JAWA BARAT — Setiap pagi, Untung bangun sebelum Subuh. Dengan cekatan, ia menyiapkan dagangan pisangnya. Motor modifikasinya yang sudah seperti sahabat setia, siap membawanya berkeliling desa. Tak jarang, ia harus melewati jalanan yang rusak dan bergelombang. Namun, dengan semangat juang yang tinggi, ia tetap melaju. Baginya, setiap rintangan adalah tantangan yang harus dilewati.
Di balik senyum lebar dan semangat juang, seorang pria bernama Mas Untung Gandasari (42) itu membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk meraih mimpi. Dunia menyambut kedatangan Untung dengan cara yang berbeda. Sejak lahir, ia sudah harus beradaptasi dengan kehidupan tanpa sepasang kaki. Namun, keterbatasan fisik ini tak pernah membatasi mimpinya. Di tengah pandangan miring masyarakat, Kang Untung, begitu orang kerap menyapanya, tumbuh menjadi sosok yang tangguh dan penuh semangat.
Beruntung, Untung di tengah keterbatasannya, tumbuh dalam lingkungan keluarga yang penuh kasih sayang dan dukungan. Ia adalah anak keempat dari delapan bersaudara. Baginya, keluarga menjadi benteng pertamanya, memberikan semangat dan dorongan untuknya untuk terus berusaha. Meski juga seringkali merasakan perbedaan perlakuan dari lingkungan sekitar. Itu tak begitu ia hiraukan. Orangtuanya selalu memberikan dukungan tanpa syarat, menanamkan semangat pantang menyerah, dan mengajarkannya untuk melihat keterbatasan sebagai sebuah anugerah.
Baca juga: 12 Keluarga Tangguh di Riau Mendapat Modal dan Dampingan Usaha
Rasa ingin tahu yang begitu besar mendorong Kang Untung untuk terus mencoba hal-hal baru. Ia ingin membuktikan pada dirinya sendiri dan orang lain bahwa ia mampu melakukan apa saja. Saat teman-temannya bermain sepak bola, Untung memilih untuk memperbaiki motor atau bermain dengan mainan mobil-mobilan. Minatnya pada mesin dan kendaraan sudah terlihat sejak kecil.
Dengan dukungan keluarga dan semangat yang tak pernah padam, Kang Untung tumbuh menjadi anak yang cerdas dan kreatif. Ia menghabiskan waktu luangnya dengan mengamati ayahnya yang kerap memperbaiki mobil angkot. Dari ayahnya, ia belajar banyak tentang mesin dan cara kerjanya. Tanpa sadar, benih-benih kecintaannya pada dunia otomotif mulai tumbuh dan berkembang.
“Dulu waktu kecil itu sering ikut ayah bongkar-bongkar mobil angkot. Dari situ sedikit paham tentang mesin-mesin otomotif,” ucap Untung, Senin (23/09/2024), saat ditemui di rumahnya.
Dengan semangat yang membara, Kang Untung memulai perjalanannya untuk meraih kesuksesan. Namun, jalan yang dilaluinya tidak selalu mulus. Ia harus berjuang dari nol, menghadapi berbagai tantangan dan rintangan yang menghadang.
Sebelum sampai pada titik sekarang ini, pria dengan pendidikan terakhir SMP itu dulu bekerja di sebuah pabrik garmen sebagai operator pasang kancing baju. Ia memulainya sejak tahun 2008, atau saat usia 26 tahun. Enam tahun berjalan, pada tahun 2013, ia tak lagi melanjutkan pekerjaannya di tempat itu. Hingga ia bertemu dengan Nining Sariningsih, perempuan yang dipersuntingnya menjadi istri sebagai teman hidupnya.
“Waktu pertama awal-awal masuk kerja di garmen tuh, orang-orang pada ngelihatin gitu kan. Kayak gimana kerja tanpa kaki gitu ‘kan? Nah, tapi ‘kan ternyata lumayan bagus juga hasilnya,” ucapnya.
Dari garmen, ia kemudian beralih bekerja di pabrik pembuatan boneka manekin. Hingga pada tahun 2016, ia akhirnya memutuskan untuk berdagang saja. Hal yang terpikir di benaknya adalah berjualan pisang. Ini terinspirasi dari salah satu saudaranya yang juga memiliki dagangan yang sama. Memiliki hanya sedikit modal untuk memulai usahanya, ia berkeliling kampung dengan sepeda motor hasil modifikasi, menjajakan pisang dagangannya dari rumah ke rumah. Tak jarang, ia harus menerima penolakan dari calon pelanggan. Namun, ia tak menyerah. Ia terus berusaha mencari cara untuk meningkatkan penjualan.
Baca juga: Progam Keluarga Tangguh, Pacu Usaha Kecil Untuk Bangkit
Hingga keberuntungan pun kembali datang. Allah mempertemukannya dengan Dompet Dhuafa. Atas kegigihan dan semangat Kang Untung sebagai pejuang keluarga tangguh, Dompet Dhuafa memberikannya modal untuk meningkatkan usaha pisangnya.
“Waktu itu oleh Dompet Dhuafa dikasih modal untuk jualan. Alhamdulillah ada peningkatannya gitu kan. Dulu kan pertama kan belanja sedikit-sedikit karena modalnya belum ada. Kemudian ada modal dari Dompet Dhuafa jadinya bisa lebih banyak. Karena modal ini adalah dari zakat, saya pun punya tanggung jawab yang besar untuk benar-benar menjadikannya bermanfaat,” ceritanya.
“Kalau dulu mah rata-rata saya dapat paling Rp50.000 gitu sehari. Karena modalnya banyak, jadi sekarang sih alhamdulillah dapat Rp150.000 sehari. Paling kecil Rp100.000 lebih lah gitu,” lanjutnya.
Dari hasil berjualan pisang keliling, Kang Untung mampu membiayai dua anak perempuannya sekolah. Ia sangat sadar bahwa pendidikan itu sangat penting. Meski dirinya hanya tamatan SMP, ia ingin anak-anaknya kelak mampu mengenyam pendidikan tinggi hingga perguruan tinggi.
Di samping itu, ia juga terpikir untuk kembali mengasah keterampilannya dalam mengotak-atik produk-produk otomotif. Maka itu, ia mengisi waktu setelah berjualan pisang dengan membuka jasa servis kendaraan bermotor. Seiring berjalannya waktu, minat Kang Untung pada dunia otomotif makin terasah. Tak terhitung pasti berapa jumlah motor yang berhasil ia perbaiki sendiri. Keterampilannya dalam mengutak-atik mesin pun kian meningkat. Kegigihannya dalam menawarkan jasa ini kemudian bermuara pada pekerjaan di sebuah bengkel motor sederhana dimulai pada tahun 2022, berlokasi tak jauh dari rumahnya di Bogor Utara, Kota Bogor, Jawa Barat.
Meski begitu, tidak semua orang percaya dengan kemampuannya. Banyak yang meragukan apakah seorang pria tanpa kaki bisa memperbaiki motor. “Banyak yang bilang, kamu bisa apa sih? Ngapain coba-coba jadi mekanik?” kenang Kang Untung. Namun, komentar-komentar negatif itu justru menjadi motivasi baginya untuk membuktikan bahwa dirinya mampu.
Baca juga: Bantu Perekonomian Keluarga, Ibu Tangguh Ini Rela Melaut
Dengan tekad yang kuat, Kang Untung terus belajar dan berlatih. Ia mencari informasi tentang perbaikan motor dari berbagai sumber, baik itu buku, majalah, maupun internet. Ia juga tidak segan bertanya kepada mekanik yang lebih berpengalaman. Dalam kasus ini, Dompet Dhuafa pun tak tinggal diam. Berkat dana zakat yang dipercayakan oleh para muzaki, Lembaga Pelayan Masyarakat (LPM) Dompet Dhuafa memberikan Kang Untung beberapa alat perbengkelan. Ini sebagai upaya untuk menunjang usahanya dalam dunia otomotif.
“Waktu itu kompresor di bengkel rusak. Kebetulan sekali Dompet Dhuafa memberikan bantuan ini. Ditambah lagi beberapa sparepart. Jadi ngebantu banget gitu,” ucapnya sambil menunjukkan alat kompresor dari Dompet Dhuafa.
Awalnya, pelanggannya hanya beberapa orang teman dan tetangga. Namun, seiring berjalannya waktu, nama Kang Untung makin dikenal karena ketelitian dan kejujurannya. Pelanggannya pun makin bertambah. Tak hanya memperbaiki motor, Kang Untung juga kerap memberikan saran dan tips perawatan motor kepada pelanggannya.
Selain menekuni dunia dagang dan otomotif, Kang Untung ternyata memiliki passion lain. Suatu hari, Kang Untung mendapat kesempatan untuk mengikuti pelatihan panahan. Minatnya dalam olahraga cabang panahan muncul sejak tahun 2019. Awalnya, ia hanya mencoba-coba. Namun, siapa sangka, bakatnya dalam olahraga ini cukup menonjol. Ia pun tergabung dalam National Paralympic Committee of Indonesia (MPCI). Dengan tekun berlatih, Kang Untung berhasil meraih prestasi yang membanggakan. Ia berhasil meraih medali perak dalam sebuah kompetisi panahan tingkat regional se-Jawa Barat, yaitu pada Peparda VI tahun 2022 di Bekasi.
Prestasi yang diraihnya dalam bidang olahraga makin menambah semangatnya untuk terus berkarya. Kang Untung telah membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukanlah halangan untuk meraih prestasi. Ia menjadi inspirasi bagi banyak orang, terutama bagi mereka yang memiliki keterbatasan fisik. Ia bahkan berencana menargetkan medali emas pada Peparda VII yang akan datang.
Perjalanan hidup Kang Untung penuh dengan lika-liku dan tantangan. Namun, dengan semangat juang yang tak pernah padam, ia berhasil membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk meraih kesuksesan. Kisahnya menjadi inspirasi bagi banyak teman-temannya, terutama mereka yang memiliki keterbatasan.
Baca juga: Chiki Fawzi: Lagu Belukar Dunia, Terinspirasi Relawan Dompet Dhuafa
Motivasi terbesarnya untuk terus bangkit dan berkembang berawal karena tidak mau menyusahkan orangtua. Tak ubahnya sekarang. Kini motivasi terbesarnya adalah juga untuk keluarga. Ia ingin memenuhi semua kebutuhan keluarganya, hingga tak merasa memiliki kekurangan.
“Waktu sebelum nikah, pengin ngerasain kerja gitu kayak orang-orang. Saya nggak mau membebani orang tua. Terus, saya gabung komunitas disabilitas jadi semakin termotivasi karena teman-teman di sana juga pada kerja. Kalau sekarang motivasi saya masih sama untuk keluarga. Biar bisa ngangkat nama orang tua saya. Terus, anak-anak saya tidak kesusahan. Untuk keluarga yang paling penting. Saya bersyukur sekali sekarang saya sudah ada bidadari-bidadari cantik di rumah ini,” ucapnya.
Harapan Kang Untung untuk masa depan sangat sederhana. Ia ingin terus mengembangkan usahanya, memberikan kehidupan yang lebih baik bagi keluarganya, dan menginspirasi lebih banyak orang. Ia juga berharap agar masyarakat dapat lebih menghargai dan menerima keberadaan penyandang disabilitas.
“Saya ingin membuktikan bahwa orang dengan disabilitas juga bisa berkontribusi bagi masyarakat. Saya berharap kisah saya bisa menginspirasi banyak orang untuk terus berjuang dan meraih mimpi,” ujarnya.
Kisah Kang Mas Untung Gandasari mengajarkan kita bahwa kesuksesan tidak hanya diukur dari materi, tetapi juga dari perjuangan dan kepuasan batin. Dengan semangat yang tak pernah padam, kita semua bisa mengatasi segala rintangan dan mencapai tujuan hidup kita. Semangat dan dukungan lah yang menjadikan Kang Untung dan orang-orang sepertinya dapat terus berjuang, bahkan melebihi yang normal. (Dompet Dhuafa)
Teks dan foto: Riza Muthohar
Penyunting: Dhika Prabowo