Dari Tanah Yang Terpenjara: Seruan Tak Terpadamkan Perjuangan Rakyat Palestina

JAKARTA — Selama 11 bulan, Israel telah membantai Gaza habis-habisan tanpa pandang bulu. Nyaris satu tahun warga Palestina menderita di bawah agresi dan blokade. Gaza yang tadinya merupakan kota kecil nan menawan di pesisir pantai dan menjadi rumah bagi dua juta penduduknya, telah berubah menjadi penjara yang perlahan-lahan membunuh seluruh warga yang ada di dalamnya. Israel tak menyisakan satu meter pun tempat yang aman di Gaza.

Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan bahwa setidaknya ada 40.738 orang tewas selama lebih dari 11 bulan terakhir sejak Israel menyerang Gaza. Termasuk 16.500 anak-anak dan 125 jurnalis. Lebih dari 93.855 orang luka-luka, dan lebih dari 10 ribu lainnya dinyatakan hilang.

Israel juga telah merusak dan menghancurkan lebih dari separuh rumah penduduk di Gaza. Berdasarkan data PCBS (Biro Pusat Statistik Palestina), infrastruktur di Jalur Gaza mengalami kerusakan cukup parah. Lebih dari 50 persen bangunan hancur dan 360 ribu bangunan di Gaza rusak sebagian atau hancur. Sebanyak 305 sekolah atau universitas hancur, 32 rumah sakit tidak dapat beroperasi, 25 rumah sakit rusak akibat serangan rudal, dan 649 fasilitas pelayanan kesehatan terkena dampaknya. Tiga gereja dan 290 masjid hancur, sedangkan 168 bangunan umum rusak.

Baca juga: Teater Tanah yang Terpenjara Titimangsa feat Dompet Dhuafa

Selama 11 bulan lamanya, Israel telah melakukan pembantaian besar di Jalur Gaza. Ini adalah alarm yang seharusnya menjadi peringatan darurat bagi seluruh dunia bahwa Gaza telah mencapai titik batasnya. Membiarkan genosida terus berlangsung berarti membiarkan Israel melakukan pembantaian-pembantaian selanjutnya di Jalur Gaza.

Demi menyiarkan dan terus menyuarakan kepedulian terhadap Palestina, Dompet Dhuafa bekerja sama dengan Teater Titimangsa menggelar teater musikal berjudul “Tanah yang Terpenjara” #LantangkanSuarauntukPalestina yang akan diselenggarakan pada 3 Oktober 2024 mendatang. Sekaligus menjadi peringatan 1 tahun peristiwa 7 Oktober 2023.

Happy Salma dalam Konferensi Pers Tanah Yang Terpenjara, Rabu (18/9/2024), di Bakoel Koffie, Cikini, Jakarta Pusat, menyatakan bahwa kemanusiaan di atas segalanya. Ia juga mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk menyaksikan pertunjukan teater musikal tersebut menurutnya acara ini bukan sekadar hiburan, melainkan langkah kecil dalam menegakkan kepedulian terhadap apa yang terjadi di Gaza, Palestina.

Karya teater dari Titimangsa.
Karya teater dari Titimangsa.

Baca juga: Sejuta Surat Untuk Palestina

“Pada 3 Oktober 2024 itu kita akan membicarakan tentang kemanusiaan lewat seni. Kita akan menyuarakan perasaan kita tentang bagaimana kemanusiaan di atas segalanya. Ini pertama kali kami bersuara lantang lewat seni dan saya juga akan menyampaikan narasi-narasi yang menyambungkan cerita tentang kemanusiaan ini. Untuk itu, jangan lupa untuk membeli tiket musikal teater ‘Tanah Yang Terpenjara’ #LantangkanSuarauntukPalestina. Pertunjukan ini bersifat donasi, hasil penjualan tiket akan Dompet Dhuafa salurkan untuk perjuangan kemanusiaan di Gaza, Palestina,” imbuh Happy Salma.

Perhelatan “Tanah Yang Terpenjara” juga akan menghadirkan rangkaian kegiatan, salah satunya musikal teater yang mengisahkan perjuangan rakyat Gaza yang terusir dari rumah mereka dan bertahan hidup melawan kezaliman. Pada Kamis (12/9/2024), Tim Content Creative Dompet Dhuafa melakukan wawancara langsung Produser “Tanah yang Terpenjara”, Teater Titimangsa, Pradetya Novitri.

“Tanah Yang Terpenjara ini menceritakan tentang Palestina bahwa mereka sudah puluhan tahun lamanya hidup di Tanah Yang Terpenjara itu. Jadi walaupun mereka bilang menjalani kehidupan seperti biasa, tapi tidak dengan kemerdekaan yang mereka punya. Karena terus saja tiba-tiba ada yang bom, ada yang menyerang, dan terutama setahun terakhir ada serangan yang bertubi-tubi dan juga kejahatan yang dilakukan terus-terusan. Nah, itu yang kita angkat dan juga terutamanya juga adalah untuk terus tidak menyerah dan tidak diam terutama untuk terus menyuarakan apa yang terjadi Palestina,” ujar wanita yang akrab disapa Tya.

Baca juga: Cahaya Harapan di Gaza: Donasi Generator dan Renovasi RS Kamal Adwan Berkat Mitra Kebaikan Indonesia

Titimangsa bersama Dompet Dhuafa tengah merancang sebuah persembahan yang ditujukan untuk mengingatkan kita semua agar tetap berkomitmen menyuarakan dukungan bagi Palestina. Tya berharap, upaya yang telah dilakukan dapat diperkuat dengan tujuan agar pesan ini lebih terdengar luas dan lantang. Bahwa pada tahun 2024, masih terjadi kejahatan perang dan kemanusiaan, semua ini menuntun kita pada satu pertanyaan penting “Apa yang bisa kita lakukan?”

Titimangsa memiliki visi yang sama dengan Dompet Dhuafa, yakni mengangkat isu kemanusiaan. Dalam pertunjukan “Tanah Yang Terpenjara”, pesan-pesan yang ingin digaungkan adalah mengajak setiap insan untuk terus peduli dan menyuarakan dukungan terhadap Palestina, serta bersuara menolak kejahatan perang.

Dompet Dhuafa mewawancarai Produser Tanah Yang Terpenjara, sebuah teater musikal yang dipersembahkan untuk mendukung kebebasan Palestina.
Dompet Dhuafa mewawancarai Produser Tanah Yang Terpenjara, sebuah teater musikal yang dipersembahkan untuk mendukung kebebasan Palestina.

“Bahwa tahun 2024 di dunia ini masih ada orang-orang yang melakukan kejahatan kemanusiaan yang seharusnya itu tidak boleh terjadi. Semoga dengan ini, makin banyak elemen masyarakat yang menyuarakan sebuah kejahatan perang. Dan semoga makin banyak elemen masyarakat yang mendukung gerakan pro Palestina ini, dan berpikir mulai mencari hal terkecil apa yang bisa dilakukan, mulai dari diri sendiri dan mulai dari sekarang,” sambung Tya.

Palestina menjadi simbol perjuangan dan kemanusiaan. Meski puluhan tahun dijajah dan terusir dari tanah mereka, rakyat Palestina tetap bertahan dengan keyakinan bahwa ini adalah bagian dari takdir yang harus dijalani. Namun, mereka tidak menyerah dan terus memperjuangkan hak-haknya, mengajarkan bahwa menerima takdir tidak berarti berhenti memperjuangkan apa yang menjadi hak kita.

Baca juga: Suara dari Gaza: Sebuah Novel tentang Perjuangan dan Kebenaran

Acara ini akan diselenggarakan melalui kolaborasi dengan aliansi lembaga kemanusiaan, musisi, influencer, komunitas, dan berbagai organisasi yang terlibat dengan Dompet Dhuafa yang peduli terhadap isu Palestina. Selain pertunjukan teater, acara ini juga akan menampilkan pembacaan puisi dan sejuta surat untuk Palestina. Acara ini mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk turut serta dalam perjuangan kemanusiaan.

Sebelas bulan lamanya warga Gaza seolah hidup hanya untuk menyaksikan satu demi satu pembantaian. Berlari dari satu serangan ke serangan lainnya yang terjadi berulang kali. Tiada sejengkal pun tempat yang aman di Jalur Gaza saat ini. Di sana, segala sesuatu begitu mahal harganya. Setiap gigitan roti seakan berharga ratusan nyawa, dan setiap rakaat salat harus dibayar dengan kehilangan orang-orang tercinta. Tak ada hari tanpa salat jenazah, tak ada waktu yang bebas dari ketakutan dan air mata.

Saksikan “Tanah yang Terpenjara” dan jadilah bagian dari gerakan #LantangkanSuarauntukPalestina di www.titimangsa.com, informasi lebih lanjut kunjungi www.dompetdhuafa.org/tanah-yang-terpenjara. (Dompet Dhuafa)

Teks dan foto: Anndini Dwi Putri & DDTV
Penyunting: Ronna