JAWA BARAT — Memuliakan orangtua dan orang-orang yang sudah lanjut usia adalah salah satu program kebaikan yang ada di Dompet Dhuafa. Melalui Suluk Nusantara yang bersanggar di Depok Mulya 1, Blok K, No. 90, Beji, Depok, Dompet Dhuafa telah mengumpulkan para lansia untuk berdaya sehingga tetap andil turut membangun bangsa. Khususnya melalui seni budaya, para lansia terus mengembangkan kekayaan bangsa Indonesia. Sanggar Suluk Nusantara menjadi tempat olah rasa bagi semua orang dari berbagai kalangan.
Pada Sabtu (4/6/2022), Dompet Dhuafa dan Suluk Nusantara menggelar acara Halal Bi Halal (HBH) sekaligus menampilkan Krida Lansia. Hadir pada kesempatan tersebut Parni Hadi selaku Inisiator dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Dompet Dhuafa Republika, Bambang Wiwoho dan Trusti Mulyono selaku Pembina Suluk Nusantara, Ahmad Shonhaji selaku Direktur Dakwah, Budaya dan Pelayanan Masyarakat Dompet Dhuafa, Iskandar Ismanaji selaku Ketua Sanggar Suluk Nusantara, Herdy selaku Direktur Digdaya Dinamika Publika, serta puluhan lansia dari berbagai latar belakang, juga anak-anak muda para pegiat budaya.
Inisiator dan Ketua Dewan Pembina Yayasan Dompet Dhuafa Republika Parni Hadi dalam sambutannya mengajak para lansia untuk menyangkal anggapan bahwa lansia itu orang yang kesepian dan tidak bisa melakukan apa-apa. Ia menegaskan, hidupnya kegiatan-kegiatan di Sanggar Suluk Nusantara ini menjadi bukti bahwa lansia bukanlah orang yang masanya habis pakai, justru menjadi harta karun bagi generasi-generasi setelahnya.
“Katanya lansia itu dicap mengidap 3S: Sepuh, Sepi, Sepah. Kita buktikan bahwa lansia sepuh tapi tidak sepi meski ditinggal anak dan cucu dari rumah besar. Kita buktikan bahwa lansia tidak sepah seperti sampah sekali pakai, melainkan masih bisa berdaya. Itulah tugas Dompet Dhuafa untuk memberdayakan kaum lansia. Maka pada HBH ini Dompet Dhuafa dan Suluk Nusantara menampilkan krida lansia. Bersama Dompet Dhuafa, Lansia akan menjadi S3, yaitu Semangat, Sehat dan Sejahtera,” terangnya.
Pada kesempatan HBH Keluarga Besar Suluk Nusantara ini, Dompet Dhuafa ingin mengajak masyarakat khususnya para lansia untuk menyantap 3 (tiga) santapan. Yaitu santapan mulut, santapan pikiran dan santapan jiwa. Di sanggar ini lah tempat olah rasa berbagai macam multi etnik, multi agama, multi madzhab tuntuk olahrasa. Parni berharap para lansia tetap mampu membangun bangsa ini.
“Lansia tidak boleh jadi sepuh saja, apalagi kesepian dan sepah tidak bermanfaat. Lansia adalah harta karun bagi generasi-generasi muda setelahnya. Pengalaman-pengalaman kisahnya lah yang sangat berharga,” ucap Parni.
Salah penampilan lansia yang digelar pada Krida Lasia adalah goro-goro. Goro-goro menampilkan punokawan yang diperankan oleh Iskandar Ismanadji sebagai Semar, Agus sebagai Gareng, Nurma Nurwito sebagai Petruk, dan Meneer Yogi sebagai Bagong. Goro-goro diiringi oleh beberapa tembang yaitu Lancaran Mbokyo Mesem, Srepeg Lancaran – Mentog-mentog, Srepeg Lancaran – Kupu Kuwi, Pangkur Gambyong / Ladrang Pangkur Slindro 9, Srepeg Lancaran – Sayuk, Lancaran Kuwi Opo Kuwi, Srepeg Lancaran – Gugur Gunung/ Pelog Barang.
“Hari ini Suluk Nusantara memberikan jawaban bahwa lansia bukanlah orang yang lemah, justru menjadi harta yang berharga yang mewariskan pikiran, pengalaman, budaya, dan agama,” ucap Direktur DBPM Dompet Dhuafa Ahmad Shonhaji. (Dompet Dhuafa / Muthohar)