CIANJUR, JAWA BARAT — Tak hanya bagian luar masjid yang rusak dan hancur, pemandangan setiap mata menyusuri sejumlah titik dalam masjid pun terlihat begitu memprihatinkan. Ada kubah yang sudah lepas dan jatuh, genteng-genteng berguguran, bahkan dinding-dindingnya pun retak seakan ingin ambruk.
Baca Sebelumnya: Sepenggal Kisah Perjalanan Menyusuri Masjid Runtuh Dampak Gempa Cianjur (Bagian Dua)
Sepanjang pengamatan mata ketika melintasi kawasan terdampak gempa dari Kota Cianjur menuju Kampung Rancapincung, terdapat sejumlah masjid yang juga rusak tidak bisa lagi digunakan, seperti salah satunya juga Masjid Al Munawwarah yang terletak di Kp. Cieundeur, RT 01 RW 01, Desa Bunisari, Warungkondang.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, jumlah rumah dan bangunan yang rusak cukup banyak, meliputi fasilitas pendidikan, fasilitas ibadah dan perkantoran. Data kerusakan infrastruktur ini terus bertambah setiap harinya. Per Jumat (25/11/2022), ada sebanyak 363 sekolah yang rusak dan 144 tempat ibadah yang hancur.
Sejatinya gempa itu tidak membunuh dan melukai, tetapi bangunan yang tidak memenuhi standar aman gempa yang ambruk menimpa penghuninya menjadi penyebab jatuhnya korban jiwa dan luka-luka, termasuk atap rumah dan bangunan tua juga rawan mencederai.
Baca Juga: Warga Desa Bunisari Impikan Masjidnya Kokoh Kembali
Gempa Cianjur telah menyebabkan korban meninggal dunia dan luka-luka. BNPB mencatat korban tewas akibat gempa bermagnitudo (M) 5,6 di Cianjur, Jawa Barat, per Selasa (13/12/2022) pagi sebanyak 335 orang.
Sementara itu, untuk jumlah warga mengungsi sebanyak 73.693 orang. Saat ini, Dompet Dhuafa bersama melalui unit-unit organ yang dikomandoi oleh Disaster Management Center (DMC) terus melakukan penanganan pascabencana. Unit organ lainnya pun terus dikerahkan di antaranya Lembaga Pengembangan Insani (LPI), Layanan Kesehatan Cuma-cuma (LKC), Lembaga Pelayan Masyarakat (LPM), hingga Badan Pemulasaraan Jenazah (Barzah).
“Warga berharap ada bantuan untuk masjid sehingga mereka bisa beraktivitas ibadah kembali,” ungkap Ade.
Suara kumandang azan memecah perbincangan. Warga pun hanyut oleh suara azan yang dikumandangkan menghadap kiblat oleh salah seorang warga. Dengan khitmad menanti, mereka siap menggelar salat maghrib berjamaah di atas terpal beratapkan tenda oranye milik BNPB. Di sini lah, warga sehari-hari melakukan kegiatan keagamaan untuk sementara.
Sahabat baik! Kejadian gempa Cianjur merupakan duka kita semua. Ini bukan tentang mereka yang terdampak saja, namun juga #IniTentangKita. Mereka adalah kita. Al Barokah adalah satu dari ratusan masjid yang rusak akibat gempa. Mari bantu mewujudkan warga Cianjur memiliki tempat ibadah yang nyaman melalui https://donasi.dompetdhuafa.org/wakafcianjurbangkit/. (Dompet Dhuafa / Muthohar)