PROBOLINGGO, JAWA TIMUR — “Ada tiga komponen kunci sukses kiat mengaji Al-Qur’an,” ujar Syahiruddin (68), salah satu Peternak asal Desa Kalianan, Kec. Krucil, Kab. Probolinggo, yang sekaligus telah menekuni profesi Mualim (guru agama/pengajar baca Al-Qur’an) selama 25 tahun.
Menurutnya, tiga komponen untuk mendidik anak hafal Al-Quran yakni, mualim, wali murid, dan murid. Ketiga hal tersebut harus bersama-sama dalam membangun semangat untuk belajar Al-Qur’an. Jika wali dan muridnya semangat, tapi mualimnya tidak. Maka kemauan hafal itu tidak ada. Hal sebaliknya juga tidak bisa, semisal mualim dan wali murid semangat tapi anaknya tidak ada kemauan. Maka akan sulit juga.
“Biasanya untuk memudahkan dan memotivasi anak-anak untuk belajar. Saya lantunkan ayat Al-Qur’an dengan nada-nada. Jadikan sebuah lagu yang indah. Dengan begitu anak-anak akan tertarik,” imbuhnya.
Tahun pertama beliau mengajar mengaji terjadi di tahun 1995. Kala itu ia hanya mengajar untuk anak-anaknya saja. Namun lambat laun warga sekitar memercayakan anak mereka untuk menjadi murid beliau.
“Tahun pertama itu pas 1995. Kemudian mengajar mengaji di mushollah baru pada tahun 1997,” ujarnya.
Mushollah Darrul Muttaqin menjadi tempat ia beramal ilmu. Mushollah dengan ukuran luas 4×3 meter memiliki total santri sebanyak 40 anak. Dalam kurun waktu 34 tahun mushollah ini berdiri, Syahiruddin dan sang istri terus mendedikasikan untuk mengajar anak-anak agar mampu membaca Al-Qur’an.
“Hmm.. waktu yang cukup lama. Bahkan mereka yang dahulunya belajar di sini dan sudah menjadi sepasang suami-istri, juga menitipkan anaknya untuk belajar mengaji di sini,” sambungnya.
Selain mengajar mengaji, beliau beserta istri juga merupakan seorang peternak. Tepat sebelah rumahnya merupakan tempat kandang sapi yang unggul dengan hasil perah susunya. Jika pagi hingga siang mereka sibuk di ladang dan kandang. Sorenya ia langsung siap-siap untuk mengajar mengaji murid-murid kesayangannya.
Indana Lazufa (11), salah seorang murid beliau mengungkapkan kesenangannya dalam belajar bersama kawan lainnya dibawah bimbingan Pak Syahiruddin beserta istri. Ia bahkan bercita-cita ingin menjadi pengajar AL-Qur’an dan Hadist.
“Ayat favorit aku itu surat An-Naba. Suka sekali sama kisah dibalik ayat itu,”pungkas Indana.
Mushollah Darul Muttaqin merupakan salah satu titik lokasi penerima manfaat dari program Sedekah Al-Qur’an yang digencarkan oleh Dompet Dhuafa Cabang Jawa Timur. Sebelumnya tim relawan Dompet Dhuafa Volunteer (DDV) Jawa Timur mendistribusikan 70 Al-Qur’an ke Desa Kalianan pada Oktober 2020 lalu. Kemudian dengan tingkat minat masyarakat akan membaca Al-Qur’an yang tinggi Dompet Dhuafa Jawa Timur kembali mendistribusikan sebanyak 100 Al-Qur’an pada Kamis (10/12/2020).
Sebagai seorang mualim atau guru tanpa tanda jasa, ia terus akan tetap mengajar selama masih ada anak-anak yang datang berkeinginan mempelajari Al-Qur’an.
”Saya tidak mau membatasi hingga kapan saya akan menekuni bidang ini. Selama masih sehat, saya akan tetap mengajar. Saya tidak mau banyak anak yang terlantar tidak bisa mengaji hingga buta baca Al-Qur’an,” tutupnya. (Dompet Dhuafa / Fajar)