Rawat Asa Korban Puting Beliung Di Maros

MAROS — Peristiwa angin puting beliung kembali melanda sebagian wilayah Maros, pertengahan bulan, mengakibatkan sebagian rumah panggung milik warga setempat mengalami kerusakan parah. Tak sedikit rumah warga hancur, rata dengan tanah. Ada juga yang mengalami patah tiang, dan seng serta dinding berterbangan ke empang.

Angin puting beliung menerjang sekitar sepuluh rumah warga di Maros. Jarak rumah yang terkena bencana berjauhan dan juga berada di perbatasan antara Kecamatan Maros Baru, dan Kecamatan Marusu. Sehingga ada dua kecamatan yang terkena dampaknya. Tim Relawan Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan yang mendatangi lokasi kejadian, menyalurkan langsung bantuan berupa dana tunai kepada korban puting beliung pada Selasa (20/2). Sebanyak 10 Kepala Keluarga (KK) di dua kecamatan yang menerima bantuan yaitu sebanyak 6 KK di Tekolabbua Desa Borimasunggu Kecamatan Maros Baru dan 4 KK di Kecamatan Marusu. Untuk menyalurkan bantuan khusunya di Marusu Maros, tim relawan harus menggunakan perahu, lantaran hanya jalur sungai yang dapat mengakses tempat tersebut.

Dalam menyalurkan bantuan kepada korban angin puting beliung tersebut, tim relawan mendapati banyak barang-barang korban yang rusak karena terpaan angin tersebut. Ada satu rumah yang rusak total (rata dengan tanah), lima rumah rusak parah, dan sisanya rusak ringan. Kondisi kerusakan terparah dialami oleh Amin, lantaran rumahnya rusak parah, kondisi rata dengan tanah.

“Warga masih membutuhkan bantuan untuk membangun kembali rumahnya. Korban yang merupakan petambak atau nelayan, belum memilki biaya untuk membangun sendiri rumahnya. Maka, untuk bantuan selanjutnya akan digalang donasi dan fokus membangun kembali salah satu rumah yang rusak parah,” ujar Nasrullah, tim Respon Dompet Dhuafa Sulawesi Selatan.

Rumah yang rusak parah dialami oleh Amin atau yang akrab disapa Daeng Maming (47), merupakan korban dengan kerusakan terparah karena rata dengan tanah. Ketika angin puting beliung melanda pada tanggal (15/2), sekitar jam 13.00 WITA, Amin sedang duduk istirahat di tangga rumahnya. Namun seketika dia melompat dari tangga saat angin puting beliung mulai mengangkat rumahnya. Sementara Istrinya, Rosnani (38), dan satu anaknya Ainun Azzahra (3), masih berada di dalam rumah yang terangkat akibat terjangan angin.

Dalam waktu yang cukup singkat, Amin melihat rumahnya sudah rata dengan tanah, dan ditambah kekhawatiran terhadap anak dan istrinya yang masih berada di dalam rumah saat kejadian berlangsung. Amin yang khawatir, dengan cepat membantu istri dan anaknya keluar dari tumpukan atap rumah yang menimpa dirinya.

“Satu kesyukuran, semua keluarga kami selamat tanpa ada yang luka-luka. Meskipun kami kehilangan tempat tinggal,” ungkap Amin.

Kini tempat tinggalnya sudah rata dengan tanah. Tak ada lagi tempat bernaung ketika panas maupun berteduh ketika hujan. Tak ada lagi tempat untuk tidur di malam hari. Mereka hanya pasrah menerima takdir. Berharap rumahnya bisa berdiri kembali.

“Kami berharap agar rumah kami bisa secepatnya dibangun kembali,” harap Amin.

Ia hanyalah seorang nelayan yang memiliki lima anak. Sedangkan istrinya hanyalah ibu rumah tangga. Kini Amin belum memilki biaya untuk membangun sendiri rumahnya. Maka, bantuan dari masyarakat sangat diharapkan untuk membangun kembali rumahnya yang rata dengan tanah akibat terjangan angin puting beliung.

Sebelumnya, rumah Amin sudah diantisapi oleh warga agar diikat dengan tali dan ditancapkan turun ke tanah untuk menghindari hal-hal yang tak diinginkan. Karena di daerah tersebut memang sering terjadi bencana puting beliung. Namun kejadian singkat itu sudah terjadi, rumahnya rata dengan tanah akibat terjangan angin puting beliung. (Dompet Dhuafa/Sulsel)