BOGOR, JAWA BARAT — Linda Anggrea selaku CEO Buttonscarves—jenama fesyen premium Indonesia—berbagi inspirasi dan cerita motivasi kepada ratusan mahasiswa STIM Budi Bakti Bogor pada Kamis (16/5/2024). Bertempat di Aula Serbaguna Masjid Zona Madina Dompet Dhuafa, Bogor, seminar kewirausahaan ini mengangkat tajuk “Womenpreneur: Berdaya dan Berkarya”.
Mengawali cerita, Linda “blak-blakan” menyampaikan latar belakang kehidupannya. Ia lahir di sebuah pelosok desa di wilayah Riau, jauh dengan kehidupan hiruk-pikuk perkotaan. Kedua orang tuanya juga tidak pernah merasakan duduk di bangku Sekolah Menengah Atas. Namun bagi Linda, hal inilah yang menjadi pijakan motivasi Linda untuk menginspirasi dan bangkit.
“Saya anak desa yang lahir 33 tahun lalu di pelosok di Riau. Tahun 1991, listrik di desa kami pun hanya ada malam hari, nonton TV hanya hari Minggu. Dengan segala kondisinya, aku ingin mengubah nasib. Aku ingin merasakan berbagai pengalaman dan peluang-peluang yang ada. Maka aku request kepada orang tua untuk bersekolah di ibu kota provinsi, kemudian SMA merantau di Jakarta,” aku Linda.
“Melanjutkan kuliah jurusan Manajemen Keuangan di Universitas Indonesia, aku tak ingin menyia-nyiakan kesempatan. Saat kelas, aku selalu ingin duduk di kursi depan agar mudah menyerap ilmu sebanyak-banyaknya dari pengajar. Lulus dengan cumlaude, bekerja di Bank Indonesia, juga CT Corp. Sukses tidak ada yang instan. Aku belajar, berdoa, berusaha, dan konsisten. Tapi prinsipku, kita harus aware dengan sekitar kita, untuk melihat setiap peluang. Karena kesempatan bisa datang dari mana saja. Hal-hal kecil pun bisa jadi peluang bisnis,” ungkapnya lagi.
Baca juga: Dompet Dhuafa dan Bina Trubus Swadaya Siap Kerja Sama Pemberdayaan Agropreneur Sosial
Ya, perkara aware tersebut, Linda sudah coba-coba lakukan sejak Sekolah Dasar. Kala itu bulan Ramadan dan Linda melihat peluang dengan kebutuhan anak-anak sepermainannya bermain kembang api. Linda pun membeli kembang api dan menjualnya kembali. Hasilnya, Linda mampu membeli baju lebaran atas usahanya sendiri. Begitupun dengan awal cerita lahirnya Buttonscarves. Sebagai perempuan muslim, ia melihat kebutuhan muslimah akan kebutuhan sandang yang digunakan sehari-hari bahkan menjadi fesyen.
“Bikin jenama fesyen berawal dari hal sederhana. Ingin punya usaha yang banyak impact untuk perempuan. Karena perempuan punya kesempatan yang sama untuk sama-sama berkontribusi dan berkarya. Ternyata Indonesia itu penduduk muslim terbesar di dunia kala itu. Dan bagi muslimah, hijab jadi salah satu key item produk outfit sehari-hari. Saya lihat kala itu ada gap di pasar. Ada kebutuhan, tapi terbatas. Ini peluang. Supply + Demand = Transaction. Pesanku, serap ilmu dari pengajar sebanyak-banyaknya, untuk bekerja atau berwirausaha. Untuk bisa berprestasi, dibutuhkan jiwa yang kuat untuk berdiri di depan,” jelas Linda.
Pada enam bulan pertama, segala aktivitas Buttonscarves dijalankan sendiri oleh Linda. Demi membuat produk dan melayani penjualan, Linda mengorbankan waktu dan tenaganya, membagi peran sebagai seorang ibu di tahun 2016 itu. Dari modal yang ia tabung saat bekerja, Buttonscarves lahir dari ruang kecil dan kini gaungnya mendunia. Buttonscarves juga hadir dalam ragam pameran fesyen di Jakarta, Dubai, New York hingga Paris Fashion Week. Kini, Buttonscarves Store telah hadir di hampir seluruh Indonesia, juga di Malaysia.
Baca juga: Wisuda Penerima Beasiswa Yatimpreneur Dompet Dhuafa
Dalam perjalanan delapan tahun bisnisnya, ia turut berinovasi dengan membangun komunitas bernama The BS Lady. Linda berupaya menanamkan nilai kebaikan yang hubungannya tercermin. Dari situ, mereka membuat gerakan-gerakan baru, kebaikan pun menyebar. Bagi Linda, inovasi merupakan kunci untuk membuka berbagai kesempatan dan peluang yang akan datang. Menjadi berbeda adalah jalan yang ia pilih dalam Buttonscarves.
“Sebanyak 80 persen Tim Buttonscarves itu perempuan. Kami juga bangun komunitas The BS Lady. Kami tawarkan bahwa BS bukan sekedar produk, namun inovasi. Sebuah elevate, berbeda. Dan menjadi berbeda adalah pilihan. Ini sekaligus tantangan bagi saya, perempuan memimpin bisnis, jangan pernah takut memulai. Karena berani memulai itu adalah awal untuk kita mencapai milestone and achievement di kemudian hari,” papar Linda.
“Kadang kita terlalu menilai diri tidak mampu, padahal kita punya kemampuan lebih dari yang kita miliki jika maksimal. Sebab kita semua punya kesempatan yang sama. Jika kita gerak sendiri impact-nya kecil, besar jika bersama. Ke depan, Indonesia akan dipertimbangkan, punya ekonomi besar, ini peluang besar bagi kita. So, keep the spirit! Berusaha maksimal untuk gapai mimpi,” lugas Linda, menutup sesi inspirasi.
Baca juga: Komitmen Berdayakan Yatim, Dompet Dhuafa Lampung-Berkah Madani Center Luncurkan Yatimpreneur
Sebagai informasi, sebelumnya Buttonscarves bersama Modinity Group turut menyalurkan amanah donasi melalui Dompet Dhuafa atas bentuk kepeduliannya terhadap situasi yang menimpa Gaza, Palestina saat ini. Seluruh hasil dari penjualan tiket “Kajian Akbar: Doa Untuk Palestina”, didonasikan melalui Dompet Dhuafa. Tidak berhenti di situ, ajakan kebaikan dari jenama-jenama fesyen yang tergabung dalam Modinity Group juga turut mengamanahkan bantuan untuk Palesina via Dompet Dhuafa.
Untuk memberikan ruang apresiasi terhadap bentuk ekspresi kepedulian terhadap kemanusiaan yang ditunjukkan masyarakat Indonesia, khususnya Buttorscarves yang begitu beragam, Dompet Dhuafa bersama STIM Budi Bakti memberikan sebuah penghargaan kepada para pegiat kemanusiaan, salah satunya Linda Anggrea. Buttonscarves merupakan kolaborator kebaikan yang telah banyak mendedikasikan program-program kemanusiaan melalui Dompet Dhuafa.
Penghargaan tersebut diserahkan langsung oleh Herdiansyah selaku Wakil Ketua Pengurus Dompet Dhuafa kepada Linda Anggrea pada kesempatan itu. Herdiansyah pun menyampaikan rasa syukurnya karena Dompet Dhuafa berteman baik dengan seorang Linda, Buttonscarves, yang hari ini sering berderma memberi kepedulian dan kecintaan pada banyak orang.
Baca juga: Yudi Latif: Kebermanfaatan dan Inovasi Entrepreneurship dalam Pengabdian Dompet Dhuafa
“Hari ini kita akan belajar banyak dari Mbak Linda. Hal baik dan hebat supaya kita dapat menyerap pengalaman seperti Mbak Linda. Kita percaya gerakan-gerakan kecil dilakukan menerus akan sukses, walau tantangannya berat. Sedikit teringat cerita, seperti dulu tahun 2009 kawasan ini (Zona Madina) mulai dibangun dari luas area 8,5 hektare. Bangun rumah sakit, diikuti dengan kawasan pemberdayaan kebun, masjid, kampus dan sebagainya. Ini cita-cita bersama Klaster Madaya, klas tercerahkan, mandiri, dan berdaya,” ucap Herdiansyah.
Senada dengan hal itu, Etika Setiawanti selaku Sekretaris Pengurus Dompet Dhuafa mengatakan bahwa Dompet Dhuafa juga selalu melibatkan perempuan. Buttonscarves menjadi pelaku kolaborator kebaikan, ini memberi semangat kepada para perempuan agar dapat memberi dampak besar bersama.
“Setiap manusia punya kesempatan yang sama, terlebih juga perempuan. Bagi Dompet Dhuafa tentu sangat positif dan manfaat luasnya untuk Indonesia. Apresiasi Womenpreneur Award ini karena dedikasi beliau terhadap perempuan, usaha, dan kontribusinya peduli kemanusiaan, khususnya Palestina via Dompet Dhuafa,” pungkas Etika. (Dompet Dhuafa)
Teks dan foto: Dhika Prabowo, Riza Muthohar
Penyunting: Dedi Fadlil, Ronna