KALIMANTAN TENGAH — Bermula saat berpartisipasi pada Filantroproject yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa tahun 2020, Puji Siswanto selaku Penanggungjawab Program Dompet Dhuafa Kalimantan Tengah mengajukan sebuah program apik “Pemberdayaan Guru melalui Budidaya Madu Kelulut” di Palangkaraya. Hasil presentasinya memukau para juri, sehingga program ini berhasil lolos untuk direalisasikan pada tahun 2022.
Alasannya menuangkan gagasan ini sebab ia ingin meningkatkan kesejahteraan guru-guru melalui sebuah pemberdayaan usaha yang bisa dijadikan sebagai kegiatan sampingan. Budidaya dan ternak madu kelulut adalah yang paling cocok. Selain tidak harus selalu dijaga setiap saat, lebah kelulut, banyak orang menyebut dengan klancing, klanceng, lonceng, teuweul (Sunda), gala-gala (lilin lebah) dengan nama ilmiah Apis Trigona banyak ditemui di hutan-hutan Kalimantan.
“Tujuannya adalah bagaimana lembaga filantropi ini dalam mengelola dana ziswaf (zakat, infak, dan sedekah) tidak hanya dengan memberikan kebutuhan penerima manfaat, namun juga dengan pemberdayaan ekonomi. Kita pilih sebuah pemberdayaan usaha yang bisa dijadikan sambilan, yaitu budidaya madu kelulut,” jelas pak Puji saat tim Dompet Dhuafa Pusat menyambangi program ini pada Kamis (10/11/2022).
Program pemberdayaan ini mulai berjalan pada Bulan April 2022. Sebelum itu, tim Dompet Dhuafa Kalteng sudah mulai menanam berbagai macam tanaman sebagai sumber pakan lebah sejak September 2021. Tamanan yang ditanam adalah tanaman yang bisa berbunga sepanjang tahun. Di antara tanaman yang ditanam adalah bunga kaliandra merah, air mata pengantin, laliandra paguda, galam, bunga krokot, matahari mini, markisa, juga tanaman tanaman buah.
Total dari dana yang cair digunakan untuk membeli sejumlah 110 log kayu (rumah koloni lebah kelulut). Sedangkan peternak yang menjadi penerima manfaatnya berjumlah 5 (lima) orang. Maka, setiap orang mendapatkan amanah untuk mengelola 20 log. Mereka adalah para guru di Sekolah Sahabat Alam, di Jl. RTA Milono No.km. 4, Langkai, Kec. Pahandut, Kota Palangka Raya, Kalimantan Tengah, tempat pemberdayaan ini berada. Kemudian, sebanyak 10 log sisanya dikelola oleh para siswa kelas 6 sebagai bentuk pembelajaran beternak sekaligus belajar berwirausaha.
Dipilihnya guru sebagai penerima manfaat adalah dengan alasan “Peningkatan Kesejahteraan Guru”. Lima guru ini dipilih dari total 42 karyawan dan guru di sekolah ini karena mereka yang paling lama mengabdi.
Pengadaan program pemberdayaan ini dirasa sangat tepat waktunya. Di kala pandemi, permintaan madu menjadi meningkat. Hal itu semakin menjadikan para peternak semangat untuk budidaya dengan maksimal. Tentu hal ini juga didukung oleh berbagai pihak yang terlibat dalam pendampingan pemberdayaan ini.
Kini, para penerima manfaat sedang dalam tahap pembelajaran pemecahan koloni lebah. Cara pemecahan koloni ini dibimbing oleh pak Budi, seorang tutor madu profesional. Harapannya, tahun depan dapat memecah hingga 50 koloni. Sehingga jumlah log akan bertambah menjadi 160 log, dengan penambahan penerima manfaat sebanyak 10 peternak baru.
Baca Juga: Peran Zakat dalam Budidaya Madu Masyarakat Bontocani
Sejalan dengan berkembangnya program budidaya ini, berbagai masalah pun kerap dialami. Salah satu kendala pada budidaya ternak madu ini adalah hama-hama yang menyerang, seperti semut, cicak, katak, dan lebah besar. Paparan matahari pun juga dapat berpengaruh pada kenyamanan koloni lebah.
“Kendala budidaya ternak madu adalah hama-hama yang menyerang, seperti semut, cicak, katak, dan lebah besar. Paparan matahari juga dapat berpengaruh kepada kenyamanan koloni,” sebut Puji. (Dompet Dhuafa / Muthohar)
Baca Lanjutannya: Tingkatkan Kesejahteraan Guru melalui Budidaya Madu Kelulut (Bagian Dua)