Tausiyah Ahmad Muhajirillah, Empat Golongan yang Dirindukan Surga

BALARAJA — Sudahkah kalian siap menyambut Ramadhan yang sebentar lagi menghampiri kalian? Sudahkah kalian melakukan kewajiban-kewajiban yang dianjurkan oleh Allah SWT dalam kitab dan nabi-nabi-Nya? Ataukah malah mendekati larangan-larangan yang seharusnya dihindari? Ada baiknya kita renungkan sejenak segala sikap, perbuatan dan tindakan kita selama ini. Agar dapat menerima keberkahan-keberkahan Bulan Suci Ramadhan dengan lebih maksimal lagi. Sebagaimana yang dijelaskan dalam tausiyah Ustadz. Ahmad Muharjirillah, selaku Dai dari Corps Dai Dompet Dhuafa (Cordofa) ketika ditemui dalam Tahrib Ramadhan di RSUD Balaraja, pada Selasa (30/4/2019).

“Ada empat golongan yang dirindukan surga. Yaitu orang yang rajin membaca Al-Qur’an; orang yang selalu bisa menjaga lisannya; orang yang suka bersedekah (takjil) pada yang akan berbuka puasa; dan terakhir adalah orang berpuasa Ramadhan,” jelas Ustadz Ahmad Muharjirillah.

Empat golongan tersebut dijelaskan bukan tanpa sebab. Mengingat banyak keistimewaan yang dirahmatkan oleh Allah kepada ummatnya. Salah satunya ialah dilipatgandakan setiap pahala yang kalian terima. Jika kalian termasuk dalam keempat golongan tersebut adalah suatu hal yang baik dan memperoleh pahala dari-Nya. Namun jika kalian menjadi keempat-empatnya golongan tersebut, maka itu akan lebih baik lagi. Ketika kalian sudah bersungguh-sungguh. Maka insyallah kalian akan mendapatkan salah satu hadiah istimewa dari Allah hingga membuat siapa pun iri mendengarnya.

“Di Ramadhan pahala selalu dilipatgandakan. Nanti pada Bulan Ramadhan itu ada satu malam yang nilainya lebih baik dari pada seribu malam, yakni malam lailatul qodr. Orang yang menerima lailatul qodr, segala dosanya akan diampuni hingga umur 83 tahun. Namun untuk mendapatkanya, membutuhkan kesungguhan dan ketabahan dalam beribadah. Contohnya, jika hari ini puasa besoknya tetap harus berpuasa. Jangan malah pergi ke tempat angker. Tempat yang di mana cuma keliatan kakinya doang, tapi dari kepala hingga badan ditutupi korden. Itu mah bukan dapat lailatul qodr, yang ada malah jadi keder,” lanjutnya yang disambut gemuruh tawa jamaah.

Maka dari itu, beliau menganjurkan untuk memaksimalkan waktu dengan baik. Jika dalam setiap waktunnya dimanfaatkan dengan baik untuk menjalankan setiap ajaran-ajaran Allah SWT, insyaa Allah kita akan selalu dalam perlindungan-Nya. Karena kita tidak tahu kapan waktu Allah SWT meminta kita untuk berpulang ke sisi-Nya.

“Contoh saja, salah satu almarhum sahabat saya. Padahal kurang lebih baru 10 menit bertemu sebelumnya, yaitu ketika tahlilan bersama. Tapi setelahnya saya dapat kabar kalau teman saya itu telah pulang ke rahmatullah,” akunya.

Terakhir, menurut beliau, kita selalu kembali menilik kepada nabi-nabi Allah untuk menjadikannya pedoman dalam hidup. Karena nabi merupakan salah satu pedoman terbaik selain kitab suci Al-Qur’an.

“Bayangkan, Nabi Adam saja ketika memakan buah terlarang sekali saja. Taubatnya membutuhkan waktu 40 tahun. Lalu bagaimana dengan kita?,” tutupnya. (Dompet Dhuafa/Fajar)