CIANJUR, JAWA BARAT — “Awalnya dari rasa takut. Jangankan evakuasi, dengar kata innalillahi aja tidurnya tidak nyenyak,” terang Erika Widianti (23).
Erika merupakan anggota Dompet Dhuafa Volunteer (DDV) Jawa Barat. Saat ini, ia sedang menjadi satu-satunya perempuan dalam tim pencarian dan pertolongan (SAR) Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa dalam percepatan penanganan gempa bumi di Cianjur.
“Semenjak hari pertama, hanya saya sendiri perempuan dalam tim evakuasi,” terang Erika.
Perempuan asal Bandung ini memiliki seorang suami yang juga tergabung dalam lembaga kemanusiaan di Indonesia. Sang ibu juga merupakan relawan kemanusiaan yang bergerak di bidang kesehatan.
Sebelum menjadi tim SAR, ia merupakan relawan yang juga bergerak di bidang kesehatan. Tugasnya mengantarkan pasien yang tidak mampu untuk mendapatkan pelayanan medis yang layak. Jumlah pasien yang ia jemput sudah tidak terhitung. Sehingga membuat dia berani menjadi tim SAR.
“Memang sudah terbiasa mengurusi jenazah,” lanjutnya.
Terhitung, ia sudah menekuni aksi SAR selama satu tahun. Sehingga kegiatan pencarian dan pertolongan seperti mengangkat puing-puing reruntuhan, mengangkat kantong jenazah dan lainnya sudah ia lakukan.
Erika menuturkan alasan ia tertarik bergabung karena rasa kemanusiaan. Ia mencoba membayangkan apabila ia berada di posisi korban yang sedang membutuhkan bantuan. Ia merasakan langsung duka yang dialami korban.
“Ketika melihat korban kecelakaan dan nggak ada yang menolong, di situ saya timbul rasa menolong. Walaupun rasa takut saat melihat korban tetap ada dan membuat saya susah tidur,” imbuhnya.
“Cukup membekas di ingatan saya ketika melakukan evakuasi korban anak kecil. Karena hal itu mengingatkan saya kepada anak dan adik saya di rumah: bagaimana jika korban tersebut adalah anak dan adik saya? Sehingga setiap melihat jenazah saya pasti merasa kehilangan juga walaupun jenazah itu orang lain,” pungkasnya.
Demi mengobati kerinduan, setiap kali memulai aksi, pada pagi hari ia akan melakukan video call group dengan keluarganya. Mengabari kondisi satu sama lain. Saling menyemangati dan mendoakan satu sama lain. Namun sesekali dalam beberapa kesempatan, ia bertemu dengan sang suami di lokasi pencarian korban bencana. Seperti belum lama ini ia bertemu dengan suami di salah satu titik pencarian korban gempa bumi di Cianjur.
“Walaupun beda lokasi, tapi kita saling mendoakan dan kita nggak saling ketemu. Sekalinya ketemu di lokasi lapangan,” tambahnya.
Meski demikian ia tetap berharap yang terbaik untuk penyintas bencana di mana pun berada. Ia berharap keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan. Bagi keluarga yang meninggal dalam keadaan husnul khotimah. Serta anak-anak tidak mengalami trauma berkepanjangan. Selama ia berada dalam aksi kemanusiaan ia sangat bersyukur bisa memberikan bantuan dan sumbangsih bagi penyintas maupun dunia kemanusiaan.
“Alhamdulillah bisa bermanfaat untuk rekan dan saudara kita di tanah air,” tutup Erika. (Dompet Dhuafa / DMC / Fajar)