Sholihah (47), salah satu penerima manfaat Dompet Dhuafa pada Program Shelter, yang berjuang melawan Kanker Serviks. (Foto: Radinal/Dompet Dhuafa)
Selama menjalani hidup, setiap manusia pasti pernah merasakan berbagai macam cobaan dan musibah, salah satunya adalah menderita sebuah penyakit. Terlebih, penyakit yang cukup mematikan dan belum ada penanganan medis yang mampu menyembuhkannya. Ya, hal itulah yang kini mendera Sholihah (47), warga asal Jakarta.
Sudah berjalan 3 tahun lamanya, Sholihah harus berjuang melawan penyakit yang menyerang pada bagian reproduksi ini. Ia pun bercerita, awal mulanya mengapa bisa terjerat dengan penyakit yang menghinggapi sebagian besar kaum hawa seluruh dunia itu.
Ia menuturkan, rahimnya tiba-tiba mengalami pendarahan di rumah. Saat itu juga, ia pun segera memeriksakan ke dokter di sebuah Puskesmas yang tidak jauh dari rumahnya yang berada di kawasan Jakarta.
“ Jawaban mereka sama, saya hanya mengalami keputihan. Tak lama kemudian, pendarahan saya semakin banyak. Akhirnya saya pergi ke rumah sakit umum di Karawang. Dari situlah ketahuan bahwa saya menderita penyakit kista,” ujar ibu paruh baya ini.
Setelah memeriksakan ke rumah sakit, tim dokter yang menangani Sholihah memutuskan untuk mengangkat penyakit tersebut. Perasaan lega ketika itu memang dirasakannya, walau hanya sesaat. Kekhawatiran kembali menghantui dirinya ketika sang dokter memberitahukan bahwa terdapat Kanker Serviks dalam rahimnya.
“ Sangat kaget, berarti saya harus menjalani pengobatan dalam jangka waktu panjang,” ucapnya lirih.
Mengenai Kanker Serviks yang dideritanya, sang dokter menyarankan Sholihah untuk melakukan pengobatan medis lebih lanjut ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), Jakarta. Selama enam bulan saya menjalani perawatan di sana. Alhamdulillah, biaya perawatannya gratis karena ditanggung dari Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda).
Setelah menjalani enam bulan perawatan, ternyata penyakit itu kambuh lagi. Pengobatan pun dijalani lagi. Sholihah pun harus bolak-balik Jakarta-Karawang selama tiga bulan ini. Biaya pulang pergi yang mencapai dua ratus ribu sehari begitu membebani.
“Terus terang, saya putus asa karena kekurangan uang. Suami saya tidak bekerja. Kalau ada kerjaan, dia bisa mendukung biaya transportasi. Saya sendiri hanya ibu rumah tangga yang tidak berpenghasilan,” paparnya.
Saat keadaan seperti itulah, ia mulai teringat dengan kenalan bernama Rosyid yang pernah bekerja di Dompet Dhuafa.Ia pun memberanikan diri untuk menghubungi kawan lamanya tersebut, untuk meminta pertolongan. Beruntung, di saat kesusahan tengah menghampiri dirinya, dari sahabatnya ia memperoleh informasi mengenai program Shelter Pasien yang dijalani Lembaga Pelayanan Masyarakat (LPM) Dompet Dhuafa.
Shelter Pasien sendiri merupakan program menyediakan rumah yang dijadikan sebagai hunian sementara bagi pasien dan keluarga pasien yang sedang melakukan pengobatan di RSCM. Sehingga, pasien dan keluarganya mendapat hunian yang layak. Selama di Shelter, pasien mendapatkan bimbingan agama dan hidup sehat serta mendapatkan bimbingan agama dan hidup sehat serta mendapatkan kebutuhan pokok untuk menunjang kehidupan selama pengobatan.
“Alhamdulillah, saya diterima untuk tinggal disana hingga masa pengobatan selesai. Saya harus menjalani masa pengobatan berupa kemoterapi, penyinaran, dan kontrol hingga tiga bulan kedepan,” jelasnya.
Di shelter sama sekali tidak dipungut biaya. Hal ini amat meringankan beban finansial Sholihah dan keluarga. Di luar itu semua, Sholihah sangat bersyukur bisa berada di shelter ini. (Erni, Uyang)
#Ramadhan, Ambil Berkahnya.
“22 tahun Dompet Dhuafa Tumbuh Bersama, mari bergandeng tangan wujudkan kemandirian”