MALAKA, NUSA TENGGARA TIMUR — Sebagai upaya meningkatkan minat baca anak-anak sekolah di Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur, Dompet Dhuafa bersama PT Bank BTPN Tbk kembali menjalin kolaborasi, menghadirkan Program Ceruk Ilmu. Pada Senin (11/11/2024), Dompet Dhuafa bersama PT Bank BTPN Tbk melancarkan program ini di empat sekolah, yaitu MI Al-Qadr Betun, MTS Al-Qadr Betun, SD Inpres Betun, dan SMPN Kletek.
Program Ceruk Ilmu menjadi program yang digagas oleh Great Edunesia (Mitra program Dompet Dhuafa bidang pendidikan) untuk meningkatkan budaya literasi bagi anak-anak usia sekolah. Kerja sama antara Dompet Dhuafa dan BTPN pada program ini sudah terjalin lama dalam beberapa tahun sebelumnya dengan menyasar sekolah di daerah-daerah terpencil.
Pemilihan Kabupaten Malaka sebagai lokasi program ini mengingat akan tingginya angka putus sekolah dalam beberapa tahun terakhir. Diharapkan, dengan adanya Program Ceruk Ilmu, minat belajar siswa dapat meningkat dan angka putus sekolah dapat ditekan. Menurut data Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kabupaten Malaka tahun 2021, putus sekolah di Kabupaten Malaka didominasi oleh jenjang pendidikan dari tingkat SD, SMP, dan SMA. Masalah putus sekolah ini dapat menjadi penghambat dalam perkembangan pembangunan manusia.
Baca juga: Bedah Buku Matahari di Atas Rante Mario, Dorong Literasi Sejarah Kemerdekaan Indonesia
Sebagai penunjang bacaan siswa-siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah (dikdasmen) di empat sekolah tersebut, kedua pihak itu menyumbangkan sebanyak 772 buku bacaan yang bervariasi. Buku-buku tersebut bukanlah buku pelajaran, melainkan buku dengan kategori-kategori lain.
Untuk jenjang SD, buku yang diberikan adalah buku-buku tentang biografi profesi, buku bacaan bergambar, buku ensiklopedia anak, buku cerita fabel, buku kisah Nabi, buku biografi tokoh dan buku cerita sains serta masih banyak lainnya.
Sementara kategori buku yang diberikan untuk siswa jenjang SMP/MTs, yaitu berupa buku novel, buku biografi tokoh nasional dan internasional, buku sains, dan buku pengembangan diri. Buku-buku ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan dan minat baca bagi para siswa.
Buku-buku itu, berikut juga dengan rak serta karpet puzzle yang diberikan, oleh pihak sekolah kemudian diletakkan di sudut ruang kelas.
Selain itu, terdapat pula buku-buku bacaan untuk guru, berupa cara bagaimana mengajar kreatif dan membangun growth mindset. Di samping memberikan buku, Dompet Dhuafa juga menyelenggarakan seminar bertajuk “Membangun Budaya Literasi” bagi guru-guru dari keempat sekolah tersebut. Pelatihan ini bertujuan untuk membekali para guru dengan keterampilan dalam menciptakan budaya literasi di sekolah.
“Menciptakan budaya literasi dalam suatu masyarakat atau suatu sekolah, tidak cukup hanya memberikan buku kepada mereka. Justru itu hanya bagian kecil saja. Yang lebih penting dari itu adalah membangun paradigma literasi, khususnya bagi guru. Dengan begitu, para guru selanjutnya dapat menularkannya kepada siswa-siswanya,” jelas Asep Ihsanuddin, pemateri seminar “Membangun Budaya Literasi”.
Maka itu, pelatihan dalam rangka membangun budaya literasi ini sangat penting, mengikuti dibagikannya sejumlah buku bacaan kepada sekolah-sekolah.
Hasairi Arnas, Digital Fundraising Dompet Dhuafa dalam sambutannya menyampaikan, kerjasama antara Dompet Dhuafa dan BTPN melalui program Ceruk Ilmu ini mengharapkan dapat memberikan dampak positif bagi peningkatan kualitas pendidikan di Kabupaten Malaka.
“Dengan adanya program ini, diharapkan minat baca siswa semakin meningkat dan pada akhirnya berdampak pada peningkatan prestasi belajar,” ucapnya.
Baca juga: Dompet Dhuafa dan Tempo Bantu Tingkatkan Literasi Jenjang Pendidikan Dasar
Sementara itu, Suryanti, Kepala Sekolah MTs Al Qadr, Betun, menyambut baik bantuan ini. Pihaknya mengaku bahwa ketersediaan buku di sekolahnya masih begitu minim. Karena untuk pengadaan, sekolah hanya mengandalkan dana dari BOS. Itu pun hanya mungkin terbeli beberapa saja. Sementara siswa saat ini ada sebanyak 58 siswa. Ia juga mengatakan bahwa pengadaan buku terakhir adalah dua tahun yang lalu. Padahal, siswa-siswa sudah mulai memiliki minat baca yang cukup tinggi, begitu juga guru-gurunya.
“Sekolah memiliki antusias yang tinggi terhadap literasi. Setiap guru ditanamkan agar harus melakukan kegiatan membaca bersama siswa setiap hari,” ungkap guru pengajar mata pelajaran PKN dan IPS di Kelas 8 itu.
Menurut Suryani, antusias itu meningkat lantaran adanya satu pola kebiasaan yang secara konsisten diterapkan setiap hari di sekolah, yaitu program baca 15 menit. Ini didapatkan dari salah satu intervensi oleh guru Sekolah Literasi Indonesia (SLI) Dompet Dhuafa yang beberapa tahun lalu pernah ke MTs Al Qadr.
Buku-buku yang dimiliki MTs Al Qadr, biasanya disimpan di sebuah lemari yang menyatu dengan ruang laboratorium. Selain itu, beberapa buku juga ada yang ditempatkan di pojok-pojok kelas sebagai bentuk program pojok baca yang dulu pernah digagas oleh salah satu guru SLI.
“Semoga dengan ini, dapat membantu meningkatkan daya tarik anak untuk membaca Bukan hanya menulis dan membaca, namun juga bagaimana menganalisis, menyampaikannya kembali dan mengaplikasikan nilai-nilainya,” pungkasnya. (Dompet Dhuafa)
Teks dan foto: Riza Muthohar
Penyunting: Dhika