KUPANG, NUSA TENGGARA TIMUR — Jelang Hari Iduladha 1443 H, Dompet Dhuafa turut mengerahkan tim Quality Control (QC) hewan kurban ke wilayah Nusa Tenggara Timur (NTT) sejak tanggal 17 hingga 23 Juni 2022. Disana, tim QC melakukan pengecekan dan memastikan kualitas hewan kurban (sapi dan kambing) untuk Lebaran Kurban yang akan datang.
Dalam prosesnya, tim QC melaksanakan teknis pengecekan kondisi kesehatan, mengukur dan atau menimbang bobot, serta penyortiran hewan kurban di kandang. Hal tersebut dilaksanakan agar hewan kurban sesuai ketentuan syariat Islam dan standart Dompet Dhuafa dalam pelaksanaan program Tebar Hewan Kurban (THK) 2022. Pun mengawal amanah para donatur/pekurban yang berkurban melalui Dompet Dhuafa agar kurban senantiasa sah dan #JadiManfaat .
Quality Control hewan kurban dilakukan di banyak titik lokasi di NTT. Antara lain di Pulau Timor (Kabupaten Kupang, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS), Kabupaten Belu, Kabupaten Malaka), di Pulau Rote (Kabupaten Rote Ndao), serta di Pulau Flores (Kabupaten Ende dan Maumere).
“Di satu kabupaten, QC hewan kurban kami lakukan di beberapa titik Desa. Nah, jadi perjalanan kami mulai dari wilayah Kabupaten Kupang, juga ke suatu Desa pedalaman di Kabupaten TTS dan Belu. Bahkan, kita juga lakukan QC di wilayah perbatasan Indonesia-Timor Leste, yaitu Kabupaten Malaka,” ungkap M. Irsyad, Koordinator QC Dompet Dhuafa di NTT, Kamis (23/6/2022).
Setelah QC hewan kurban di Kabupaten Kupang, tim Dompet Dhuafa lanjut menuju salah satu lokasi kandang di Desa Bileon, Kecamatan Faut Molo, TTS. Menempuh durasi hampir 6 jam jalur darat dari Kupang, pun harus melewati jalur berkelok khas perbukitan. Ya, Dusun Noko dan Dusun Tunion, merupakan dusun yang berada di sebuah pedalaman. Masuk lebih jauh, tim Dompet Dhuafa melintasi jalur sungai kering berisikan bebatuan jelang malam hari.
“Ini yang unik dan berkesan bagi kami. Perjalanan terbayar oleh warga Desa Bileon sangat ramah. Sesampainya disana, kami disambut dengan hangat dengan ada sedikit tradisi pengalungan kain tenun khas NTT dari tetua dusun untuk rombongan tamu yang datang sebagai tanda penerimaan dan kebaikan. Udaranya sejuk, dingin, namun sulit air bersih. Tidak ada signal (jaringan internet), listrik pun baru masuk tahun 2021 di dusun ini,” aku Irsyad.
Baca Juga: https://www.dompetdhuafa.org/cerita-tim-qc-muhammad-arief-semangat-blusukan-ke-rumah-warga/
“Kami bermukim di Masjid Al Awalin-Almira. Merupakan masjid yang pernah didirikan berkat amanah donatur Dompet Dhuafa pada tahun 2011. Disana, kami lakukan QC malam hari di Dusun Noko dan dilanjutkan keesokan pagi harinya di Dusun Tunion. Kemudian kami lengkapi perjalanan QC ke wilayah berikutnya, menuju perbatasan Indonesia-Timor Leste, Kabupaten Belu dan Malaka,” tambahnya.
Baca Juga: https://www.dompetdhuafa.org/kurban-penyakit-mulut-dan-kuku-pmk/
Dengan ragam faktor yang ada tersebut, Desa Belion menjadi salah satu lokasi tepat sasaran untuk terlaksananya Lebaran kurban dalam distribusi program THK. Ustadz Hasan selaku salah satu tokoh Dusun Noko, mengatakan, meski akses terbatas di Desa Bileon, harusnya tidak membatasi gempita pelaksanaan hari besar keagamaan disana.
“Alhamdulillah, apapun kami bersyukur. Meski dilema memang, warga mengambil sedikit air dari sungai kering itu. Tapi, kalau hujan deras, kami terisolir dan ada kemungkinan terdampak banjir. Dari sekitar seribu jiwa, hanya 180 jiwa muslim disini. Mata pencaharian warga rata-rata adalah petani jagung, ubi, dan asam. Jadi, makanan pokok kami sebagai pengganti nasi, kami makan jagung. Jarang juga makan daging, hanya makan di hari-hari besar, terutama memang pada waktu lebaran kurban saja,” aku Ustadz Hasan. (Dompet Dhuafa / Dhika Prabowo)