Edah, Pendidik Ulung dari Ujung Barat Jawa (Bagian Tiga)

SIARAN PERS, PANDEGLANG, BANTEN — Tidak terasa, siang hari kini telah menjadi sore. Bu Edah menutup kelas dengan doa, yang diikuti dengan semangatnya oleh para siswa-siswi yang lugu tersebut. Satu per satu dari mereka dengan takzim mencium tangan Bu Edah tanda hormat. Lalu berlari berhamburan keluar kelas menuju rumahnya masing-masing. Di pojok sekolah ada bale kecil, tempat berteduh siapapun yang ingin beristirahat. Sore hari di Kampung Cipetey, Bu Edah kembali menceritakan kisahnya.

“Anak-anak disini itu cerdas-cerdas, pak, suka sekali belajar disini. Saya selalu berfikir bagaimana anak-anak ini bisa tumbuh dengan karakter dan ahklak yang baik ,” tukas Edah.

Bila diamati, memang para siswa nampak senang mengikuti pelajaran. Walau sekolah di wilayah pedalaman, mereka tidak tumbuh jadi anak yang pemalu. Namun juga, tidak juga menjadi anak yang terlalu ekspresif sehingga mengacau kelas. Lebih dari sekedar belajar, MDTA Anwarul HIdayah rupanya sudah menjadi laboratorium bagi anak-anak setempat untuk menempa karakter mereka sejak dini. Ada beberapa metode yang diterapkan Edah pada siswanya agar mereka bisa lebih percaya diri.

“Disini itu ada istilah ‘ngaleseng’, kalau di istilah arab itu muhadoroh atau khutbah. Anak-anak itu suka sekali kalau ada ngaleseng, dari sana anak-anak belajar ngomong di depan umum, jadi nggak malu-malu,” tambah Edah.

Baca Juga: http://dompetdhuafa.org/id/berita/detail/Edah–Pendidik-Ulung-dari-Ujung-Barat-Jawa–Bagian-Satu

Rutin setiap pekan sekali, Bu Edah mengadakan ngaleseng untuk mengasah karakter muridnya. Semua itu tak bisa didapatkan murid di sekolah formal mereka. Lagi pula, di sekolah formal, para siswa tidak mendapatkan pelajaran kisah para nabi, dongeng sahabat yang melegenda, dan beberapa pelajaran lain yang tentu menarik bagi mereka. Melalui metode itu, Edah dan guru lain memberikan contoh karakter yang baik untuk bisa murid teladani.

Selain Bahasa arab, anak-anak di desa tersebut juga belajar Bahasa Indonesia. Sering orang tua dibuat kagum karena anak-anak mereka lebih suka bercerita pengalaman belajar di MDTA dibanding di kelas formal seperti di SD atau MI.

“Anak saya itu kalau pulang sekolah, pengennya langsung mandi terus belajar lagi di Bu Edah (MDTA Anwarul Hidayah). Kalau selesai belajar, malamnya suka cerita pas sekolah sorenya itu,” aku Julaeha, salah satu orang tua siswa.

Baca Juga: http://dompetdhuafa.org/id/berita/detail/Edah–Pendidik-Ulung-dari-Ujung-Barat-Jawa–Bagian-Dua

Matahari hampir redup di Desa Cipeteuy, Bu Edah masih terus memandangi bangunan kelas tempat dulu ia belajar dan kini ia mengajar. Lucu melihat ekspresinya ketika awal mula tim Dompet Dhuafa bertamu menawarkan progam Milenial Bangun Sekolah.

“Merinding saya pak, ngilu tubuh saya dengar kabar itu,” begitu ucapnya.

Memang tak pernah dibayangkan bagi Edah, sekolah itu nantinya akan direnovasi. Tak bisa ia bayangkan bagaimana gembiranya para murid melihat sekolahnya dipercantik. Ketika mereka belajar tanpa harus menyirami lantai terlebih dahulu agar debu tak mengganggu. Atau saat murid-murid duduk dengan bangku-bangku nyaman sembari mengajukan pertanyaan. Atau ketika mereka saling berebut buku bacaan, bila nantinya disediakan ruang perpustakaan. (Dompet Dhuafa / Foto & Penulis: Zulfana / Editor: Dhika Prabowo)