JAKARTA – Dalam rangka memeriahkan kegiatan Filantropi Festival 2022, Dompet Dhuafa yang tergabung dalam Klaster Filantropi Lingkungan Hidup dan Konservasi menggelar Talkshow bertajuk “Bumiku Asik Tanpa Sampah Plastik”, pada Senin (6/6 2022) secara daring. Acara ini digelar dalam rangka memeringati Hari Lingkungan Hidup Sedunia yang jatuh setiap 5 Juni 2022. Dengan mengangkat tema “Only One Earth”, Dompet Dhuafa ingin menjadikan momentum ini sebagai ajakan kepada masyarakat untuk terus menjaga bumi satu-satunya tempat manusia hidup. Salah satunya adalah dengan menjaga lingkungan ini dari sampah plastik.
Hadir sebagai narasumber pada talkshow ini adalah KH Wahfiudin Sakam SE MBA selaku Wakil Ketua Komisi Pendidikan dan Kaderisasi MUI Pusat, Hening Parlan selaku Ketua Divisi Lingkungan Hidup LLH PB PP ‘Aisyiyah, dan Arif R Haryono salaku GM Advokasi & Aliansi Strategis Dompet Dhuafa.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) telah mengeluarkan surat edaran nomor SE.2/PSLB3/PS/PLB.0/7/2019 tentang Pelaksanaan Hari Raya Idul Adha Tanpa Sampah kepada seluruh pemerintah daerah di Indonesia. Imbauan yang dilayangkan oleh KLHK tersebut disambut baik oleh setiap kepala daerah untuk melarang warganya menggunakan kantong plastik sebagai wadah daging kurban.
“Surat edaran yang dikeluarkan oleh KLHK bersifat imbauan di mana kita mendorong dan melaksanakan pembagian daging kurban tanpa kantong plastik. Hal ini sebagai salah satu wujud implementasi program pengurangan dan penanganan sampah melalui keterlibatan masyarakat,” ujar Novrizal Tahar selaku Direktur Pengelolaan Sampah KLHK.
Pertumbuhan penduduk yang pesat akan ada kaitannya dengan konsumsi pangan dan energi. Pengaruh urbanisasi juga membuat orang-orang menumpuk di kota, mengakibatkan aktivitas semakin banyak dan konsumsi sampah menjadi meningkat. Komposisi sampah berdasarkan sumber sampah sebanyak 40.8% berasal dari limbah rumah tangga, sebanyak 18.3% berasal dari pusat perniagaan, kemudian 17.1% berasal dari pasar tradisional dan lain-lain. Sedangkan komposisi sampah berdasarkan jenis sampah sebesar 29.2% merupakan sisa makanan dan 15.4% adalah sampah plastik.
KH Wahfiudin Sakam, SE., MBA. selaku wakil Ketua Komisi Pendidikan dan Kaderisasi MUI Pusat mengatakan bahwa pengelolaan sampah bisa menggunakan dana fiskal dan moneter yang diatur oleh negara. Di samping itu ada tambahan dari dana partisipasi masyarakat (Zakat & Wakaf) yang dikelola oleh lembaga-lembaga sosial pemerhati lingkungan salah satunya Dompet Dhuafa. Penyaluran zakat ini tidak hanya pada program konsumtif, tapi juga pada program produktif dan pemberdayaan.
“Banyak pengangguran dan banyak sampah. Dengan pola tersebut (zakat dan wakaf) ada peluang untuk membentuk Value Chain dan Economic Chain dengan menciptakan teknologi pengelolaan sampah yang dapat menyerap tenaga kerja. Hidup secara dewasa dan bertanggung jawab atas diri sendiri, keluarga, generasi, lingkungan, dan bertanggung jawab kepada tuhan di akhirat nanti,” terangnya.
Jaringan relawan Dompet Dhuafa, Dompet Dhuafa Volunteer (DDV), dari Aceh hingga Papua berkolaborasi dengan Klaster Lingkungan Filantropi Indonesia dan organisasi perempuan ‘Aisyiyah Muhammadiyah. Kolaborasi ini tak lain adalah untuk melanjutkan gerakan edukasi kepada masyarakat dalam upaya mengganti plastik menjadi kemasan ramah lingkungan untuk menyambut momentum Idul Adha. DDV yang yang kini telah memiliki anggota sebanyak 18.000-an juga akan terus mengajak organisasi-organisasi lain untuk turut terlibat dalam kolaborasi ini.
“Untuk mengubah pola sadar lingkungan ada tiga yang harus dilakukan, yaitu: membangunkan ruh, melihat budaya yang ada di sekitar kita, dan dekati pemangku kebijakan untuk membuat reward dan punishment. Sukses tak bisa sendiri, mari berkolaborasi,” ucap Hening Parlan, Ketua Divisi Lingkungan Hidup LLH PB, PP ‘Aisyiyah.
Menurut Arif R Haryono selaku GM Advokasi & Aliansi Strategis Dompet Dhuafa, pada kesempatan yang sama mengatakan hasil penalarannya, bahwa plastik memiliki hubungan dengan kemiskinan. Plastik adalah bahan yang para pemakainya adalah masyarakat menengah ke bawah. Mirisnya lagi, Indonesia menjadi negara penghasil sampah plastik tertinggi setelah Tiongkok. Persoalan sampah harus dimulai dari masing-masing individu untuk keberlangsungan hidup generasi-generasi berikutnya.
“Penggunaan plastik memiliki hubungan dengan angka kemiskinan. Kantong plastik masih menjadi gaya hidup masyarakat menengah kebawah. Indonesia adalah negara penghasil plastik tertinggi di dunia setelah Tiongkok. Persoalan sampah bukan generasi kita saja tapi akan berdampak ke generasi mendatang, ayo ubah pola pikir, prilaku dan kebijakan, agar sampah yang ada bisa kita kurangi dan recycle bersama,” ujarnya.
Sangat disayangkan jika momentum keagamaan justru meningkatkan sampah plastik, termasuk adalah hari Raya Kurban Idul Adha. Penggantian kemasan daging dengan bahan-bahan alami seperti daun dapat memberikan manfaat bagi lingkungan dan keamanan kualitas daging dari bahan kimia berbahaya yang ada pada plastik. Perlu adanya kolaborasi pemerintah, swasta dan masyarakat untuk pengelolaan sampah, masyarakat mengubah prilaku, swasta mensupport fasilitas, dan pemerintah mengatur regulasi insentif untuk masyarakat.
“Kita lahir di bumi, maka wajib bertanggungjawab dengan bumi jika ada tanggung jawab maka ada kehati-hatian dalam bertindak,” imbuh Ustadz Wahfiudin. (Dompet Dhuafa / Muthohar)