Tingkatkan Kapasitas Tenaga Bimbroh dan Petugas Lapas: Warga Binaan juga Butuh Uluran Tangan

TANGERANG — Sejumlah orang tengah memadati Aula Lembaga Pemasyarakatan atau Lapas Perempuan Kelas IIA Kota Tangerang, Banten, Rabu (23/10/2019). Situasi tersebut tergambar saat peserta antusias untuk mendapatkan pembekalan materi dari KH. Hasan Makarim tentang pendampingan, gagasan Dompet Dhuafa. Mereka semua merupakan perwakilan dari 24 yayasan yang memberikan bimbingan rohani bagi narapidana dan 11 lapas/rutan se-jabodetbek.

Turut hadir Slamet Prihantara, Bc.IP., SH., M.H, selaku Kepala Divisi Pemasyarakatan dan Herlin Candrawati, Bc.IP., S.H, M.H., selaku Kepala Lembaga Pemasyarakatan Perempuan Kelas IIA Tangerang.

“Alhamdulillah kita masih mendapat kesempatan untuk bertemu dan meningkatkan kapasitas, serta keimanan kita di sini. Kegiatan tersebut merupakan ladang amal,” ujar Slamet Prihantara, Bc.IP., SH., M.H dalam sambutannya.

Ahmad Shonhaji, selaku Direktur Dakwah dan Layanan Masyarakat Dompet Dhuafa juga menuturkan penting untuk memperhatikan kondisi mental dan spiritual warga binaan lapas. Seperti kegiatan Dai Lapas yang pernah juga digencarkan Dompet Dhuafa. Dalam Dai Lapas ini, para narapidana mendapat bekal materi tentang Tsaqofah Islamiyah, Fiqih Dakwah, Metode Khutbah, tata cara Pemulasaraan jenazah dan aspek kajian keislaman lainnya. Semuanya bertujuan untuk membentuk mereka menjadi dai yang berkarakter dan berkompetensi.

“Kita juga punya program Dai Lapas. Namun para pesertanya merupakan warga binaan lapas yang ingin kembali ke jalan yang diridhoi Allah SWT,” jelas Ahmad Shonhaji, Direktur Dakwah dan Layanan Masyarakat.

Kegiatan berlanjut dengan pemaparan materi dan sharing-sharing pengalaman bersama KH. Hasan Makarim. Seorang yang sudah berpengalaman dalam mendampingi sisi spiritual dan rohani warga binaan Lapas Nusakambangan.

“Saya sudah melakukan kegiatan tersebut selama 28 tahun. Mereka sangat menanti uluran tangan kita. Di dalam lapas itu minim sekali pihak ketiga yang peduli terhadap perasaan narapidana,” ungkap KH. Hasan Makarim.

Ali Mansyur, salah satu peserta menuturkan, kalau kegiatan ini sangat bermanfaat. Terutama dia yang merupakan salah satu peserta atau penerima manfaat Dai Lapas alumni pertama 2014. Sekarang menjadi dai di salah satu lembaga sosial.

“Karena tidak ada yang bisa membuat kondisi di lapas itu kondusif dan membuat napi bertobat, selain pendekatan kepada Allah SWT bagi yang islam. Karena saya juga produk didikan (Dai Lapas) mereka. Mereka semua guru-guru saya. Saya sudah empat kali dibimbing mereka selama di tahan di empat lapas: dua lapas di Tangarang, di Palaedang, dan Gunung Sindur. Saya pindah-pindah lapas karena sempat bermasalah di lapas tersebut. Lalu di 2011 terakhir saya masuk, akhirnya saya mempunyai ilmu dan sampai sekarang sudah mengajar di berbagai lapas,” terang Ustadz Ali Mansyur. (Dompet Dhuafa/Fajar)