Septiyani: ?Ku Raih Beasiswa Berkat Doa Ibu??

Bagi seorang remaja, menikmati masa muda menjadi hal paling penting yang tak boleh dilewatkan. Masa-masa yang penuh keceriaan dan semangat yang menggelora itu sering mereka isi dengan kegiatan yang menyenangkan seperti, bermain dengan teman sebaya, berkunjung ke tempat hiburan, dan lain sebagainya. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi Septiyani (16), siswi asal Gunung Kidul, Yogyakarta ini.

Di saat teman-teman seusianya tengah asik bermain, siswi SMK yang tengah duduk di kelas XI ini lebih memilih untuk menjadi pejuang bagi keluarganya dikarenakan keterbatasan ekonomi yang tengah dialami. Sejak sang ayah meninggal dunia 3 tahun silam, Septi, demikian sapaan akrabnya sehari-hari ini harus membantu mencari nafkah bagi keluarganya dengan menjadi petugas kebersihan (cleaning service) di Kantor Polsek Purwosari, Kabupaten Gunung Kidul, DI Yogyakarta

“Selama ayah saya masih hidup, saya dilatih untuk bertanggung jawab dan bekerja keras. Seperti mencangkul, mencari rumput dan mencari kayu bakar,” Terang Septi dalam goresan penanya untuk Dompet Dhuafa Jogja.

Dikenal sebagai siswi yang sangat ulet dan rajin, Septy sangatlah berbeda dengan teman-teman sebayanya. Gadis ini jauh dari kebiasaan anak muda lain yang suka jalan-jalan dengan teman bermainnya, bermain gadget atau sekedar bersantai menonton televisi. Septiyani kesehariannya disibukkan dengan aktivitas mencari uang bekal kehidupan, di sela waktu belajarnya.

“Sepulang sekolah saya buruh, jam empat sore pulang membantu ibumencari rumput. Selepas maghrib saya ke Polsek bekerja hingga malam, kadang jam sebelas malam saya baru pulang. Keesokan harinya sehabis subuh saya belajar sebentar lalu kemudian bekerja lagi di Polsek sampai jam 06.30,” ujar Septi menjelaskan.

Hidup dalam keterbatasan ekonomi menjadi hal yang tak diinginkan setiap orang, begitupun dengan Septi dan keluarga. Namun, kini ia hanya bisa pasrah dan ikhlas dalam menjalani cobaan hidup tersebut.Demi menyambung hidupnya bersama sang ibu hal inipun harus dijalani. Ibunya yang semakin renta tak mampu lagi melakukan pekerjaan berat. Tak tega melihat kondisi sang ibu yang sepuh membuat Septi menjadi penopang keluarga dalam mencari nafkah. Ditambah lagi beban hutang yang telah lama belum lunas.

“ Bekerja di Polsek lumayan buat pendapatan keluarga walau hanya Rp 200 ribu per bulan. Setiap habis gajian uang yang Rp 170 ribu dikasih ke koperasi unit desa untuk membayar hutang, sisanya kebutuhan sehari-hari.” Ungkap Septi yang juga mengaku tidak pernah memiliki baju, sepatu atau tas baru. Semua yang ia kenakan adalah bekas pemberian orang lain.

Melihat kegigihan dan semangat yang ditunjukkan Septi yang ikhlas menjadi penopang ekonomi keluarga, dan berdasarkan hasil survei tim Dompet Dhuafa Jogja, siswa yang juga bercita-cita menjadi seorang guru dan ingin melanjutkan pendidikan setinggi mungkin ini, ia berhasil lolos dalam Program Beasiswa Sahabat Bintang yang bekerja sama dengan Bank BPD Syariah Yogyakarta senilai Rp 48 juta.

Dompet Dhuafa Jogja tak ingin membiarkan cita-cita mulia yang sangat diimpikan siswa yang penuh keceriaan dan murah seyum ini. Sehingga, melalui beasiswa yang diperolehnya Dompet Dhuafa berharap, kelak Septy mampu mewujudkan cita-citanya dan mampu menjadi seorang yang sukses dan mampu membahagiakan keluarganya kelak.

“Saya yakin, berkat doa ibu akhirnya saya mampu meraih beasiswa ini” ucapnya tersenyum.

Septiyani hanyalah salah satu kisah anak bangsa yang memiliki kehidupan jauh dari hingar bingar dan kebebasan anak muda pada umumnya. Masih banyak lagi di luar sana anak-anak seusia Septiyani yang juga sudah berjuang untuk keluarganya. Semoga kegigihan dan keuletan Septiyani menjadi penopang kehidupan keluarganya dapat menjadi tauladan kita semua dalam menjalani kehidupan dengan penuh syukur dan keikhlasan. (uyang)