Tekuni Usaha Rengginan Demi Cukupi Kebutuhan Keluarga

Siang itu, terlihat seorang ibu tengah asik menata rengginan yang dikeringkannya di tengah terik sinar matahari. Ya, rengginan tersebut, merupakan usaha rumahan yang tengah dijalani Sri Sugiarti. Bagi perempuan berusia 37 tahun ini, menjalani usaha produksi rengginan menjadi cara ikhtiarnya selama ini demi membantu perekonomian keluarga.

“Saya belajar membuat rengginan dari ibu saya. Karena kebetulan ibu saya juga membantu saya memproduksi rengginan ini,” ujarnya saat ditemui di rumahnya di kawasan Pondok Aren, Tangerang Selatan, pada Kamis (18/12).

Selain rengginan, beberapa panganan kering lainnya juga mulai diproduksinya seperti, intip, krupuk gendar, dan opak singkong. Dalam setiap harinya, Sri, demikian sapaan akrabnya sehari-hari ini memproduksi sebanyak 15 bungkus rengginan, dengan harga Rp 7500 per bungkusnya. Setelah diproduksi, biasanya ia mendistribusikan ke beberapa pasar yang berjarak dekat dengan tempat tinggalnya.

“Biasanya saya pasarkan sama teman saya yang punya kios di pasar, kayak di pasar Ciledug sama Pasar deket Komplek Maharta Pondok Kacang,” terangnya.

Dari penghasilannya memproduksi rengginan, Sri mengaku, kehidupan ekonominya mengalami perubahan lebih baik. Penghasilan yang diraihnya kini mampu membantu mencukupi kebutuhan keluarga seperti membiayai pendidikan dan memberi uang saku sekolah ketiga anaknya.

“Suami saya kerjanya buruh proyek papan atap (plafon), gajinya belum mencukupi buat kebutuhan sehari-hari. Makanya alhamdulillah banget saya bisa tekuni usaha ini,” paparnya.

Sebelumnya, Sri mengaku, usaha rumahan yang dijalaninya hampir gulung tikar dikarenakan modal usahanya untuk memproduksi rengginan, digunakan untuk membiayai salah satu anaknya yang menderita paru-paru basah. Pengobatan pun berhasil dilakukan, kini sang anak pun kembali pulih seperti sedia kala.

“Saya mah yang penting anak-anak dan keluarga saya bisa sehat semua. Alhamdulillah banget anak saya bisa sembuh,” ungkapnya tersenyum.

Melihat usaha rumahan yang dijalaninya mulai meredup, Sri berupaya keras dalam mewujudkan impiannya dengan berupaya mencari pinjaman modal usaha. Alhamdulillah, salah seorang teman dekatnya menginformasikan tentang Social Trust Fund (STF) Dompet Dhuafa, dan menyarankannya untuk bergabung.

“Saya emang sebelumnya pernah dengar Dompet Dhuafa, tapi saya nggak tau gimana caranya buat pinjam dana di situ,” ujarnya.

STF sendiri merupakan program ekonomi Dompet Dhuafa yang memainkan peran sebagai bank orang miskin. Transaksi dominan yang dikembangkan adalah berbasis kepada akad dana kebajikan (Qardhul Hasan), yakni meminjam dengan pengembalian tanpa tambahan bunga maupun bagi hasil.

Atas informasi yang diperoleh dari teman dekatnya, Sri pun bergabung menjadi penerima manfaat STF Dompet Dhuafa wilayah Tangerang Selatan (Tangsel). Pinjaman modal usaha pertama yang ditawarinya sebesar Rp. 750.000, hingga berlanjut ke pinjaman ke 5 sebesar Rp 2,5 juta. Modal usaha tersebut, langsung dimanfaatkannya membeli bahan baku untuk membuat rengginan, intip, krupuk gendar, dan opak seperti, beras ketan, beras, dan singkong.

“Alhamdulillah, setiap saya distribusi ke kios-kios dekat pasar selalu terjual laku. Pernah beberapa sisa juga rengginan, tapi nggak banyak. Saya pengennya bisa punya label usaha saya biar bisa diterima di swalayan” ujarnya berharap.

Kegigihan yang ditunjukkan Sri dalam membantu perekonomian keluarga patut dijadikan ketauladanan dalam kehidupan kita sehari-hari. Sebagai seorang ibu, ia selalu bersyukur, sabar, dan ikhlas menjalani setiap langkah usahanya demi membahagiakan keluarga tercintanya, terutama ketiga anaknya. Semoga, semua impian yang diharapkan ibu yang murah senyum ini dapat segera terwujud. (uyang)