Oleh: Fadlun Arifin
Semangat Berbagi Terus Ada di Keluarga Ibu Warsem
Suasana jalan ibukota sore ini cukup lengang, mungkin sudah banyak masyarakat yang mudik. Lebaran identik dengan mudik, berkumpul bersama keluarga tentunya hal yang sangat dinantikan oleh para pekerja yang tinggalnya jauh dari keluarga. Mencari rezeki jauh dari keluarga, sesuatu pengorbanan pastinya.
Semangat untuk kebahagiaan keluarga itu sangat utama, yang akhirnya banyak memilih untuk merantau. Begitu juga dengan keluarga Ibu Warsem, dengan penglihatan yang sudah tak setajam dulu lagi, lantaran penyakit katarak ‘setia’ hinggap di kedua mata yang penuh dengan sejuta harapan itu. Garis-garis kulitnya kian mengeriput, ditambah dengan kehidupan ekonominya berada dibawah garis kemiskinan, semakin memperjelas ketidakberdayaan yang tengah dirasakannya.
Ahad, 12 Juli 2015, saya dan teman-teman Citizen Jurnalism Indonesia dari Dompet Dhuafa berkesempatan mengunjungi Ibu Warsem sekeluarga. Saat berangkat dengan rekan-rekan saya kira akan menghadiri acara buka puasa bersama dengan beberapa masyarakat tidak mampu sekitar Klender. Ketika sampai lokasi kami disambut oleh Pak Fauzan dari LPM Dompet Dhuafa yang sedang memberikan paket lebaran. Lokasi tempat tinggal Ibu Warsem berada di daerah Klender, Jakarta Timur. Perjalanan sekitar 1,5 jam dari bilangan Pasar Minggu membuat saya dan beberapa rekan-rekan tak sabar bertemu dengan sosok ini. Untuk sampai rumah Ibu Warsem kita harus melewati gang-gang sempit, dengan menggunakan tangga kayu, kita harus naik ke lantai 2 dan masuk ke kamar pintu kedua dari tangga. Kondisi rumah yang benar-benar seadanya dengan luas 2 x 3 meter. Selama perjalanan, rumah-rumah yang kami lewati tampak sangat berdempetan dan luas jalan yang terbatas. Gang yang sangat kecil, tetapi lalu lalang motorpun bergantian melewati tempat ini. Di rumah kontrakan yang beratap asbes dan tidak memiliki ventilasi udara, otomatis hawa yang dirasakanpun cukup panas.
Tangga Menuju Kontrakan Ibu Warsem |
Ibu Warsem bersama keluarganya sudah berpuluh-puluh tahun tinggal di kontrakan tersebut. Suka duka telah beliau lewati, cerita kesedihanpun mengalir dari mulut ibu paruh baya ini. Selain kemiskinan yang senantiasa menderanya, tekanan batin akibat permasalahan keluarga, seolah menambah kesedihan dalam kehidupannya. Ruangan yang dihuni oleh ibu dan anak ini disewa sebesar Rp.250 ribu. Tanpa kamar mandi ataupun dapur, membuat saya membayangkan kesulitan mereka dalam penambahan biaya hidup mereka. Kamar mandi umum letaknya cukup jauh dari kamar sewa, sehingga mereka membatasi untuk ke kamar mandi di waktu malam, dan itupun harus membayar. Air bersih sangat langka disini, semua serba berbayar.
Sehari-hari Ibu Warsem tinggal bersama kedua anak lelakinya. Anak kedua bernama Darim, dan si bungsu bernama Karso. Sedangkan anak pertamanya sudah menikah, dan tinggal disekitar klender juga. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, Darim (30), sang anak menjadi tulang punggung keluarga dengan bekerja serabutan sebagai buruh bangunan. Penghasilan yang diperolehnya memanglah tak seberapa, namun rasa syukur serta ikhtiar yang dilakukannya selama ini menjadi pemicu semangat untuk bangkit dari keterpurukan. Pekerjaan Darim yang lain adalah mengumpulkan sampah disebuah sekolah. Dari raut wajah yang penuh kegigihan ini berharap mendapatkan pekerjaan yang layak, demi membantu ibu dan adiknya.
Kedatangan saya dan rekan-rekan kali ini sekaligus ingin memberikan Paket lebaran sebagai realisasi dari Program Sosial Safety Net. Program Safety Net merupakan program jaminan makan sebesar Rp.300.000 per bulan. Uang sejumlah itu akan diberikan oleh Dompet Dhuafa dalam bentuk kebutuhan pokok setiap bulannya. Proses pembelanjaan kebutuhan pokok tersebut dilakukan di warung atau toko terdekat. Wakil keluarga dapat mengambilnya setiap bulan kepada warung tersebut.
Pak Fauzan memberikan Paket Lebaran |
Meski mengalami berbagai macam cobaan dalam hidupnya, keluarga kecil Ibu Warsem tetap berusaha tersenyum dalam mengarungi kehidupan ini. Kelak suatu saat nanti, Ibu Warsem dan keluarga meyakini, cobaan hidup yang menerpanya saat ini akan berbuah manis dengan sebuah usaha dan doa yang senantiasa dilakukan.
Program Social Safety Net bagi keluarga yang terkulai ini adalah bentuk bantuan pangan bagi mustahik yang kesulitan dalam pemenuhan kebutuhan pangan. Program ini bermitra dengan lembaga sosial keagamaan sebagai pensuplai data mustahik dan warung yang dikelola invidu sebagai pensuplai bahan pangan. “Dengan berjalannya program ini maka tidak hanya mustahik yang sudah tidak berdaya yang dapat terbantu kebutuhan dasarnya, namun juga warung kecil yang ada di sekitar mustahik bisa juga diberdayakan,” ujar Fauzan, Penanggungjawab Program Social Safety Net LPM Dompet Dhuafa Program ini akan berlangsung tiga bulan, kemudian akan dievaluasi kembali sehingga bisa diperpanjang. Bu Warsem baru mendapatkan program ini, sehingga selama tiga bulan dapat dilihat untuk berikutnya. Melihat kondisi Bu Warsem, sangat tepat bila LPM Dompet Dhuafa menyerahkan paket bantuan sembako lebaran kepada mereka. Ada satu hal yang menarik dari pendapat Darim, anaknya Bu Warsem, bahwa mereka sangat senang atas bantuan paket lebaran ini. Namun dia tetap berharap untuk dapat mandiri, karena bagaimanapun dia tidak ingin menjadi pengemis yang meminta-minta bantuan dari orang lain.
|
Tak salah jika kemudian Bu Warsem dianggap tepat sebagai salah seorang penerima Program Jaminan Makan sebesar Rp 300.000 per bulan. Uang sejumlah itu akan diberikan oleh Dompet Dhuafa dalam bentuk kebutuhan pokok setiap bulannya. Proses pembelanjaan kebutuhan pokok tersebut, dilakukan di warung atau toko terdekat rumah Bu Warsem, yang dilakukan oleh pendamping dari Dompet Dhuafa. Menurut Fauzan dari Dompet Dhuafa, program yang diterima oleh Bu Warsem sebagai awal akan berlangsung selama 3 bulan. “Kemudian bisa saja diperpanjang menjadi 6 bulan, atau lebih panjang lagi, sesuai kebutuhan,” terangnya.”Alhamdulillah, saya bersyukur bisa dapat bantuan dari Dompet Dhuafa. Tapi, kalau bisa saya juga ingin bantuan berupa pekerjaan untuk anak saya,” harapnya.
Keluarga Ibu Warsem bersama rekan-rekan CJI Dompet Dhuafa |
Air Bersih sangat langka,karena semua berbayar |
Program ini manfaatnya begitu besar bagi kaum dhuafa. Semoga mereka pun merasakan kebahagiaan atas bantuan yang diberikan Dompet Dhuafa untuk mereka. Salah satunya kepada ibu Warsem dan keluarga,” harapnya. Berbagi dengan sesama sejatinya kembali untuk kebaikan kita. Bila kita memahami itu, niscaya akan lahir semangat yang membahana dari dalam jiwa. Dan itulah kenapa para sahabat Rasul SAW senantiasa berlomba-lomba dalam melakukannya. Berbagi dengan sesama laksana cermin, pengaruh kebaikannya memantul untuk pelakunya. Selain pahala yang niscaya diraih, Allah juga selalu menggantinya secara lebih baik, bahkan bertambah-tambah. Hal ini sebagaimana disabdakan Rasul SAW:”Tidak akan pernah berkurang harta yang disedekahkan (berbagi) kecuali justru ia bertambah, bertambah, bertambah.” (HR. Tirmidzi). Dalam Hadits lain ditegaskan, berbagi adalah untuk menurunkan karunia Ilahi. Nabi SAW bersabda, “Turunkanlah (datangkanlah) rezekimu (dari Allah) dengan mengeluarkan sedekah (berbagi kepada sesama).” (HR. al-Baihaqi)
Review by: Dian Mulyadi
Tulisan ini sudah melalui proses editing tanpa mengurangi substansinya, disadur dari http://www.ibufadlun.com/2015/07/semangat-berbagi-terus-ada-di-keluarga.html