantian untuk mengikuti semua pelatihan yang diadakan oleh SLI. Sepulangnya guru yang dikirim, guru tersebut berkewajiban untuk menyampaikan ilmu kepada guru-guru lain. Sehingga setelahnya, semua guru langsung bisa mengaplikasikannya di kelas masing-masing.

“Banyak hal-hal baru yang didapat setiap kali guru mengikuti SLI. Salah satunya yaitu kini di setiap kelas dibuat Ceruk Ilmu. Dari Ceruk Ilmu, masih banyak kegiatan atau teknik-teknik mengajar yang menyenangkan yang dapat dilakukan. Siswa-siswa pun merasa senang dan menyukainya. Ceruk Ilmu ini juga mempererat hubungan dan memperhangat komunikasi antara siswa dan guru,” jelas Liana.

Salah satu siswi kelas 6 SD, Nur Halimah mengaku suka dan senang dengan metode pengajaran yang ada di Ceruk Ilmu. Kesukaannya membaca buku-buku dongeng membuatnya sering menghampiri Ceruk Ilmu di kelasnya saat waktu senggang. Hadirnya Ceruk Ilmu di kelasnya juga membuatnya tertarik untuk membaca buku-buku bacaan lainnya.

Begitu juga dengan Siti Nur Milati Sakinah, siswi kelas 5 SDN 2 Sukaharja, mengaku hal yang disenangt di kelas adalah saat sesi di Ceruk Ilmu. Sebab belajarnya tidak kaku dan bisa sambil bermain. Permainan-permainan yang disampaikan oleh guru sangat menyenangkan.

“Senang karena banyak permainan. Buku-bukunya juga banyak yang bergambar,” ucap Siti dengan kepolosannya.

Pewarta acara ini mencoba menyelidiki guru yang pertama kali mengikuti SLI. Ia adalah Hamdawati (52), wanita asal Kampung Cihingkik, Desa Sukaharja, Kecamatan Cikulur. Ia kemudian menceritakan perjuangan dan tekadnya untuk mengambil ilmu-ilmu SLI supaya dapat diterapkan kepada anak-anak didiknya. Katanya, beberapa kali lokasi pelatihan sangat jauh. Namun apapun rintangannya, ia tetap berupaya datang meskipun kadang telat.

“Pernah juga hujan lebat trus jauh, sedangkan saya kan sudah tidak berani naik motor. Tapi saya tetap harus berangkat demi siswa-siswa saya,” ucapnya.

Tidak hanya Bu Hamdawati yang memiliki tekad tinggi untuk menyerap ilmu-ilmu SLI. Guru-guru dari 20 sekolah yang ikut dalam program SLI ini juga memiliki antusias yang sangat tinggi. Maka akan amat disayangkan jika semangat mereka tidak difasilitasi. Anak-anak sekolah yang ada di pelosok ini sejatinya mampu menjadi generasi cerdas yang kelak mampu membangun bangsa dengan baik dan bijak. (Dompet Dhuafa / Muthohar)