YOGYAKARTA — Dompet Dhuafa terus berupaya menjaga kepercayaan dan keterlibatan donatur dengan mengajak mereka ke lokasi program-program pemberdayaan. Kegiatan ini dikemas dalam bentuk Cuti Berbagi Yogyakarta dengan tajuk “Learning to Bring Happiness”, yang digelar pada Selasa—Kamis (3—5/12/2024) di wilayah Imogiri dan Gunung Kidul, Yogyakarta.
Kegiatan ini tidak hanya menunjukkan transparansi dalam pelaporan, tetapi juga memberikan kesempatan bagi donatur untuk berpartisipasi dalam program-program yang sudah berjalan secara berkelanjutan. Melalui aktivitas voluntarisme, Dompet Dhuafa mencoba menghubungkan donatur dengan para local heroes dan penerima manfaat secara langsung.
Sebanyak 15 donatur terlibat dalam Cuti Berbagi Yogyakarta. Perjalanan dimulai dengan mengunjungi program pengolahan Aloe Vera yang dibina oleh Dompet Dhuafa Yogyakarta. Program ini mencakup dua produk utama, yakni Rasane Vera, yang menawarkan produk makanan dan minuman sehat seperti Nata de Aloe Vera, Aloe Vera Cube Drink, Aloe Liquid, Aloe Fiber, Pure Aloe Vera Slice, dan Mr. Kriuk’s. Serta, Aloe Land, yang berfokus pada wisata edukasi menyeluruh terkait budi daya hingga pengolahan Aloe Vera.
Baca juga: Aloe Vera: Potensi Ekonomi Baru di Magelang
Dalam kunjungannya ke Kampung Edukasi Aloe Vera di Dusun Jeruklegi, Gunung Kidul, para donatur bertemu Alan Efendi, penerima manfaat program Dompet Dhuafa sekaligus local leader budi daya Aloe Vera sejak 2017. Berkat pendampingan program tersebut, Alan berhasil mengembangkan budi daya dan berbagai produk olahan Aloe Vera yang kini menjadi unggulan wilayahnya. Sebelumnya, ia telah memulai budi daya Aloe Vera secara mandiri sejak 2014.
“Melalui dukungan Dompet Dhuafa, kami membangun sistem budi daya berkelanjutan, melatih para petani lokal, hingga menciptakan produk hilir bernilai ekonomi tinggi,” kata Alan.
Produk Aloe Vera dengan merek Rasane Vera kini dipasarkan secara nasional dan sedang mempersiapkan ekspor ke pasar internasional. Alan Efendi memilih fokus pada olahan makanan dan minuman karena hanya membutuhkan modal kecil, namun berdampak besar. Strategi ini dirancang untuk tidak hanya mengembangkan budi daya dan pengolahan, tetapi juga melibatkan masyarakat sekitar, sehingga memberikan manfaat ekonomi yang lebih luas.
“Dengan harapan apa, nanti mereka budi daya, mereka bisa menjual dan mereka bisa meningkatkan perekonomian. Makin ke sini tidak hanya menjual mentah, mereka juga bisa menjual dalam bentuk olahan jadi yang mana mereka saya latih juga,” tambah Alan.
Baca juga: Budi Daya Bunga Telang Ambudhipa, Upaya Dompet Dhuafa Berdayakan Ibu-Ibu Banten
Pada 2017–2018, Dompet Dhuafa membagikan bibit Aloe Vera gratis dengan melibatkan 100 ibu-ibu, lengkap dengan alat pertanian dan pelatihan budi daya. Hal ini berhasil meningkatkan kualitas hasil panen dan mendukung pemasaran produk Aloe Vera dengan merek Rasane Vera, yang kini banyak dipasarkan di toko oleh-oleh dan objek wisata.
Berkat keberlanjutan program ini, dusun-dusun terpencil di Gunung Kidul ikut terdampak secara positif. Tidak hanya melalui Aloe Vera, tetapi juga potensi lain di wilayah tersebut. Pada 2023, Dompet Dhuafa memperluas program ini dengan mendirikan Aloe Land, tempat wisata edukasi yang mengintegrasikan budi daya, pengolahan, hingga pemasaran Aloe Vera, sekaligus menjadi sarana belajar bagi pelajar dan lembaga lain untuk menerapkan konsep serupa di daerah mereka. Dengan luas lahan budi daya -+3500 meter persegi, serta memiliki petani binaan sebanyak 115 orang.
“Satu dekade usaha ini telah saya jalani, dan insyaallah semangatnya masih membara, saya dan ibu-ibu di sekitar sini yang menanam Aloe Vera. Alhamdulillah yang di Magelang juga sebagai mitra dengan saya juga melalui program Dompet Dhuafa juga, melalui zakat yang diberikan ternyata bisa seluas ini manfaatnya. Jadi memang alhamdulillah banget kita tetap berjalan dengan Dompet Dhuafa dan masih banyak lagi program atau planning ke depan meningkatkan dan memperkenalkan Aloe Vera di kancah nasional maupun internasional,” tambah Alan.
Penjualan Rasane Vera terus meningkat sejak awal dipasarkan melalui toko kelontong kecil. Dalam tiga tahun, produk ini mulai dikenal dan merambah ke toko oleh-oleh serta pasar agen dan distributor di berbagai kota. Seiring meningkatnya permintaan, kapasitas produksi ditingkatkan. Langkah ini berhasil memperluas jangkauan pasar, meski sebagian besar proses produksi masih dilakukan secara manual.
Tidak cukup sampai di situ, para donatur juga diperkenalkan kepada Suyatmi, seorang pengrajin lurik dari Klaten, yang merupakan bagian dari program pemberdayaan Dompet Dhuafa, yaitu Lurik Aulia. Pada tahun 2017, Dompet Dhuafa menawarkan pendampingan kepada para penenun untuk meningkatkan kualitas produksi, khususnya melalui pewarnaan alami (organik).
Pendampingan ini mencakup pemberian modal, alat tenun, serta pelatihan, yang awalnya melibatkan kelompok beranggotakan tujuh orang. Kini, anggota kelompok telah memiliki merek masing-masing dan aktif memberdayakan warga sekitar untuk mendukung proses produksi lurik.
“Dulu hanya memproduksi kain kasar, tapi sekarang kami menciptakan berbagai produk seperti baju, celana, tas, dan bahkan berbahan lurik. Setelah ada pendampingan itu alhamdulillah ekonomi kami semakin meningkat. Terima kasih bapak ibu semua,” imbuh Suyatmi.
Baca juga: Dompet Dhuafa Terus Dorong Program Budi Daya Ikan Nila di Sumatra Barat
Selain mengunjungi lokasi program, para donatur turut berpartisipasi dalam Program Antar Kebaikan. Dalam kegiatan ini, mereka secara langsung menyerahkan bantuan berupa alat salat dan santunan kepada guru ngaji dan dai yang berada di wilayah pelosok Gunung Kidul.
Salah satu donatur yang berpartisipasi adalah Yasril. Lebih dari tujuh tahun ia mengenal Dompet Dhuafa. Ia merasa senang sekaligus bangga ketika melihat langsung implementasi dari dana zakat yang telah disalurkan oleh Dompet Dhuafa.
“Di sini happiness-nya dapet. Nah kesannya kita makin dekat dengan Dompet Dhuafa dan layanannya. Kita diajak berkunjung ke beberapa tempat di mana mereka adalah penerima bantuan Dompet Dhuafa dan yang kita lihat itu bagaimana mereka mengembangkan usahanya, di situlah kita lihat pentingnya dari adanya Dompet Dhuafa jadi masyarakat yang menerima pun masyarakat sekitarnya itu merasakan, dan itu yang membuat kami merasakan kepuasan, dan merasakan bahwa Dompet Dhuafa itu ada dan bisa bermanfaat untuk warga lainnya,” tutur Yasril.
“Kemarin di Aloe Vera kita juga berkunjung ke Aloe Vera bagaimana mereka mengelola usahanya, ke tempat Batik, ke Aloe Vera juga, membuat lurik, dan itu yang membuat kita semakin yakin bahwa Dompet Dhuafa itu betul-betul menyalurkan apa yang sudah dititipkan dan itu menjadi kebanggan kami dan itu menjadi saksi juga, kami melihat bahwa usaha-usaha yang dilakukan itu ternyata banyak manfaatnya,” tutupnya. (Dompet Dhuafa)
Teks dan foto: Anndini Dwi Putri
Penyunting: Dhika