Tempuh Medan Terjal, Demi Proses Quality Control THK Dompet Dhuafa

SUKABUMI, JAWA BARAT — Kaki Gunung Gede Pangrango, tepatnya sisi Kecamatan Nagrak, Sukabumi, awalnya merupakan area ideal menggembala ruminansia seperti kambing atau domba dan sapi. Hamparan hijau dengan kontur bukit dan lembah menyediakan limpahan pakan bernutrisi. Tentu, hal itu memudahkan para penggembala untuk ngarit rumput di tanah sendiri maupun milik orang lain—yang boleh diambil rumputnya.

Potensi ini melatarbelakangi Ustaz Dadun Abdul Manaf serta pengurus Yayasan Rumah Ummat Sukabumi (Rumah Ummat)–sebagai mitra Tebar Hewan Kurban (THK) Dompet Dhuafa, untuk menciptakan program pemberdayaan warga lokal untuk memelihara domba dan kambing. Dari tahun ke tahun, Rumah Ummat sebagai pemasok hewan kurban THK ingin menyediakan bibit terbaik. Seraya mengangkat ekonomi peternak lokal yang kebanyakan merupakan wali santri pondok pesantren Rumah Ummat.

Situasi jalanan yang dilewati oleh Tim QC di pelosok Sukabumi.

H-17 menjelang Idul Adha merupakan jadwal Quality Control (QC) tahap dua, sebelum penentuan kelayakan domba kurban milik peternak. Kegiatan dilakukan untuk memastikan domba memenuhi kriteria untuk THK Dompet Dhuafa, antara lain bobot tercapai, dipastikan jantan, sehat, dan tidak cacat. Pada Kamis (30/5/2024) hingga Jumat (31/5/2024), kami yang betugas menjadi Tim QC bersama Perwakilan Rumah Ummat, Edi dan Rendy, mendatangi langsung 44 lokasi kandang yang tersebar di tiga desa Kecamatan Nagrak: Kalaparea; Darmaredja dan Babakan.

Baca juga: Quality Control THK di Sukabumi, Dompet Dhuafa Pastikan Hewan Kurban Sehat dan Sesuai Syariat

Medan terjal dan kondisi kandang yang terpisah-pisah menjadi tantangan tersendiri bagi kami. QC menjadi hal yang menantang tapi bukan penghalang. Bahkan, adrenalin sempat terpacu ketika motor yang digunakan tak kuat menanjak ataupun mati mesin ketika melewati jalan turun yang curam. Pada permukiman perternak yang tak bisa dilewati dengan motor, kami pun harus berjalan kaki meyusuri setapak yang berlumpur dan kasar.

Ular berbisa yang ditemukan pada saat Tim QC sedang menempuh perjalanan dari kandang ke kandang.

Selain medan, rimbunnya semak serta pohon buah di lokasi kandang maupun sepanjang jalan menuju lokasi, menjadi tempat bermukim hewan melata seperti ular dan ulat buah. Terhitung dua kali kami bertemu ular berbisa yang salah satunya mati karena ditangkap kucing peliharaan warga. Salah satu kandang milik peternak bahkan terletak tepat di bawah pohon alpukat yang daunnya habis dimakan ulat dan berjatuhan ke arah kami yang ada di dekat kandang. Cukup membuat gatal jika terkena kulit.

Demi Keamanan Hewan Ternak, Kandang Disegel Bahkan Hewan Dimasukkan ke Rumah

Setiba di kandang peternak, kami sampaikan tujuan untuk mengecek domba yang disiapkan untuk kurban. Sebab QC dimulai pada pagi hari, beberapa peternak sedang tidak ada di rumah—karena sedang bekerja maupun mencari pakan. Beberapa binaan Rumah Ummat mengandalkan ternaknya sebagai sampingan maupun pekerjaan utama mereka.

Baca juga: Quality Control Menjamin, Berkurban Semakin Yakin

Sebenarnya, kami diperbolehkan peternak untuk menimbang domba mereka dengan konfirmasi keluarga yang ada di rumah, namun maraknya kasus pencurian ternak di kawasan menjadikan peternak lebih siaga. Alhasil mereka menyegel kandang mereka dengan cara memakunya dengan paten. Ketika peternak ada di rumah, mereka membantu membuka pakuan pada kandang dan mengeluarkan ternaknya untuk dicek dan ditimbang satu per satu.

Situasi kandang milik Fikri (25) di Kecamatan Nagrek, Sukabumi, Jawa Tengah.
Fikri (25) sedang membuka kandang miliknya.

Fikri (25) salah satunya, pemuda yang kesehariannya memiliki usaha penggorengan dan pengemasan kerupuk ini membuka pakuan kandangnya serta membantu mengeluarkan kesembilan domba miliknya untuk diperiksa dan ditimbang. Lelaki yang bercita-cita sebagai mekanik di Jakarta ini berujar jika lebih baik mencegah sebelum kejadian. Hasilnya, enam ekor lolos dengan rincian: dua dari domba miliknya lolos QC dengan spesifikasi standar (22-24kg), dua domba medium (24,01-28kg) serta dua domba premium (>28kg).

“Lebih baik sedia payung sebelum hujan,” ungkapnya.

Senada dengan Fikri, Adang (50) pun memaku kandangnya untuk mencegah dombanya dicuri. Adanya QC tahap dua mengharuskannya membongkar kandang sederhananya berisi empat ekor dengan usaha ekstra karena ukurannya kecil, bahkan ia harus masuk ke kandang demi membuka segel dan mengeluarkan domba-dombanya. Setelah susah-payah mengeluarkannya, akhirnya tiga dari empat ternaknya dinyatakan lolos—sehat, jantan, dan bobot memenuhi kriteria.

Adang (50) sedang berusaha mengeluarkan hewan ternaknya.
Perwakilan Rumah Ummat, Edi sedang memeriksa bobot hewan ternak.

Lain cerita dengan Maman (70) yang lebih memilih untuk membangun kandang sederhana di samping dapur rumahnya. Lansia yang kini hanya tinggal bersama istrinya ini sengaja memasukkan peliharaannya ke dalam selain karena alasan keamanan juga terbatasnya sumber daya. Sayangnya, ketika penimbangan, Maman kurang beruntung karena tak ada satu pun ternaknya yang lolos QC karena bobot yang kurang.

Edi menuturkan, untuk bisa bergabung dengan program pemberdayaan ini, para calon peternak mitra binaan harus memiliki kandang terlebih dahulu sebagai kesungguhan bergabung. Selanjutnya, Rumah Ummat akan membeli kembali domba yang bobotnya telah naik serta masuk kriteria setelah kurang-lebih tiga bulan dipelihara. Adapun ternak yang tidak memenuhi bobot akan dibeli tahun depan maupun dijual sendiri oleh peternak dengan tetap mengembalikan modal awal yang diberikan kepada peternak.

“Kita mensyaratkan calon mitra ternak untuk menilik kandang terlebih dahulu sebelum kita salurkan modal untuk pengadaan bakalan,” tutur Edi.

Lokasi salah satu kandang binaan Rumah Ummat–mitra Dompet Dhuafa di Kabupaten Nagrek, Sukabumi, Jawa Barat.
Hewan ternak yang sedang dalam proses Quality Control tahap dua.

Tak sembarangan menyalurkan modal untuk peternak, setiap tahunnya Dompet Dhuafa melakukan tinjauan atas hasil cek dan penimbangan. Bagi mitra yang hasil timbangannya tahun ini tidak memenuhi, tahun depan kemungkinan akan dikurangi kuota ternak maupun dihilangkan dari daftar mitra yang akan disalurkan modal. Ini merupakan bentuk komitmen Dompet Dhuafa menjaga amanah pekurban. Sebaliknya, peternak yang berhasil dalam memelihara domba—ditunjukkan dengan peningkatan bobot yang signifikan—akan ditambah kuotanya tahun depan.

Jurus Andalan Memastikan Kurban Terbaik

Sejauh ini, kegiatan QC masih menjadi andalan untuk memastikan hewan kurban donatur sesuai dengan standar dan syariat. Di samping lokasi penyaluran dengan mayoritas warga miskin dan jarang menikmati daging. Melalui QC dengan pengamatan langsung, kepastian jika hewan jantan, sehat dan berat cukup dapat dijamin dengan baik.

Hewan yang telah melewati proses QC akan ditandai dengan cat semprot—nontoksik, sesuai dengan kriterianya. Kemudian yang tak lolos akan diberi tanda merah agar tidak tercampur maupun ditimbang lagi. Kegiatan QC sebenarnya sangat menantang, mengingat banyaknya lokasi dan jumlah ternak yang harus ditimbang. Namun, kurban terbaik dapat dipastikan keabsahannya kepada para pekurban Dompet Dhuafa. Lewat QC, kami pastikan kurban Anda 3 Pasti: Pasti Jantan, Pasti Lolos Quality Control dan Pasti Didistribusikan Hingga Pelosok. (Dompet Dhuafa)

Teks dan foto: Ari Wibowo
Penyunting: Hany Fatihah Ahmad