Tekad Si Bungsu Bahagiakan Ibu

TANGERANG — Udara pagi terasa dingin menyejukan hati. Tatkala embun pagi membasahi Bumi, Muhammad Romli sudah bersiap dengan parang dan cangkulnya untuk melaksanakan rutinitas kegiatan pagi. Bertani merupakan aktifitas sekaligus pekerjaan yang dilakoni oleh bungsu sembilan bersaudara ini.

Sebelum Matahari terbit, Romli bersama dengan “teman” setianya itu bercocok tanam sayuran hijau seperti bayam dan kangkung yang ia gunakan sebagai konsumsi dan sumber mata pencaharian. Pemuda 20 tahun itu sangat telaten mengurus tanamannya di sepetak lahan kosong milik keluarga.

Setiap pagi, Romli bergegas dari Rumahnya di Kp. Tanjakan RT.08/03 Desa Tanjakan – Rajeg, Tangerang, membawa beberapa ikat bayam dan kangkung yang ia jual di pasar. Ia sengaja tak membawa semua hasil panennya, karena sebagian lagi ia gunakan sebagai lauk pauk makan bersama ibu dan kedua kakaknya. “Sudah biasa begini. Alhamdulillah, jualan sayur-sayuran lumayan uangnya. Bisa buat bantu bayaran sekolah,” ujar pemuda yang juga aktif mengajar ngaji ini.

Mereka berempat tinggal di rumah sederhana peninggalan sang Ayah. Kelima kakak Romli sudah berkeluarga dan bekerja serabutan, ada yang menjadi penarik ojek sampai kuli bangunan. Sedangkan satu kakaknya telah meninggal dunia. Meski kini hanya tinggal berempat, tak lantas membuat Romli berpangku tangan. Sebisa mungkin ia membantu ekonomi keluarga yang memang berpenghasilan rendah, walau kedua kakaknya bekerja serabutan. Di pundak Romlilah segala harapan keluarga bergantung. Apalagi ia satu-satunya anak di keluarganya yang lulus SMA.

Harapan besar itu tak membuat Romli merasa terbebani, justru hal itu yang menjadi pelecut semangat dirinya agar sukses dimasa mendatang sehingga status sosial keluarga dapat terangkat. Mimpi Romli sangat sederhana, ia ingin bekerja terlebih dahulu agar dapat membantu ibu. Setelah itu, ia ingin kelak dapat melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi. Sebagai lulusan teknik, tentu ia sangat mengidamkan ITB sebagai Perguruan Tinggi favoritnya. “Mudah-mudahan Allah kasih jalan saya untuk kesana,” ucap putra pasangan Almarhum Hanafi dan Usni seraya berharap.

Mimpi Romli untuk dapat bekerja kian menjadi nyata tatkala Romli diterima sebagai salah satu staf teknis di Pabrik pembuat jaringan di daerahnya, Rajeg, Tangerang. Sudah sebulan ia diterima di tempat bekerjanya itu, kini ia sedang menjalani training sebagai salah satu syarat agar mendapat kontrak selama setahun kedepan.
Namun ada satu kendala yang dihadapi Romli. Kendala yang dihadapinya ialah, ia tak memiliki ijazah sebagai syarat mendapat kontrak kerja pasca training berakhir. Hal itu terjadi lantaran ia masih memiliki tunggakan administrasi yang cukup besar di Sekolahnya dahulu. Sedangkan upah training di Perusahaan belumlah cukup membantu melunasi tunggakannya. Sewaktu diterima, Romli mengatakan bahwa ia akan melengkapi persyaratan tersebut dalam waktu dekat. Romli pun harus berkejaran dengan waktu sebelum masa training selama tiga bulan habis.

Beruntung, ditengah kegelisahan Romli menanti waktu, Lembaga Pelayan Masyarakat (LPM) Dompet Dhuafa menghadirkan program “Ijazah Untuk Kehidupan” sebagai solusi bagi pemuda seperti Romli untuk mewujudkan mimpi-mimpinya. LPM membantu Romli melunasi seluruh tunggakan adminitrasinya. Sehingga ia dengan leluasa mengambil apa yang diimpikan selama ini.

LPM berharap agar Romli mampu menjadi tulang punggung keluarga dalam masalah ekonomi sekaligus menjadi aktor atau subjek perubahan kehidupan keluarga yang lebih sejahtera. Terlebih bagi ibunda yang kini hanya seorang diri. “Terima kasih para donatur Dompet Dhuafa telah membantu saya dan keluarga, semoga Allah membalas segala kebaikan yang telah dikeluarkan,” ujar Romli. (LPM Dompet Dhuafa/Rifky)