BOGOR — Bulan Oktober lalu, Deft Barber berhasil membuat Lapangan Sempur, Bogor, lebih ramai dari biasanya. Kegiatan donasi untuk palu dengan tema ‘Cukur Bayar Seikhlasnya untuk Palu & Donggala’ sukses menggaet banyak perhatian donatur untuk berdonasi dengan bercukur di Deft Barber. Konsep cukur rambut ala barbershop bintang lima di tengah keramaian tersebut, muncul dari ide seorang Raden Riki, yang tak lain adalah pendiri dari Deft Barber.
Riki (28), begitu ia sering disapa merupakan pemuda asal Kota Hujan, Bogor. Pada tahun 2017 lalu, ia berinisiatif untuk mendirikan sebuah usaha cukur rambut dengan nama Deft Barber. Berawal dari kegemaranya dengan mengotak-atik gaya rambut, membuat Riki berkeinginan kuat untuk mengelola sebuah barbershopnya sendiri.
Bukan hanya sekedar barbershop, konsep tempat penataan rambu pria milik Riki berkonsep anak muda sekali. Setiap cabang yang ia punya memiliki satu tema berbeda, menyesuaikan dengan karakter masing-masing. Semisal ada yang bertema truk, maka ada cabang The Truck Deft Barber. Hal tersebut juga yang membuat Deft Barber berkembang pesat. Hanya dalam satu tahun perjalanan, Deft Barber sudah memiliki 16 cabang di pulau Jawa dan Sumatera.
Walau sudah berkembang pesat dan kekinian, Deft Barber tidak lepas tangan terhadap tanggung jawab sosialnya. Riki sebagai pemilik Deft Barber rutin menggelar aksi kemanusiaan melalaui usaha barbershopnya. Seperti yang sudah dilakukanya bulan Oktober lalu, dengan mengadakan donasi cukur rambut untuk korban gempa Palu dan Donggala, di Lapangan Sempur, Bogor.
“Kita lihat kondisi korban di berita dan media, oleh karena itu kita dari Barber berinisiasi untuk mengadakan cukur rambut tersebut,” terang Riki, ketika ditemui di salah satu kegiatan donasi cukur rambutnya.
Ketika menginisiasi kegiatan sosial, Riki biasanya mengajak perwakilan cabangnya untuk ikut berkolaborasi. Saat kegiatan donasi untuk Palu bulan Oktober lalu misalnya, ada banyak pencukur yang datang dari berbagai tempat seperti Cirebon, Tangerang, dan Jakarta.
“Kebetulan tim pencukurnya datang dari cabang-cabang kita. Ada yang dari Cirebon, Tangerang, Bekasi, Jakarta dan sejumlah kota lainnya,” tambah Riki.
Riki menyisihkan waktu untuk meliburkan banyak cabangnya karena panggilan kemanusiaan. Biasanya, ketika waktu donasi datang di hari Minggu, dimana merupakan hari teramai bagi barbershop mendapatkan pelanggan. Namun, tidak masalah bagi Riki, baginya mencukur untuk berdonasi merupakan ladang pahala baginya. Bukan sebagai pengurang penghasilan, malah Riki percaya bahwa dengan donasi yang ia inisiasi bisa membuat usahanya menjadi lebih berkah.
“Kalau kita bantu orang, kita pasti juga akan dibantu oleh Allah. Ini kegiatan kemanusiaan, jadi kita rela-relain liburkan cabang untuk kegiatan hari ini. Padahal hari minggu adalah hari yang paling ramai, tapi kita terpanggil, semua berkumpul di sini,” tutup Riki.
Sepertinya apa yang disampaikan oleh Riki, bukanlah asumsi biasa. Terbukti dari 16 cabang Deft Barber yang sudah ada, rencananya akan ada enam cabang lagi yang akan di launching dalam waktu dekat. (Dompet Dhuafa/Zul)