Permintaan Penjual Cobek

Tanggal 30 oktober 2012 petang, salah satu stasiun TV swasta menayangkan acaratalkshow yang dibumbui entertainment. Di antara bintang tamu yang dihadirkannya adalah dua bocah bernama Suryana dan Amin. Kedua bocah ini adalah penjual cobek batu keliling. Ibu mereka hidup menjanda dengan pekerjaan seadanya. Kedua anak ini sudah putus sekolah karena orang tuanya tidak sanggup lagi membiayai sekolah mereka. Suryana  harusnya sudah duduk di SMP, sementara Amin harusnya masih bersekolah di SD.

Setiap hari, Suryana dan Amin harus memikul cobek-cobek dagangan yang beratnya 30 kg–sebuah beban yang andai pun orang dewasa yang memikulnya, banyak yang akan terhuyung. Pikulan cobek seberat itu harus dijajakan dengan jalan kaki dari Cijantung sampai Cibubur yang jaraknya mencapai 15 Km. Mereka harus melakukan pekerjaannya itu setiap hari dengan pendapatan yang tidak seberapa. Untuk mengambil barang dagangan tersebut mereka juga harus pergi ke Bandung naik mobil truk. Tak terbayangkan betapa beratnya beban yang harus dijalani oleh kedua anak itu.

Pernah uang hasil penjualan mereka hendak dipalak oleh preman. Karena berharganya uang hasil penjualan itu, Suryana mempertahankannya, akibatnya Suryana pun memar-memar dipukuli oleh preman tersebut. Meski mereka sudah begitu berat menjalani hari-hari untuk mendapatkan uang guna menyambung hidup, masih ada saja preman yang tega memalak mereka.

Bukan tidak ingin mereka berhenti melakukan pekerjaan itu dan memilih untuk melanjutkan sekolah lagi. Apalagi ketika ditanya cita-citanya, kedua anak-anak itu menjawab : “Ingin jadi dokter.”  Namun mereka berpikir, seandainya mereka berhenti melakukan pekerjaan tersebut, maka dari mana lagi mereka bisa mendapatkan uang untuk makan guna melanjutkan hidup mereka. Jadi meski dengan berat hati, terpaksa pekerjaan berat tersebut mereka jalani. Dalam kepolosannya, mereka tidak tahu alternatif pekerjaan apa lagi yang bisa mereka jalani.

Anak-anak seusia Suryana dan Amin harusnya masih duduk di bangku sekolah menikmati studinya.  Mereka mestinya sedang menjalani sebagian masa bahagia pada masa kanak-kanak mereka.  Tapi jangankan untuk tertawa bahagia, untuk tersenyum pun mereka seperti tak mampu. Banyak pertanyaan presenter acara tersebut, yang dijawab oleh Amin sambil merunduk dan matanya berkaca-kaca dibasahi air mata.

Di zaman sekarang ini, saat begitu banyak para pejabat berpesta korupsi uang rakyat, masih ada anak-anak yang nyaris menukar semua masa kanak-kanaknya dengan penderitaan. Di saat banyak remaja mabuk-mabukan dan memboroskan uang untuk segala macam narkoba, masih ada anak-anak yang nyaris tidak memiliki uang untuk membeli mainan, karena habis untuk menyambung nyawa.

Ketika kepada mereka diajukan pertanyaan : “Kalau ada orang atau pemerintah yang mau membantu kalian, apa yang kalian mau ?” Amin dengan suara lantang menjawab : “Sekolah lagi…!” Mendengar jawaban ini, banyak penonton di studio berurai air mata, karena terharu dan iba.