BOGOR, JAWA BARAT — Penelitian berjudul “Differences in Infant and Child Mortality Before and After The Great East Japan Earthquake and Tsunami: A Large Population-Based Ecological Study” yang dipublikasikan pada tahun 2018 menyimpulkan bahwa tingkat kematian anak-anak akibat bencana mengalami peningkatan.
“Khususnya pada anak-anak di wilayah pesisir. Pada tahun 2011, angka kematian anak dengan usia di bawah 10 tahun di wilayah terdampak gempa dan tsunami meningkat sebesar 40 persen,” tulis dalam penelitian.
“Daerah yang terkena dampak gempa bumi dan tsunami umumnya lebih miskin. Bencana ini secara signifikan melumpuhkan sumber daya medis dan layanan kesehatan bagi bayi dan anak-anak,” lanjut penelitian tersebut.
Anak-anak dan perempuan rentan menjadi korban terdampak bencana alam. Diketahui pada tahun 2017, ada 1.831 korban jiwa anak yang berusia 5–14 dan 990 korban jiwa anak yang berusia di bawah 5 tahun akibat bencana alam.
Baca juga: Siap Siaga Bencana di Perkotaan, Dompet Dhuafa Latih Pengemudi Ojol Tangguh Hadapi Bencana
Kemudian pada tahun 2018, terdapat 1.580 korban jiwa untuk anak berusia 5–14, dan 849 korban anak-anak berusia di bawah 5 tahun. Terakhir pada tahun 2019, terdapat 977 anak-anak berusia 5–14 tahun, kemudian ada 558 anak-anak berusia di bawah 5 tahun.
Melihat kenyataan tersebut, Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa menggelar Pelatihan Kesiapsiagaan Bencana Alam Gempa Bumi dan Pertolongan Pertama Darurat Kesehatan di dua lokasi, pada Rabu (13/9/2023).
Lokasi pertama, Student One Islamic School, Kelurahan Curug, Kecamatan Gn. Sindur, Kabupaten Bogor. Kemudian lokasi kedua di Sekolah Citra Alam, Kelurahan Ciganjur, Kecamatan Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan.
Baca juga: Produktif di Akhir Pekan, DMC Gelar Pelatihan Siaga Bencana Perkotaan
“Terima kasih bisa kerja sama dengan DMC Dompet Dhuafa. Hari ini alhamdulillah anak-anak antusias, banyak belajar tentang menanggulangi bencana dan membantu sesama. Semoga kita bisa bekerja sama kembali dalam memberikan pendidikan,” ujar Ade Sodikin selaku Kepala Sekolah Student One Islamic School.
“Kita ada (program) SO (Student One) Inquary and Discovery, dari setiap siswa dari kelas 1–5 belajar praktik mengenal secara langsung setelah belajar teori di dalam kelas. Kemudian di kelas 5 ini, mereka belajar untuk mengenal bagaimana cara yang benar saat membantu pada saat terjadi gempa bumi, kebakaran, dan bencana lainnya,” lanjutnya.
Anak-anak pun antusias mempelajari pelatihan kesiapsiagaan yang diberikan DMC Dompet Dhuafa.
Baca juga: Tanam Kesiapsiagaan Sejak Dini Lewat Edukasi Mitigasi Bencana
“Jangan panik dan selalu lindungi kepala dengan kedua tangan atau benda lainnya yang bisa digunakan untuk melindung, misalnya tas sekolah,” imbuh Sanadi selaku Humanitarian Academy Staff DMC Dompet Dhuafa dalam paparannya.
Anak-anak belajar tentang hal-hal yang harus dilakukan saat terjadi gempa bumi atau saat memberikan pertolongan pertama darurat kesehatan.
“Senang banget bisa belajar menolong orang. (Ternyata) untuk bisa menolong orang (menjadi relawan) harus gerak cepat, menyimpan tenaga dan jangan membuang tenaga (secara sia-sia),” ujar Azkia salah satu peserta dari Kelas 5B.
“Kita juga belajar tentang evakuasi bencana gempa bumi. Saya tertarik jadi yang bisa selamatkan orang, saya mau menjadi Ultraman (sebuah tokoh fiksi dalam film seri di Jepang),” sambung Rayya peserta lainnya dari Kelas 5A bergabung dalam percakapan.
Baca juga: Berdaya Hadapi Bencana Seri Kampus: DMC Perkuat Kapasitas Siap Siaga dari Kampus
“Iya seru, kita jadi tahu bagaimana menolong orang yang terkena bencana alam,” pungkas Kanza dari Kelas 5B ikut bergabung dalam percakapan.
Kawan baik, ini merupakan ikhtiar DMC Dompet Dhuafa dalam memberikan pemahaman dan semangat kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana alam. Semoga anak-anak menjadi terbiasa dan mampu menghindari dampak-dampak berbahaya akibat bencana alam. Karena Bumi Cuma Satu, Berdaya Sekarang.