Sepenggal Kisah Perjalanan Menyusuri Masjid Runtuh Dampak Gempa Cianjur (Bagian Satu)

CIANJUR, JAWA BARAT — Gerimis air hujan yang turun sore itu, Rabu (4/1/2023), tidak menyurutkan semangat tim Dompet Dhuafa untuk menilik masjid-masjid yang rusak dan runtuh akibat gempa magnitudo 5,6 yang mengguncang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, pada Senin (21/11/2022) siang.

Licinnya tanah dan jalanan terasa ketika tim melangkahkan satu demi satu kaki di atasnya. Saat itu, segenap warga mulai bersiap-siap menunggu suara azan maghrib berkumandang. Beberapa remaja terlihat duduk seraya menyapa orang-orang yang melawatinya.

Tim Dompet Dhuafa mendapati sebuah masjid yang terdampak parah oleh gempa. Setiba di pelataran masjid yang penuh dengan puing-puing bekas bangunan runtuh, seorang pria berbaju batik dengan peci putih di kepalanya berjalan menghampiri. Tepat di depan pintu masjid yang begitu memprihatinkan kondisinya, mereka bertemu dan saling menyapa.

Dari kiri ke kanan: Nur Hafifah, Zaini Tafrikhan, Pak Dadan, Pak Ade, Muhammad Irvan.

Perkenalan pun terjadi. Dengan ramah, pria tersebut menyebutkan namanya adalah Ade, tokoh masyarakat Kampung Rancapincung, Desa Cibulakan, Cugeunang, Cianjur, Jawa Barat. Di pihak lain, satu per satu tim Dompet Dhuafa memperkenalkan diri, yaitu Zaini Tafrikan, Muhammad Irvan, dan Nur Hafifah.

Selanjutnya, Ade memperkenalkan masjid yang berdiri rapuh di sampingnya dengan nama Masjid Al Barokah. Masjid ini menyatu dengan pondok kecil, yaitu Pondok Syirkatul Fiqriyah.

Percakapan kemudian berlangsung dengan saling bertukar cerita. Ade mengatakan karena saking tuanya, masjid ini tidak diketahui pasti kapan dibangunnya. Masjid ini sudah ada sejak dulu saat ia masih usia dini.

Pak Ade menunjuk bagian masjid yang rusak paling parah.

Berbagai aktivitas keagamaan di masjid ini telah berlangsung lama sejak Ade masih kecil. Di antara kegiatan yang sering ia ikuti, selain salat 5 waktu dan salah jumat, adalah peringatan hari besar Islam, pengajian untuk bagi ikhawan, pengajian bagi para akhwat, pendidikan Alquran bagi anak-anak, hingga musyawarah warga.

“Dari kecil saya ngaji di sini, belajar Alquran di sini, salat di sini. Tapi sekarang sedih melihat masjid ini hancur,” kisahnya.

Baca Lanjutannya: Sepenggal Kisah Perjalanan Menyusuri Masjid Runtuh Dampak Gempa Cianjur (Bagian Dua)