Yudi Latif: Kebermanfaatan dan Inovasi Entrepreneurship dalam Pengabdian Dompet Dhuafa

Prof Yudi Latief

JAKARTA — Dalam setiap langkah perjalanan, kita akan mampu menemukan makna yang mendalam saat kita memahami bahwa kehidupan sebagai panggung untuk menciptakan sesuatu yang bermakna, berkembang sebagai individu, dan memberikan kontribusi positif kepada dunia sekitar.

Esensi sejati dari kehidupan terbentuk melalui kebermanfaatan bagi sesama. Sebuah prinsip mendasar yang membimbing setiap insan untuk menjalani perjalanan hidup dengan penuh makna dan memberikan kontribusi positif kepada orang lain.

Ya, itulah paparan seorang cendekiawan, Yudi Latif, dalam Pelantikan dan Sertijab Pengurus Organ Yayasan Dompet Dhuafa Republika Periode 2024-2029 di Gedung Filantropi Dompet Dhuafa, Jakarta, Selasa (2/1/2023).

Prof Yudi Latief
Yudi Latif, Anggota Dewan Pembina Dompet Dhuafa.

Baca juga: Susunan Pengurus Baru, Upaya Dompet Dhuafa Jadi Organisasi Tangguh dan Adaptif

“Nilainya bukan soal di mana, tapi seberapa besar manfaatnya di dunia ini, dan Dompet Dhuafa adalah arena untuk memberi ruang bagi kita untuk bermanfaat bagi banyak orang. Maka mari kita nikmati ini, kita jalankan amanah ini dengan smiling karena ini tugas mulia, memberi manfaat bagi banyak orang,” ungkap Yudi Latif.

Dalam paparannya, Yudi menjelaskan bahwa tantangan utama kemakmuran Indonesia dapat diatasi melalui kemampuan entrepreneurship yang inovatif. Bagaimana memberikan peluang bagi pertumbuhan ekonomi inklusif dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

“Tentang human capital ini menjadi penting untuk kemakmuran. Itu namanya entrepreneurship, yaitu kemampuan untuk mengelola sumber daya menjadi sesuatu yang berfungsi,” tambahnya.

Prof Yudi Latief

Pengertian entrepreneurship secara etimologis berasal dari bahasa Perancis, yakni entreprendre, artinya berusaha. Ia menuturkan, Dompet Dhuafa bukan hanya sekadar lembaga pengumpul dana Ziswaf, tapi sebagai wadah untuk menyebarluaskan daya entrepreneurship di seluruh jantung kehidupan.

Menurut Yudi, entrepreneurship bukan berarti produk, tetapi sebuah kemampuan menjadikan sesuatu menjadi berfungsi.

Baca juga: Parni Hadi Ajak Para Influencer Ciptakan Gagasan-Gagasan Pemberdayaan

“Oleh karena itu entrepreneurship bukan berarti produk, entrepreneurship juga termasuk ke dalam kemampuan menata kelola, continuous improvement itu menjadi penting. Makanya, kenapa sekarang kita coba trial dan error, ubah sistem tata kelola di Dompet Dhuafa, itu juga bagian dari entrepreneurship, sesuatu yang tadinya tidak berfungsi jadi berfungsi,” ujar Yudi.

Melalui entrepreneurship, ada sebuah upaya untuk terus melakukan continuous improvement lewat gagasan yang lebih inovatif.

“Kita terus melakukan yang namanya continuous improvement. Kita jangan berdiri di zona nyaman, karena air yang menggenang, kata Imam Syafi’i, itu menjadi penyakit, harus hadir mengalir. Tuhan memberi kita anugerah yang tak bertepi, jadi sepertinya anugerahnya luar biasa,” tambahnya.

Prof Yudi Latief

Lebih lanjut, menurut Yudi Latif, ada sesuatu yang lebih jauh tentang kemiskinan bahwa orang miskin itu tidak memiliki akses akan informasi. Untuk mengetahui bagaimana teknik budi daya yang baik, tidak mengetahui caranya mencari, mengolah, dan melahirkan pupuk-pupuk baru yang bisa diproduksi sendiri.

“Isu human capital itu seberapa kuat manusia itu bisa menciptakan creative thinking. Kemampuan untuk menggunakan daya pikiran untuk mengolah karunia yang ada dengan semangat entrepreneurship itu,” tambahnya.

Baca juga: Chappy Hakim Tanamkan Karakter Kuat pada Siswa SMART Ekselensia Indonesia

Yudi Latif menilai, Dompet Dhuafa telah berhasil menghasilkan pengetahuan, daya pikir, dan kemampuan entrepreneurship. Sehingga, lebih dari sekadar pemberdayaan yang sifatnya hanya materi.

“Itu menjadi satu gerakan yang masif. Kita secara kolektif bisa naik tingkat. Sehingga, kebahagiaan untuk berinvestasi ke akhirat juga lebih tinggi dan akhirnya kita tahu bahwa sebaik-baiknya manusia itu, manusia yang paling bermanfaat bagi banyak orang.”

“Karena satu kunang-kunang menyala di kegelapan, itu berkelip-kelip, tapi kalau satu juta kunang-kunang menyala serempak, punya satu gerakan kebaikan bersama, itu akan menjadi lautan cahaya. Jadi mudah-mudahan dengan kita membentuk pohon faktor, kita menggerakan banyak inisiatif untuk kesadaran dan kebahagiaan bersama,” pungkasnya. (Dompet Dhuafa/Anndini)