TANGERANG SELATAN – Dompet Dhuafa menyelenggarakan Stadium General yang merupakan salah satu agenda Sekolah Dai Pemberdaya Batch 8 Dompet Dhuafa pada Rabu (2/11) di Auditorium Syahida Inn, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Hadir sebagai narasumber, Direktur Penerangan Agama Islam Kementerian Agama (Kemenag), Ahmad Zayadi, Direktorat Penanggulangan Radikalisme Badan Nasional Pencegahan Terorisme (BNPT), Moch Syarif Hidayatullah, dan General Manager (GM) Layanan Sosial Dompet Dhuafa, Juperta Panji Utama.
Ketiga narasumber tersebut menyampaikan beragam topik yang menarik dan relevan dengan permasalahan yang sedang dihadapi umat saat ini. Selain itu, para narasumber juga menekankan pentingnya peran dai di masyarakat, sebab dai menjadi tolak ukur kualitas umat.
Baca Juga: Dompet Dhuafa Resmi Buka Sekolah Dai Pemberdaya Batch 8
Materi pertama disampaikan oleh Perwakilan Kemenag, Ahmad Zayadi yang mengulas topik mengenai radikalisme dan masalah keumatan. Selain itu, Zayadi juga mengapresiasi kehadiran Dompet Dhuafa sebagai lembaga filantropi di Tanah Air yang tak pernah berhenti berperan aktif dalam mengentaskan berbagai problematika di masyarakat selama tiga dekade terakhir. Ia juga berpesan kepada para hadirin agar masjid dan lembaga pendidikan difungsikan menjadi basis ekonomi umat.
“Tugas pertama seorang dai menyampaikan pentingnya kehidupan bermuamalah. Potensi apa yang bisa kita gunakan, sehingga tugas sebagai muharrik (penggerak) bisa kita maksimalkan. Dompet Dhuafa punya pengalaman yang luar biasa terutama dalam memaksimalkan filantropi Islam,” ujar Ahmad Zayadi.
Sementara itu, Moch Syarif Hidayatullah perwakilan dari Direktorat BNPT menyampaikan kondisi terorisme di Indonesia. Menurutnya, saat ini ada setidaknya 460 narapidana teroris (napiter) yang tersebar di 65 lembaga pemasyarakatan (lapas). Eks Dai Ambasador Dompet Dhuafa ini juga menjelaskan tentang motivasi para napiter dalam melancarkan aksi terornya, yakni akibat kekeliruan memahami agama.
Baca Juga: Dompet Dhuafa Dirikan Sekolah Dai
“Ke depan kita sebagai dai harus adaptif melihat perkembangan yang terjadi di masyarakat. Amal jama’i-nya kita kuatkan. Kualitas umat itu ditentukan dari kualitas dai, cara kita menyampaikan dakwah ini yang penting. Kita harus semangat belajar,” terang Moch Syarif Hidayatullah.
Sementara, GM Layanan Sosial Dompet Dhuafa, Juperta Panji Utama mengisahkan perjalanan Dompet Dhuafa sejak awal berdiri. Berawal dari gerakan filantropi Islam, sumber pemasukan Dompet Dhuafa berasal dari empat pendirinya yang pada saat itu masih berstatus mahasiswa. Berdiri pada 2 Juli 1993, Dompet Dhuafa berkonsentrasi pada lima ‘lingkaran setan’ yang menjerat masyarakat, yakni spiritual agama, ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan nilai budaya.
“Dompet Dhuafa menjadi pionir organisasi nirlaba di Indonesia yang mengangkat martabat dan mendedikasikan kemanusiaan untuk membantu orang-orang yang kurang beruntung melalui pengelolaan dana zakat, infak, sedekah, dan wakaf, serta dana sosial lain yang halal bersumber dari perorangan, kelompok komunitas, institusi, dan perusahaan,” kisah Panji.
Baca Juga: Potensi Zakat di Indonesia dan Pengentasan Kemiskinan
Sebagai informasi, Dompet Dhuafa kini sedang menyelenggarakan Sekolah Dai Pemberdaya Batch 8 di bawah Corps Dai Dompet Dhuafa (Cordofa) yang akan berlangsung selama 30 hari di Wisma Syahida Inn, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Program ini dilaksanakan dengan pengisian materi di ruang-ruang kelas serta praktik lapangan. Sebanyak 20 peserta telah lolos seleksi dari berbagai daerah, mulai dari Aceh hingga Nusa Tenggara Timur (NTT). Seluruh peeserta diharapkan bisa memenuhi kebutuhan dakwah transformatif Dompet Dhuafa di wilayah-wilayah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T) dengan dakwah yang rahmatan lil ‘alamin sesuai core values Dompet Dhuafa.***