ATHENA, YUNANI — Agak berbeda keadaan di negara-negara lain, sikap baik orang Indonesia di Athena, Yunani, tidak bertepuk sebelah tangan. Masyarakat Greek pada umumnya memiliki karakter yang juga sangat baik. Hal ini tidak terlepas dari agama Kristen Ortodoks yang menjadi keyakinan mayoritas mereka. Lebih lanjut menurut Ratih, sebagai salah seorang istri dari staff KBRI di Athena, masyarakat Greek memiliki kebiasaan keagamaan yang hampir sama dengan masyarakat Muslim.
Ia menyebutkan bahwa banyak makanan dan minuman yang diharamkan dalam Islam juga menjadi pantangan bagi orang Greek. Minuman keras, daging babi dan daging anjing, adalah di antara makanan dan minuman yang juga dilarang untuk dikonsumsi dalam agama Kristen Ortodoks. Selain itu, penggunaan penutup kepala (jilbab) juga menjadi bagian dari busana yang lazim dipakai oleh kaum perempuan Greek.
Selain itu, kebiasaan mengucapkan sesuatu (di dalam Islam disebut dengan zikir), dan meluangkan waktu untuk ibadah (dalam Islam disebut dengan Shalat) juga menjadi hal yang harus mereka jalankan sehari-hari.
Begitu kentalnya hubungan timbal balik antara WNI Muslim dan Masyarakat Greek berbuah cerita-cerita indah yang menarik untuk dicatat sebagai kisah toleransi antara umat beragama yang mengharukan. Ada fakta yang dikemukakan oleh Bu Sami, bahwa di tempat ia bekerja, sang majikan selalu mengingatkan untuk segera melaksanakan shalat ketika adzan berkumandang. Hal yang lebih luar biasa lagi, bahwa ada di antara pekerja yang kemudian difasilitasi untuk dapat melaksanakan ibadah haji ke Mekkah, dengan seluruh pembiayaan dan perbekalan yang ditanggung oleh majikan.
Meskipun Yunani sedang dilanda krisis ekonomi, akan tetapi secara umum bagi WNI Muslim, bekerja di Athena tetap menjadi tawaran yang cukup menggembirakan. Di samping sikap mereka yang baik, juga karena besarnya penghasilan dari tugas rumah tangga yang dilakukan, mereka mendapatkan penghasilan setiap bulan antara 9 sampai 10,5 juta rupiah (setara 600 atau 700 Euro).
Satu hal yang penting untuk bisa dilakukan dan diupayakan bagi WNI Muslim di Athena adalah bagaimana agar mereka tetap komitmen dengan keislamannya. Fakta sosial sebagai kelompok minoritas tidak sampai membuat mereka larut dengan kondisi yang ada. Sehingga dikhawatirkan dapat mengikis keyakinan mereka dan tidak mustahil mereka berangkat ke Indonesia dengan keimanan kepada Allah. Akan tetapi kemudian kembali ke kampung halaman sudah tidak berbekal anugerah keimanan tersebut.
Dari fenomena ini, maka kegiatan dakwah Islamiyah perlu terus dilakukan dalam rangka menjaga keimanan WNI Muslim di Athena. Upaya internal sudah mulai dilakukan di KBRI dengan membentuk organisasi Rohis (Kerohanian Islam) sejak tahun 1990-an. Dengan agenda rutin pengajian bulanan yang diselenggarakan di Aula KBRI. Kemudian di setiap bulan Ramadhan, KBRI dan Rohis melakukan kerjasama dengan Cordofa Dompet Dhuafa dengan mendatangkan Da’i dari Indonesia. Sehingga aktivitas kerohanian di bulan Ramadhan dapat lebih massif dilakukan jika dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya. Semoga Allah senantiasa melindungi hamba-hamba-Nya di berbagai belahan dunia. Agar tetap dapat istiqamah di jalan yang benar. (Dompet Dhuafa/Ustadz Dr. Abdul Ghoni/Dea)