Puasa Ramadhan di Bumi Cendana NTT

TIMOR TENGAH SELATAN, NUSA TENGGARA TIMUR — Siang itu, Jum’at (15/4/2022), kami telah sampai di Bumi Cendana Nusa Tenggara Timur dengan satu niat untuk mendistribusikan sedekah Al Qur’an, sebagai salah satu program Dompet Dhuafa dan dedikasi kami dalam giat Bina Sahabat Pedalaman, Ramadhan Road to Indonesia Timur. Kami melihat keindahan mengelilinginya wilayah setempat, pada saat itu aku dan orang-orang hebat yang meluangkan waktu Ramadhan-nya untuk singgah dan menetap selama 45 hari untuk saling berbagi pengetahuan.

Detik menyapa untuk bergegas membeli semua kebutuhan di tempat singgah yang akan kami tempati. Sebab disana tidak ada atau jarang di temui, maka kami semua bergegas untuk membelinya. Setelah itu, perjalanan yang membuat mata menangis akan keindahan yang selalu kami temui di setiap jalannya, juga orang-orang di jalan yang ramah akan senyuman manisnya.

Kami pun melanjutkan perjalanan kami, menuju tempat yang kita singgahi memang sangat susah untuk di lalui, karena bebatuan dan pasir yang membuat kendaraan kami sedikit sulit untuk berjalan. Tapi aku yakin dengan satu tekat dan niat, kita akan sampai di tempat yang akan kita singgahi. Dan saya terharu antusias warga sini sangat-sangat besar, dan keramahan serta senyuman yang membuat kami semua luluh.

Matahari sore yang indah berganti dengan gelapnya malam, diselimuti gerimis hujan, perjalanan kami semakin sulit karena terjalnya medan yang sulit. Dan Alhamdulillah, kami semua sampai di lokasi walaupun ada beberapa masalah di kendaraan yang sedikit menghambat waktu kami menuju di Kampung Noko, Desa Bileon, Kecamatan Fautmolo, Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur.

Disana, warga-warga menyambut dengan keramahan warga setempat, dan kami pun melaksanakan sholat maghrib dan isya berjamaah bersama di Masjid Al Muawalien, Kampung Noko. Setelah itu kami menerima penyambutan upacara adat dari warga setempat, dan setelah upacara adat berlangsung, kami makan bersama dengan warga-warga disini, malampun tiba dan kami semua beristirahat.

Puasa pertama di Bumi Cendana, kami semua di pagi hari langsung bergegas ke kebun untuk memetik jagung bersama Bapak Imam dan Mamah Maryati. Kami menanjak gunung, karena di titik lokasi kami adalah titik perbukitan, dimana sinyal internet atau sinyal telpon disini benar-benar sangat sulit. Ketika kami ingin menerima sinyal yang bagus, itu hanya ada di sungai dan kami menempuh jarak 100 meter perbukitan untuk sampai sungai tersebut.

Disini aku menemukan beberapa keunikan yang ada di kampung ini, mulai dari seringnya warga setempat untuk memakan sirih pinang, dan disini saya menemukan toleransi beragama yang sangat indah sekali, saya sempat terharu karena toleransi beragama yang ada disini. Di Desa Bileon ini merupakan desa minoritas dengan penduduk beragama Muslim. Di titik ini kami menemukan bahwasanya agama disini belum terlalu sakral, tapi dengan niat kami strategi Dompet Dhuafa dan dedikasi untuk negeri membumikan sedekah Al Qur’an. Insya Allah, doakan kami agar membawa perubahan untuk desa ini. (Dompet Dhuafa / Zhurufy Rahmany)