DI YOGYAKARTA — Budi daya jamur tiram menjadi usaha yang sangat menjanjikan bagi Pak Jabir. Ia tak perlu menyediakan tempat yang luas untuk menghasilkan jamur setiap harinya. Upaya ini ia lakukan bersama puluhan santrinya, guna kemakmuran bersama di sebuah pesantren kecil di Yogyakarta.
Hampir 4 tahun ia melakoni upaya ini, hingga dipaksa berhenti oleh pandemi Covid-19. Padahal kala itu, tahun 2021, ia baru hangat-hangatnya berhasil membesarkan budi daya ini bersama Dompet Dhuafa Yogyakarta. Bahkan, ia sudah mampu menghasilkan jamur tiram sebanyak 1 kuintal setiap hari.
Bukan hanya sebatas itu, faktor lain yang membuatnya berhenti melakoni usaha budi daya jamur adalah karena tanah yang ia pakai diambil alih oleh yang punya. Tragedi ini pun ia wajarkan. Sebab di masa itu, semua orang memang sedang mengalami masa sulit, akibat serangan pandemi.
Baca juga: Upaya Dompet Dhuafa Angkat Ekonomi Arsin Lewat Budi Daya Telur Ayam Arab
Meski begitu, Pak Jabir tetap bertekad ingin melakukan usaha. Alasannya, karena ia juga harus memikirkan keberlangsungan santri-santrinya yang masih terus ingin menimba ilmu.
“Saya penginnya anak-anak punya jiwa entrepreneur,” ucapnya, Jumat (10/10/2023)
Akhirnya, setelah banyak berdiskusi dengan Dompet Dhuafa Yogyakarta, diputuskanlah sebuah solusi, yaitu usaha berbelok haluan menjadi warung sayur bernama ‘Warung Serbuu’.
“Ujung tombak perekonomian di Yogyakarta ‘kan warung makan. Lha wong warung makannya tutup semua. Jamur yo tidak ada yang nadah. Jadi kalau mau beli sayuran murah, ya waktu pandemi itu. Termasuk jamur anjlok harganya, tapi juga tidak ada yang beli. ‘Kan yang biasa beli rumah-rumah makan,” jelasnya, mengenang masa sulit saat pandemi.
Baca juga: Bangkitkan Perekonomian, Budidaya Ikan Nila Jadi Solusi Kala Suami Kena PHK
Padahal dulu, selain sudah mampu menghasilkan 1 kuintal per hari, penadahnya pun sudah ada, yaitu para pengepul di pasar. Ada juga pemesan langsung dari rumah-rumah makan. Yang paling besar, menurutnya, yaitu dipesan oleh Spesial Sambal. Biasanya antara 40-60 Kg per hari.
“Alhamdulillah sekarang bangkit lagi, dibantu dengan Dompet Dhuafa. Ide kami sederhana saat itu, yang pasti tetap akan dibeli, ya dagang toko sayur untuk rumah tangga. Justru yang biasanya beli makan, saat itu semua orang masak sendiri di rumah,” lanjutnya.
Baca juga: Budidaya Gurame di Indramayu Tembus 1 Ton Penen Per Kolam
Sisa-sisa dari hasil usaha jamur, ia alihkan untuk membuat 7 warung sayur. Dengan begitu, ia juga bisa turut memberdayakan yang lain, termasuk para santri. Upaya ini tetap dibantu dan dipantau pula oleh Dompet Dhuafa Yogyakarta. (Dompet Dhuafa/Muthohar)