JAYAPURA, PAPUA—Provinsi Papua sebagai wilayah paling timur dari Indonesia memiliki potensi bencana geologi yang cukup rawan. Bencana gempa bumi, longsor, dan banjir acap kali terjadi pada hampir semua Kabupaten di Provinsi Papua. Aktivitas lempeng Indo-Australia di bagian selatan dan lempeng pasifik di bagian utara-timur laut menyebabkan Pulau Papua secara umum akan selalu rentan mengalami pergeseran-pergeseran secara tektonik.
Dalam laporan Indeks Risiko Bencana (IRBI) di tahun 2021, wilayah Jayapura, Papua berada di posisi ke-10 sebagai wilayah dengan indeks risiko bencana tertinggi. Di samping itu, dalam Data Informasi Bencana Indonesia (DIBI) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sepanjang tahun 2009-2019, banjir dan tanah longsor merupakan bencana yang paling sering terjadi di Papua.
Dengan rincian, banjir terjadi 68 kejadian, tanah longsor ada 23 kejadian, gelombang pasang dan abrasi terjadi tiga kejadian, cuaca ekstrim ada Sembilan kejadian, kekeringan terjadi satu kejadian, gempa bumi 11 kali kejadian dan tsunami satu kejadian. Total terdapat 116 kejadian bencana. Dari 116 kejadian bencana ini mengakibatkan 207 korban jiwa, 106 jiwa hilang, 1.562 luka-luka, dan 31.554 mengungsi. Artinya setiap satu kali bencana alam, maka dipastikan 270 jiwa akan terdampak.
Melihat kenyataan di atas Layanan Kesehatan Cuma-Cuma (LKC) Dompet Dhuafa Papua dan Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa menyelenggarakan pelatihan mitigasi bencana yang bertajuk Volunteer Camp di Tanjung Cinta Sentani, Doyo Lama, Distrik Waibu, Kabupaten Jayapura, Papua pada 28-30 Oktober 2022. Sebanyak 30 peserta turut serta dalam kegiatan ini.
“Di wilayah Kota Jayapura ketika memasuki musim hujan, sering kali terjadi banjir dan kebetulan di sini banyak relawan dari Dompet Dhuafa yang ada di Papua. Sehingga dengan diadakannya pelatihan ini. Benar-benar menjadi bekal bagi mereka di lapangan. Ini juga sebagai bentuk pencegahan dan sosialisasi terhadap mitigasi bencana,” jelas Umayra Maulida Sabatiyah selaku Kepala Wilayah LKC Dompet Dhuafa Papua.
Pelatihan mulai dari penanganan pertolongan pertama, pengelolaan Dapur Umum, Water Rescue, pemulasaran jenazah dan ditutup dengan simulasi manajemen serta evakuasi saat terjadi bencana. Pada pelatihan ini juga mengundang dari instansi Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Jayapura yang dihadiri oleh Lettu CKM (K) dr. Putri A. Tobo (Angkatan Laut) dan Letda CKM (K) dr. Theresia Marlen. L (Klinik TNI Yonif 751 di Jayapura) dari TNI Rindam Jayapura serta A.G. Singgamui dari BPBD Jayapura.
“Penanganan bencana juga bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, melainkan harus melibatkan peran masyarakat luas. Inilah yang saat ini dikenal sebagai penanganan bencana berbasis masyarakat. Penanganan bencana berbasis masyarakat ini berupa sosialisasi dan juga pelatihan kepada masyarakat,” terang Haryo Mojopahit selaku Chief Executive DMC Dompet Dhuafa.
Diharapkan dengan pelatihan ini, para peserta atau relawan menjadi potensi atau unsur pencegahan dan penanggulangan bencana yang diperhitungkan di tingkat lokal maupun regional. Dengan menyatukan kekuatan yang komprehensif, dan yakin bahwa ke depan penanganan terhadap bencana akan semakin efektif, cepat dan tepat. (Dompet Dhuafa / DMC)