SUKABUMI, JAWA BARAT — Dompet Dhuafa mengajak 26 Donatur untuk mengikuti kegiatan Pesantren Gemilang yang bertempat di Kampoong Hening, Desa Cidahu, Sukabumi pada 25-27 Februari 2023. Ini merupakan program pertama yang diadakan oleh Dompet Dhuafa sebagai upaya untuk memperhatikan donatur, khususnya mereka yang sudah berusia 50 tahun ke atas. Selain itu, ini juga merupakan salah satu bentuk reaktivasi untuk menciptakan intimasi antara donatur dengan aktivitas yang ada di Dompet Dhuafa.
“Peserta diikuti oleh kalangan yang berusia 50-70 tahunan. Bagi mereka, pesantren ini begitu berarti, karena ini merupakan sebuah kesempatan bagi mereka untuk memposisikan hati dan persepsi mereka tentang hakikat hidup dan apa yang mesti dicapai ketika mereka sudah memasuki usia senja. Dompet Dhuafa melaksanakan program ini sebagai awareness terhadap donatur kami, untuk meraih kehidupan yang berkualitas,” ungkap Bobby Manulang, General Manager Layanan Donatur dan Retail Wakaf Dompet Dhuafa.
Baca juga: Pesantren Tanggap Bencana Bertajuk Leadership Camp, Cetak Calon Pemimpin Cakap Hadapi Bencana
Selama menjalani rangkaian aktivitas selama tiga hari di Desa Cidahu, peserta terlihat sangat antusias mengikuti sesi demi sesi materi yang sudah dijadwalkan. Seperti salat berjemaah, diskusi, dan sebagainya dengan tertib dan tepat waktu. Walau cuaca sangat tidak menentu dan disertai hawa dingin, namun semangat belajar mereka sangat tinggi, bahkan peserta juga turut berperan aktif dalam sesi diskusi yang ada.
Selain itu, mereka juga tampak antusias dalam kelas kreativitas membuat Cocodama. Kelas ini bertujuan untuk mengenalkan lebih dekat peserta dengan alam. Bahkan dalam sesi Healing Massage, salah satu peserta turut berpartisispasi menceritakan apa yang dirasakan dengan penuh rasaharu saat mengikuti sesi itu.
“Saya merasa bisa berpikir tenang, dan berterima kasih pada diri sendiri karena sudah bisa melewati apa yang terjadi selama ini,” ungkap salah seorang peserta.
“Selama tiga hari ini banyak banget kegiatan yang seru, pesertanya juga saya lihat semangat sekali walau usianya sudah senja,” tutur Sofie Beatrix, selaku founder Kampoong Hening yang juga mengisi acara pada sesi Mindfull Breathing, Healing Massage, dan kreatifitas dengan Cocodama.
Jamil Azzaini, seorang motivator yang turut mengisi acara ini juga merasakan semangat para peserta. Jamil juga mengapresiasi para peserta yang meski usianya sudah menginjak 70 tahun, namun masih memiliki semangat yang luar biasa.
Baca juga: Raih Anugerah LDK Award 2021 dari MUI, Pesantren Mualaf Dompet Dhuafa: Program ZISWAF Layani Mualaf
“Saya bersyukur karena bisa mendampingi para peserta Pesantren Gemilang yang diadakan oleh Dompet Dhuafa. Mereka peserta yang sudah lanjut usia, namun punya semangat belajar yang luar biasa. Memang kehidupan seseorang itu ditentukan oleh akhirnya, oleh karenanya saya berharap para peserta Pesantren Gemilang ini akhir hayatnya husnul khatimah. Sebab di masa tua mereka, ada yang sudah 70 tahun dan pakai tongkat, bahkan mereka salat dengan duduk di kursi, namun mereka masih punya semangat belajar yang luar biasa, itu pertanda baik,” tutur Jamil.
Antusiasme peserta juga dirasakan oleh pemateri lain. Semangat dari para peserta juga membuat para pemateri lebih semangat dan antusias, salah satunya dirasakan oleh Ustaz Ahmad Pranggono.
“Masya Allah pesertanya semangat-semangat, walaupun sudah malam tapi tampak dari aura wajahnya semangat sekali meski usianya sudah senja. Dan itu juga yang membuat saya semangat. Tidak hanya itu, walaupun saat Magrib dan Isya gerimis di luar, mereka tetap tidak bergeming saking semangatnya,” ungkap Ustaz Ahmad Pranggono yang mengisi materi Meraih Kehidupan Husnul Khatimah.
Salah satu peserta Pesantren Gemilang bernama Ngadiyono (55) menyampaikan bahwa materi yang dijabarkan dalam Pesantren Gemilang merupakan materi yang sangat menarik. Di sana banyak membahas hal-hal sehari-hari yang sering dilakukan, sehingga sangat berhubungan dengan para peserta.
“Materi yang disampaikan sangat mendasar, dan itu adalah hal yang kita lakukan setiap hari, namun tidak pernah kita sadari, misalnya bernafas. Kami diingatkan kembali tentang apa yang sudah kita lakukan. Materi tersebut merupakan materi dasar yang sangat menarik bagi kami yang sudah berusia emas. Dari materi tersebut, ini bisa di bawa pulang ke kehidupan normal dan harusnya bisa diterapkan secara berkelanjutan,” tutur Ngadiyono.
Bobby Manulang juga menyampaikan bahwa “Keinginan kami, mereka mempunyai kesadaran psikologis dan batiniah bahwa hakikat hidup bukan hanya persoalan dunia semata, tetapi untuk mempersiapkan akhirat kita. Semoga Pesantren Gemilang ini bisa mempertemukan kebutuhan pembinaan rohani donatur dengan keinginan kami untuk bersilaturrahim,” ucapnya. (Dompet Dhuafa/Awalia R)