YOGYAKARTA — Yogyakarta, bukan hanya cerita sejarah dan keindahannya saja yang bisa dinikmati. Di balik itu, ada banyak kisah perjuangan dalam menapaki kehidupan yang fana ini. Yulia, satu dari banyaknya anak-anak di Yogyakarta yang harus menjalani kehidupan sekuat batu karang, penuh pengorbanan dan perjuangan.
Gadis manis nan santun bernama lengkap Hamida Yulia Artha itu tengah sibuk, hilir mudik menuju dapur dan teras rumahnya. Sambil menyeka keringatnya, dengan cekatan ia membantu sang ibu yang sedang memasak untuk menyiapkan menu Jasa Boga (katering).
Yulia merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Ia yang kini tinggal hanya bersama sang ibu dan kakaknya itu, tidak menyangka ketika Tim Dompet Dhuafa mengetuk pintu rumahnya, membawakan sebuah paket berisikan School Kit untuk menunjang aktivitas belajarnya di sekolah.
Paket School Kit itu berupa perlengkapan kebutuhan sekolah, seperti tas dan alat tulis. School Kit ini merupakan hasil kolaborasi kebaikan yang terjalin antara Tokopedia dan Dompet Dhuafa, melalui layanan donasi yang ada pada aplikasi Tokopedia.
Baca juga: J-Rocks dan Bajawa Kopi Ajak Berbagi Kado Yatim
Setelah kepergian sang ayah, ketiga srikandi itu saling berpegang tangan dan saling melengkapi. Ibunya, Dwi Murdiani memiliki usaha josa boga yang tengah naik daun. Di saat bulan Ramadan, pesanannya justru kian melonjak, ada yang datang dari masjid, bank, maupun untuk buka bersama.
Yulia adalah seorang anak yang cerdas dan punya semangat yang tinggi untuk belajar. Ia selalu termotivasi oleh ibunya yang bekerja keras demi pendidikannya. Yulia menyatakan bahwa di rumah kegiatan bersih-bersih seperti menyapu dan mencuci piring dilakukannya secara rutin. Selaini tu, ia juga mencuci dan merapikan pakaian untuk dimasukkan ke dalam lemari. Sementara di jasa boga, Yulia membantu sang ibu dengan tugas-tugas seperti mengkliping dus dan menyusun makanan ke dalamnya. Setelah menyelesaikan persiapan makanan, biasanya Yulia mengantarkannya ke masjid, membawa empat dus sekaligus.
“Saya suka bantuin ibu. Bantuin masak, masukkan bumbu dan sayur, terus sama noto-noto (menata) makanan, sama masukin makanan ke dus. Kalau sudah selesai menata nasi, itu diantarkan. Senang banget bisa bantu, karena ‘kan (Ibu) sudah bayarin aku untuk sekolah dan ikut klub karate,” ujar Yulia.
Baca juga: Salurkan Kado Yatim Untuk 30 Santri Bani Ibrahim
Semburat fajar yang mulai merayap, tak jauh berbeda dengan derap langkah Yulia yang gigih dan tak kenal lelah dalam mengejar impian menjadi seorang atlet taekwondo. Meski harus seimbang antara membantu ibunya, aktif di sekolah, dan juga berpartisipasi dalam kegiatan luar sekolah seperti tergabung menjadi anggota klub Taekwondo.
“Nah, siangnya bisa bantuin Ibu dulu dan sorenya bisa lanjut latihan. Di sekolah ikut (taekwondo) dan di klub luar juga ikut (taekwondo). Karena kasihan Ibu, kalau nggak ada yang bantuin, karena Ibu cuma sendiri ‘kan, jadi saya harus bantuin,” tambah Yulia.
“Kemarin, meskipun belum meraih kemenangan dalam lomba PBI bulan November, saya nggak menyerah. Saya tetap semangat dan siap menghadapi tantangan berikutnya, seperti lomba yang akan diadakan di SMA Teladan besok. Saya sudah bergabung dengan Pleton Inti (Tonti) Senopati dan rutin berlatih setiap minggunya, dari jam 8 pagi hingga jam 10 pagi. Baru-baru ini, saya juga mengikuti pelantikan Tonti. Saya berencana untuk terus meningkatkan prestasi, dan jika ada kesempatan, saya akan kembali mengikuti UKT untuk mendapatkan sabuk ijo strip yang lebih tinggi,” tambah Yulia.
Bak buah jatuh tak jauh dari pohonnya, seorang ibu bukan hanya guru pertama dalam hal akhlak budi pekerti, tetapi juga mendukung pembelajaran formal anak-anaknya. Dari mengeja abjad hingga membimbing tugas rumah, seorang ibu memberikan dorongan tanpa henti. Dwi Murdiani (56) ibunda dari Yulia rela membanting tulang seorang diri demi pendidikan anak-anaknya. Dalam setiap langkahnya, Dwi memberikan cinta dan perhatian tanpa batas untuk kedua anaknya.
“Saya kebetulan mengurus jasa boga ya, ada nasi kotak, ada snack box. Alhamdulillah bisa untuk bayar sekolah anak-anak,” ujar Dwi lirih.
Melalui usaha jasa boga, Dwi berhasil menyekolahkan anak-anaknya, sekaligus memberdayakan tetangga di sekitar rumahnya. Selama bulan Ramadan ini omzetnya sudah mencapai lebih dari Rp7 juta.
“Alhamdulillah, satu tempat kadang 150 boks per hari, paling banyak waktu itu pernah 250 boks sehari untuk pengajian. Alhamdulillah untuk bulan puasa ini sudah banyak terisi, karena saya banyak pesanan, jadi saya bawa tetangga yang dia mencari pekerjaan. Kita sama-sama gitu ‘kan dapat untung sedikit kita bagi-bagi,” tambah Dwi.
Baca juga: Bersama Dompet Dhuafa, Bursa Sajadah Beri Kado untuk Anak Yatim dan Duafa Penghafal Al-Qur’an
Selain itu, Dwi juga bermimpi memiliki rumah sendiri yang luas. Sebab, ia ingin memiliki dapur yang luas, sehingga memudahkan dirinya dan keluarga dalam memasak makanan untuk usaha jasa boga.
“Keinginan saya itu punya rumah yang luas, itu khusus untuk usaha saya. Mudah-mudahan nanti tercapai yang saya cita-citakan, punya rumah sekalian untuk usaha. Saya penginnya jasa boga ini maju dan anak-anak juga bisa mengembangkan usaha ini. Mudah-mudahan anak-anak bisa melanjutkan sekolah sampai ke perguruan tinggi, jasa boga makin maju dan berkembang, terus apa yang dicita-citakan bisa tercapai,” imbuh Dwi, tak terasa air mata mengalir lembut membasahi.
Pada Jumat (29/3/2024), Dompet Dhuafa bersama Tokopedia telah mengantarkan pasel yang berisi School Kit, untuk membantu menunjang aktivitas Yulia di sekolah. Selain Yulia, sebanyak 20 anak yatim dan dhuafa yang berada di Yogyakarta juga mendapatkan paket yang sama.
“Alhamdulillah senang banget bisa dapat bantuan ini, bisa membantu untuk sekolah. Terima kasih Dompet Dhuafa dan Tokopedia. Buat sekolah terus biar semangat belajarnya lagi. Karena aku pengin bahagiain orang tua dan nggak mau ngerepotin, dan pengin banggain orang tua. Aku pengin buktiin ke orang tuaku kalau aku bisa gapai cita-citaku. Makasih ya Bu, maaf ya Bu aku banyak salah, makasih udah merhatiin aku, sudah cukupin kebutuhanku, makasih ya Bu,” tutup Yulia penuh haru. (Dompet Dhuafa)
Teks dan foto: Anndini Dwi Putri
Penyunting: Dhika Prabowo, Ronna