Rumah Sakit Tanpa Kelas

“Kartu Jakarta Sehat”, itulah salah satu program unggulan yang menjadi prioritas gubernur DKI Jakarta terpilih, Joko Widodo. Rencananya, kartu ini akan selesai digarap dan bisa dibagikan kepada masyarakat akhir tahun ini.

Kita patut mengapresiasi terobosan yang dilakukan oleh mantan walikota Solo ini. Sudah menjadi maklum, masyarakat banyak yang gigit jari untuk mendapatkan layanan kesehatan yang memadai ketika mereka sakit.
Fasilitas Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yang diterbitkan pemerintah ternyata juga menambah kerumitan baru bagi masyarakat miskin karena harus melewati banyak jalur birokrasi yang cukup melelahkan. Lebih dari itu, banyak rumah sakit menolak peserta Jamkesmas ini dengan alasan kehabisan kamar.

Semestinya, kerumitan di atas tidak akan terjadi jika Pemerintah memperbanyak rumah sakit gratis, tidak perlu muluk-muluk, cukup dengan rumah sakit kelas tiga. Bahkan bila perlu pelayanan untuk kelas empat, lima, atau justru rumah sakit tanpa kelas. Ya, prinsipnya adalah semua masyarakat yang sakit dan datang ke rumah sakit tersebut harus dilayani. Pemerintah yakin saja tidak aka nada orang kaya yang mau mendapatkan pelayanan kesehatan kelas tiga, tapi kalau pun ada tetap harus dilayani.

Jika model ini bisa terwujud, Pemerintah tidak perlu repot-repot mengeluarkan “sertifikat” tanda orang miskin sebagai syarat mendapatkan pelayanan kesehatan gratis. Sertifikat tersebut selalu membuat masyarakat kecil menjadi sulit karena pelayanan yang berbelit-belit, dan tentu saja sangat merendahkan martabat.

Sejak awal Dompet Dhuafa menyadari pentingnya kesehatan bagi masyarakat. Masyarakat miskin yang serba kekurangan hidup dengan pola yang tidak sehat, sehingga sangat rentan terpapar penyakit. Mereka yang miskin makin terjerembab ke jurang kemiskinan karena sakit yang mereka derita.

Setelah klinik virtual pada tahun 1995, pada tahun 2001 Dompet Dhuafa berhasil mendirikan balai pengobatan bernama Layanan Kesehatan Cuma-Cuma yang melayani selama 24 jam. Sedikitnya 500 ribu pasien yang sudah datang dan berobat ke klinik ini. Selain itu ada lebih dari 25 pos sehat yang tersebar di berbagai daerah.
Tahun ini, Dompet Dhuafa berhasil membangun rumah sakit gratis yang bernama Rumah Sehat Terpadu (RST).

Berada di tengah-tegah kawasan Zona Madina dengan luas lahan 3,2 ha, RST dibangun dengan menggunakan dana wakaf dan donasi yang dihimpun dari masyarakat, baik individu maupun kelompok. Adapun untuk operasionalnya, RST menggunakan dana zakat yang diterima Dompet Dhuafa.

Rumah sakit yang dibangun Dompet Dhuafa dibangun tanpa ada kelas pembeda. Semua dilayani dengan standar yang sama, fasilitas yang sama dan keramahan yang sama. Namun, karena rumah sakit ini dibiayai oleh dana zakat, maka yang boleh dirawat di RST adalah mereka yang termasuk dalam kategori mustahik. Tapi kami juga tidak menutup diri jika ada pasien yang membutuhkan pertolongan segera (emergency), korban kecelakaan di jalan raya misalnya.

Apa yang kami lakukan melalui RST ini tentu tidak seberapa dibanding dengan jumlah masyarakat miskin yang sangat besar di negeri ini. Oleh karenanya, kami berharap Pemerintah yang memiliki resources yang sangat besar bisa membangun lebih banyak rumah sakit gratis. Kami juga sangat senang jika lembaga-lembaga sosial lain juga mendirikan rumah sakit serupa di banyak tempat, sehingga makin banyak masyarakat yang terlayani.

Ikhtiar kami untuk melengkapi peralatan kesehatan masih terus kami lakukan. Terlebih biaya operasional RST yang tidak sedikit. Kami tidak pernah lelah mengetuk hati para donatur sekalian untuk terus membantu saudara-saudara kita yang selama ini masih sulit memperoleh akses kesehatan. Mereka berhak untuk sehat, karena sehat milik semua.