TANAH KARO — Sebelum masuk era 70-an, masyarakat Tanah Karo masih banyak yang menganut kepercayaan tradisional. Diantaranya anismisme, sehingga masyarakat masih menyembah benda mati seperti kayu dan batu. Baru setelah itu mulai banyak masyarakat yang beralih kepercayaan ke agama-agama modern, seperti Kristen, Katholik, dan Islam.
Salah satu wilayah yang unik adalah Desa Gung Pinto. Merupakan sebuah desa kecil yang terletak di Kecamatan Namanteran, Kabupaten Tanah Karo, Sumatera Utara. Dengan populasi sekitar 165 KK, seluruh warganya merupakan muslim. Mengingat populasi muslim di Sumatera Utara merupakan minoritas, hanya sekitar 25 %, maka keberadaan desa dengan populasi mayoritas muslim adalah hal langka.
Melalui penuturan Ustadz Herman Nasution tokoh dakwah di Gung Pinto, beliau menceritakan awal mula Islam masuk ke Tanah Karo. Sebelum tahun 1970 masyarakat Gung Pinto hidup tanpa agama, mereka menyembah kayu-kayu besar yang dikeramatkan oleh leluhur. Hingga akhirnya datanglah seorang tokoh Islam dari Kabupaten Tanah Karo, beliau adalah H. Ibrahim Latif. Melalui bimbingan beliau, seluruh penduduk desa di Gung Pinto bersyahadat, yang saat itu berjumlah 30 KK. Beliau pun mewakafkan 1 Hektare tanah untuk mendirikan masjid dan madrasah di Gung Pinto.
Hingga sekarang, masyarakat Gung Pinto masih teguh dengan agama Islam sebagai kepercayaan mereka. Namun, ada satu masalah yang masih menjadi PR bagi masyarakat di sana, mengurus jenazah. Pengurus jenazah atau Bilal Jenazah dalam sebutan masyarakat Gung Pinto, dirasa sangat dibutuhkan. Mengingat hanya ada satu orang Bilal Jenazah yang tersisa di desa tersebut, itupun sudah berusia lanjut. Sampai ada kasus, dimana ada jenazah yang tidak dimakamkan hingga dua hari karena tidak ada yang bisa mengurus.
Dompet Dhuafa melalaui Badan Pemulasaraan Jenazah (Barzah), tergerak untuk melakukan intervensi terhadap masyarakat di Desa Gung Pinto. Intervensi berupa edukasi dan pelatihan pemulasaraan jenazah kepada warga Gung Pinto di Masjid At-Taqwa. Materi mulai dari memandikan, mengkafani, hingga menshalatkan disosialisasikan kepada puluhan masyarakat Gung Pinto.
“Dompet Dhuafa melalui program Barzah, memberikan pelatihan agar tebentuk tenaga muda sebagai tim yang dapat diandalkan dalam penanganan jenazah umat Islam,” tutur Ustadz Madroi, selaku Manajer Badan Pemulasaraan Jenazah (Barzah) Dompet Dhuafa.
Sebelumnya, Dompet Dhuafa juga telah melakukan banyak intervensi kepada masyarakat di Tanah Karo. Bukan hanya dalam hal dakwah islam, Dompet Dhuafa juga ikut menggerakan pemberdayaan ekonomi melalaui program Pertanian Sehat Indonesia (PSI Dompet Dhuafa). Bantuan ini berupa mesin giling kopi, traktor dan modal pertanian.
Diharapkan dengan pelatihan pengurusan jenazah, dapat menjadi kebermanfaatan Dompet Dhuafa yang berdampak jangka panjang.
“Semoga ke depan mereka mampu menangani jenazah secara Islami dan dapat bermanfaat bagi masyarakat muslim hingga warga di luar desanya,” tambah Madroi. (Dompet Dhuafa/LPM/Zul)