LEBAK, BANTEN — Tidak seperti biasanya. Ada yang berbeda di hari Senin kali ini. Dari sekian Senin sebelumnya, bagi sebagian anak sekolah di Kabupaten Lebak, Banten, ini menjadi yang berbeda. Sepatu kotor, warnanya cokelat berpijak lumpur, langkahnya basah, khawatir masih ada pada raut wajah. Tujuan perjalanan ke sekolah tak semudah biasanya.
Hari Senin (6/1/2020), merupakan hari pertama mereka masuk sekolah usai musim libur panjang setelah pelaksanaan ujian nasional dan pembagian buku report kenaikan kelas. Pasca bencana banjir bandang dan tanah longsor yang menerjang Lebak, mengakibatkan kerusakan bangunan dan banyak akses terputus.
Jembatan rusak dan tanah abrasi di Desa Sajira akibat banjir bandang, memutus akses pendukung aktivitas warga, untuk melintasi Sungai Ciberang menuju jalan utama kabupaten. Dengan kedalaman 2-8 meter dengan arus yang masih deras tersebut, banyak warga dan anak-anak yang ingin beraktivitas juga berangkat ke sekolah tidak memiliki akses. Ditambah lagi kekhawatiran untuk menyeberangi Sungai Ciberang.
Wawat, salah seorang Guru TK di Sajira, bersama anaknya, Wafa, yang juga merupakan siswinya, khawatir tidak bisa ke sekolah dan mengajar di hari tersebut. Semua tak lain karena tidak memiliki akses menuju tujuan. "Jauh jalannya, banyak jembatan rusak dan memutar bisa sejauh 4 jam," aku Wawat.
Ia katakan, hari pertama masuk sekolah anak-anak juga pasti terasa semangat ingin bersekolah. Alhamdulillah, sekolah tempatnya mengajar tidak rusak dan kegiatan belajar-mengajar tetap berjalan.
"Walaupun dalam keadaan bencana seperti ini, sebetulnya di sekolah-lah anak-anak mendapatkan tempatnya. Mereka teralih dari peristiwa yang menghawatirkan dan mereka mendapatkan haknya sebagai anak. Tapi susah kalau tidak bisa menyeberang jembatan," ungkapnya lagi.
Pagi itu, Tim Water Rescue DMC (Disaster Management Centre) Dompet Dhuafa, hadir di lokasi tersebut dengan membawa dua buah armada perahu karet jenis river boot dan mesin LCR. Menghadirkan bantuan mobilisasi untuk para warga dan penyintas agar tetap dapat beraktivitas seperti biasa.
"Beberapa sekolah memang tidak terdampak dan tidak rusak akibat banjir. Tapi mereka sulit dengan akses yang terputus. Ini hari pertama mereka (anak-anak) masuk sekolah. Semangatnya jangan sampai terhalang karena bencana. Inilah salah satu upaya DMC Dompet Dhuafa agar mereka tetap dapat mengakses mimpinya," terang Ade, Koordinator Tim Water Rescue DMC Dompet Dhuafa. (Dompet Dhuafa/Dhika Prabowo)