Semangat Jangan Takut Berbagi Euis: Jangan Pintar Sendirian dan Pelit Berbagi Ilmu

DURI, RIAU — Siang itu, cuaca di Duri, menunjukkan angka 31 derajat Celcius. Namun, panas yang menyengat lebih dari itu. Tak lain lantaran Ibukota Kecamatan Mandau, Bengkalis, tersebut berada di ladangnya minyak bumi Provinsi Riau. Berderet kipas angin yang suaranya tak kalah dengan dynamo mesin jahit, turut menyejukkan ruangan kelas Fashion dan Desain dari program VOTED (Vocational Training for Entrepreneurship and Workforce Development) buah kerjasama PT. Chevron Pacific Indonesia dengan Institut Kemandirian Dompet Dhuafa.

Tampak dari kejauhan, seorang wanita sibuk menghampiri satu per satu meja jahit peserta VOTED di kelas tersebut. Ya, ia adalah Euis Mayasari (50), yang merupakan instruktur bagi para peserta didik kelas fashion dan desain di VOTED. Dengan semangat berbagi ilmu untuk mendidik sesama menjadi insan yang lebih baik dari kemarin, Euis, rela meninggalkan ibunda tercinta dan keluarga di Jakarta untuk berkeliling Provinsi Riau, mengisi kelas Fashion dan Desain.

“Alhamdulillah sejak bergabung pada 2013 lalu, saya mendapat amanah dari Institut Kemandirian Dompet Dhuafa sebagai instruktur fashion dan desain. Di situ saya punya kesempatan untuk berbagi ilmu kepada siapa saja yang ingin belajar fashion maupun desainnya. Alhamdulillah saya sudah 20 tahun menggeluti dunia kerja di bidang fashion dan desain. Kemudian dari masa kerja tersebut, sudah merasa mentok untuk apa yang saya cari saat bekerja. Tinggallah kini saya membagi ilmu dari apa yang sudah saya dapat selama itu,” jelas Euis, di sela mengajar akhir pekan lalu.

Dalam mengajar dari kelas ke kelas yang lain, tentu menyajikan segudang pengalaman maupun tantangan bagi Euis. Karena tidak semua anak didiknya pernah mengenyam pendidikan terbaik. Hanya bermodalkan kemauan dan motivasi untuk belajar dan berubah, mereka dapat mengikuti kelas dengan cuma-cuma. Namun sebagai instruktur, ia berprinsip tak hanya mengajar, tetapi juga tanggung jawab menjadi pendidik.

“Sejak mengabdikan diri di sini (Institut Kemandirian), saya curahkan semua waktu untuk para anak didik di setiap kelas. Saya tidak hanya bertanggung jawab sebagai pengajar, tetapi sebagai pendidik. Tidak jarang saya lakukan home visit maupun mendatangi asrama untuk sekedar menanyakan kendala, masih kesulitan di bagian mana dan lain-lainnya. Saya bertanggung jawab sampai mereka bisa dan menjadi orang,” tambah perempuan yang pernah bergelut selama 20 tahun di dunia garmen tersebut.

Dari pengalaman yang ada, ia tak mau pelit berbagi ilmu. Beragam materi yang ia kuasai dari tahapan memecah pola, memotongnya, hingga menjahit menjadi pakaian jadi, ia ajarkan semua. Bahkan, para anak didiknya juga ia bekali dengan pengetahuan ilustrasi mode maupun kolaborasi warna. Sehingga dapat merangsang para peserta untuk juga merancang busana dari imajinasinya sendiri.

“Saya tidak ingin pintar sendirian. Maknya saya tidak takut berbagi kepada siapapun yang memiliki kemauan belajar tinggi. Jangan pelit dengan ilmu, jangan pelit untuk berbagi dengan orang lain. Mimpi saya buat anak didik adalah mereka sukses dan menjadi lebih baik dari kemarin. Sehingga mereka menjadi kebanggan orangtua dan keluarga,” pungkas Euis, dengan semangat. (Dompet Dhuafa/Taufan YN)