PANDEGLANG, BANTEN — Beberapa waktu yang lalu Dompet Dhuafa bersama para donatur sempat mengunjungi salah satu kampung yang ada di ujung wilayah Provinsi Banten. Kamancing, itu lah nama kampung yang berada di Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang. Letakmya yang berada di atas dataran tinggi membuat akses menuju ke Kampung Kamancing hanya bisa dilakukan dengan berjalan kaki.
Tidak mudah untuk mencapai Kampung Kamancing, jalur yang cukup terjal dan berbatu membuat perjalanan cukup menguras keringat dan memakan waktu cukup lama. Sesampainya di sana mata langsung disambut dengan nuansa pedesaan yang jauh akan kebisingan. Uniknya ada sebuah bangunan sekolah yang berdiri tepat di muka Kampung Kamancing.
Namun, jika kita perhatikan dengan seksama, sekolah ini terlihat sangat rapuh dan jauh dari kata layak sebagai sarana mengenyam pendidikan bagi generasi muda penerus bangsa. Kondisi yang memprihatinkan ini lah yang menggerakan Dompet Dhuafa untuk mengajak masyarakat luas saling bergandeng tangan untuk merenovasi bangunan sekolah di Kampung Kamancing ini.
Beberapa bulan berlalu, Dompet Dhuafa menyalurkan donasi dari tangan-tangan baik untuk melakukan renovasi total sekolah ini. Masyarakat Kampung Kamancing sangat antusias dengan adanya bantuan ini. Mereka saling bergotong royong untuk memperbaiki sekolah yang tadinya terlihat hampir roboh, bahkan bisa dikatakan sekolah ini mengalami pembangunan ulang agar lebih kokoh dan aman untuk anak-anak belajar setiap harinya.
Masyarakat bahkan membuat kelompok yang dibagi perharinya untuk mengerjakan pembangunan ulang sekolah. Selain itu, akses yang jauh mengakibatkan bahan material sangat sulit untuk dibawa ke Kampung Kamancing. Hal ini disiasati masyarakat dengan membuat jadwal setiap Hari Selasa dan Kamis untuk bersama-sama mengangkut bahan material yang berat dengan berjalan kaki.
Bukan hanya kaum laki-laki saja yang andil dalam gerakan gotong royong ini, para ibu-ibu bahkan anak-anak yang juga siswa dari sekolah tersebut ikut membantu membawa material tersebut sedikit demi sedikit. Tanpa memikirkan imbalan apa yang akan didapatkan, masyarakat dengan sukarela meluangkan waktu dan tenaganya demi mewujudkan pendidikan layak bagi anak-anak mereka dengan bergotong royong.
Baca juga: Guru Pedalaman Pandeglang, Saripuddin: 2 Jam Berjalan Kaki untuk Sampai di Tempat Abdi
Beberapa waktu telah berlalu, kini proses renovasi total sekolah di Kampung Kamancing sudah mencapai 80%. Menurut Kholil (39) Ketua RT 01/13 yang ikut langsung dalam pengerjaan sekolah tersebut menjelaskan, proses pembangunan akan rampung pada akhir Agustus bulan ini dan dapat dipergunakan dengan sepenuhnya. Tinggal satu kelas lagi yang sedang dalam proses penyelesaian dan sedang dipercepat.
“Kami perkirakan akhir Agustus nanti sekolah ini selesai dikerjakan dan siap untuk digunakan seluruh ruang kelasnya. Kami melihat kondisi cuaca juga karena mempengaruhi proses pengerjaan dan pengambilan bahan material di bawah sana. Tapi kita maksimalkan bersama masyarakat juga ingin sekolah kita ini bisa selesai karena ingin mengejar tahun ajaran baru agar lebih banyak yang tertarik sekolah di sini setelah melihat bangunannya sudah bagus. Kita sama-sama berusaha,” tuturnya.
Kedala paling dirasakan masyarakat dalam proses pengerjaan sekolah ini tidak lain adalah pengangkutan bahan material dari bawah menuju ke lokasi. Bahan-bahan yang rapuh seperti atap dan lain-lainnya harus dibawa dengan sangat hati-hati melewati jalur bebatuan terjal. Namun, masyarkat tidak patah semangat dan tetap melakukannya dengan perlahan dan penuh kehati-hatian.
“Untuk kendala sih yang paling dirasakan kami dan masyarakat lainnya pastinya akses material itu sendiri ya. Pihak toko bangunan hanya bisa mengantar barang pesanan sampai dibawah sana dan kadang lebih jauh lagi karena kendaraannya tidak mampu masuk melewati jalan rusak di depan. Mau tidak mau kami angkut sedikit demi sedikit agar pekerjaan bisa terus dilakukan. Terlebih kalau ada bahan yang mudah rusak seperti genting, asbes, batu hebel, dan lainnya itu harus hati-hati betul kami membawanya agar tidak rusak dan berkurang jumlahnya sampai di sini,” sambung Kholil di sela-sela mengerjakan perbaikan sekolah.
Para siswa-siswi juga sudah tidak sabar untuk merasakan nuansa belajar dengan kondisi memadai. Seperti Elsi Agustina (10) yang kini duduk di bangku kelas 4 (empat). Setiap harinya Elsi setelah selesai sekolah ia mencoba membantu masyarakat yang sedang bekerja memperbaiki sekolahnya. Tidak jarang dirinya membuatkan minuman dan makanan untuk dikonsumsi bersama masyarakat disela-sela waktu istirahat bekerja.
“Kalau pulang sekolah Elsi suka bantu-bantu buat kopi atau masak bersama ibu-ibu yang lain untuk yang kerja. Tidak apa-apa seneng Elsi bisa bantu, dan kadang teman-teman yang lain juga ikut bantu-bantu di sini sambil bermain,” ungkapnya saat ditemui sepulang sekolah.
Bahkan Elsi tidak segan untuk membawa beberapa bahan material ringan dari bawah saat jadwal pengangkutan tiba. Elsi tidak segan untuk membantu karena merasa bersyukur dan senang sekolahnya akan diperbaiki secara keseluruhan. Semangat untuknya belajar juga meningkat dan sudah tidak sabar merasakan kenyamanan belajar di sekolah setelah selesai nanti.
“Elsi juga ikut kalau bapak-bapak dan ibu-ibu lagi ambil barang material di bawah. Ya Elsi kadang bawa satu atau dua barang yang ringan saja. Senang saja Elsi bisa bantu, kan kalau banyak yang bantu nanti sekolah Elsi cepat jadi,” pungkas Elsi. (Dompet Dhuafa / Arlen)