PANDEGLANG — Menjelang akhir tahun, Indonesia kembali dirundung duka. Tsunami menghempas pesisir barat Banten dan selatan Lampung. Selat Sunda yang terkenal indah memperlihatkan sisi buruknya. Erupsi anak Gunung Krakatau ditambah cuaca yang tidak bersahabat mengakibatkan tsunami. Tercatat 222 korban meninggal dunia, 843 orang luka-luka, dan 30 orang masih dinyatakan hilang. Kerusakan materiil juga terbilang tinggi, sepanjang jalan di pesisir pantai dipenuhi bangunan rusak. Hotel, puskesmas, sekolah dan kendaraan seperti mobil berhamburan.
Namun, suara kemanusiaan terus menggema. Masyarakat Indonesia tidak tinggal diam ketika saudara-saudaranya berduka. Kurang dari 24 jam sejak tsunami terjadi, bantuan terus mengalir ke pusat wilayah terdampak. Termasuk pergerakan tim relawan dan bantuan kemanusiaan dari Dompet Dhuafa.
Pantauan terbaru, di Pos Dompet Dhuafa Banten, di Serang sudah mulai berdatangan bantuan logistik dari berbagai wilayah. Beberapa logistik juga langsung diantarkan oleh masyarakat ke tempat bencana secara swadaya dengan kendaraan pribadi, baik itu motor ataupun mobil. Bahkan relawan dari berbagai lintas profesi dan wilayah, banyak berdatangan, tentunya untuk dapat menyumbangkan jasanya. Pos Dompet Dhuafa di Desa Carita, Pandeglang, Banten, juga mendapatkan tawaran alat-alat memasak untuk mengaktifkan dapur umum. Kepala desa bersama warga, guyub mengumpulkan alat memasak untuk memulai operasi dapur umum. Pos Dompet Dhuafa di berbagai titik ramai didatangi oleh pihak-pihak yang ingin membantu saudara sesama yang terkena musibah.
Mengingat parahnya dampak tsunami bagi warga pesisir Banten dan Lampung Selatan, tentu bantuan dari banyak pihak sangat dibutuhkan. Warga yang tinggal di pengungsian sangat membutuhkan banyak kebutuhan dasar seperti bahan pangan sebagai pemenuhan nutrisi, selimut, pembalut, dan tentu juga air minum, serta tenda. (Dompet Dhuafa/Zul)