SUMBA TENGAH, NTT — Tentu tidak mudah melewati masa tumbuh kembang tanpa kehadiran sosok orang tua dimasa kanak-kanak. Mungkin inilah yang dirasakan Wan Umbu Bora dan sang adik Irfanto Antonio, kedua orang tua mereka telah meninggal dunia sejak tahun 2020 lalu. Sebelum orang tua mereka meninggal dunia, kakak beradik ini tinggal di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.
Setelah kedua orang tua mereka meninggal dunia, Wan Umbu Bora dan Irfanto yang merupakan 4 (empat) bersaudara langsung dibawa salah seorang pamannya untuk tinggal di Kota Waibakul, Kabupaten Sumba Tengah, NTT. Kurang lebih 1 (satu) tahun 8 (delapan) bulan mereka tinggal bersama sang paman, mereka mendapatkan informasi adanya adik dari mendiang ibunda mereka yang tinggal di wilayah Pantai Utara yang banyak diisi oleh pemukiman muslim.
“Wan Umbu Bora kakak tertua dari lima saudara lainnya. Mereka 6 (enam) bersaudara sudah yatim piatu. Saudara yang kelima tinggal sama neneknya, sementara adik bungsu mereka diambil sama saudara bapaknya semenjak umur satu bulan setelah meninggal mendiang ibunya,” papar Ustaz Syaiful Sulaiman salah satu Da’i Pemberdaya Dompet Dhuafa Wilayah Sumba Tengah.
Pindahnya mereka ke tempat sang bibi ternyata adalah salah satu tuntunan Allah SWT. untuk menghantarkan mereka pada hidayah memeluk agama Islam. Mereka yang sebelumnya merupakan non-muslim, dengan tanpa adanya paksaan dan penuh keyakinan berikrar syahadatain dibimbing langsung oleh Ustaz Syaiful Sulaiman.
“Dengan tanpa ada paksaan mereka 4 (empat) bersaudara penuh keyakinan berikrar syahadatain tepatnya malam Senin tadi malam di bawah bimbingan kami setelah sebelumnya dua kali diberikan penguatan Islam dan ajarannya,” ungkap Ustaz Syaiful melalui pesan singkat.
Seusai mereka mengucapkan dua kalimat syahadat, 4 (empat) bersaudara ini diberikan nama baru yaitu Wan Umbu Bora menjadi Muhammad Abhizar, Lusia Rembu Piras menjadi Azahra Radya, Ade Monica menjadi Syakila, dan yang terakhir Irfanto Antonio yang baru berusia 7 (tujuh) tahun diberi nama Fa’as Irfan.
Selain mendapatkan nama baru, tidak berselang lama Abhizar dan adiknya Irfan juga melakukan prosesi khitan pada Jumat (1/4/2022), dibantu perawat dan didampingi oleh Ustaz Syaiful Sulaiman. Walaupun sempat merasa takut dan sedikit malu, akhirnya khitan kedua adik mualaf ini berjalan lancar tanpa adanya kendala apa pun.
Mereka bahkan sangat bersemangat dengan bertanya kepada Ustaz kapan diperbolehkan untuk kembali menunaikan Shalat dan apakah boleh mengikuti ibadah puasa di bulan suci Ramadan. Semangat mereka dalam beribadah perlu menjadi contoh kita semua untuk kembali meningkatkan keimanan serta ketakwaan terutama di bulan yang penuh rahmat ini.
Menurut keterangan dari Ustaz Syaiful Sulaiman, ke depannya adik-adik mualaf ini akan terus mendapatkan pendampingan terutama dalam aspek Aqidah dan ibadah sehari-hari. Berhubung mereka sedang dalam masa pemulihan setelah khitan, kegiatan tersebut akan diagendakan selama sekali dalam sepekan.
“Mereka ini kami bimbing khusus terutama Aqidah dan ibadah ringan, berhubung masih dalam masa recovery agendanya akan diadakan sekali sepekan,” ucap Abhizal kepada Ustaz Syaiful setelah melaksanakan khitan.
Semoga dengan adanya pendampingan dari Ustaz Syaiful Sulaiman bersama Da’i Pemberdaya lainnya dari Dompet Dhuafa mampu menguatkan iman serta membentuk karakter mualaf seperti Abhizal dan adik-adiknya agar lebih kuat menghadapi kehidupan dengan berbagai cobaan yang telah mereka lalui. (Dompet Dhuafa / Arlen)