Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, "Orang Islam itu bersaudara. Ia tidak menganiayanya dan tidak pula membiarkannya teraniaya. Siapa yang menolong keperluan saudaranya, Allah akan menolong keperluannya pula. Siapa yang menghilangkan kesusahan orang lain, Allah akan menghilangkan kesusahannya di hari kiamat. Siapa yang menutup rahasia orang, Allah akan menutup rahasianya di hari kiamat nanti" (HR Bukhari dari Abdullah bin Umar).
Dalam Islam, persaudaran dan solidaritas sesama manusia dan khususnya sesama muslim begitu dijunjung tinggi. Bahkan, persaudaraan dan solidaritas tersebut melebihi dari persaudaraan yang terbentuk dari nasab atau darah keluarga. Dengan adanya ikatan yang kuat, Islam tidak lagi memandang dari mana orang tersebut berasal. Ketika sesama manusia atau sesama muslim membutuhkan bantuan, maka umat Islam wajib untuk membantu. Dengan catatan, bantuan tersebut bukanlah sesuatu yang membawa kemudharatan dan perbuatan yang dapat menyekutukan Allah.
Dalam Islam, pesan-pesan tentang solidaritas pun terus digelorakan, baik yang disampaikan dalam Al-Quran maupun dari teladan Rasululullah SAW. Berikut adalah beberapa pesan Rasulullah SAW tentang solidaritas sesama muslim dan sesama manusia.
- Memuliakan Manusia
Dalam sebuah hadits disebutkan, "Sesungguhnya jenazah pernah dibawa melintasi Rasulullah SAW, lantas beliau berdiri." Beliau ditanya, "Ini jenazah orang Yahudi." Beliau bersabda, "Bukankah ia jiwa?" (HR Muslim, Malik, An-Nasai dan Ahmad)
Dasar dari membangun solidaritas adalah memuliakan sesama manusia. Sikap yang Rasulullah SAW tunjukkan adalah bentuk penghargaan, penghormatan, dan kasih sayangnya kepada sesama manusia. Setiap jiwa secara mutlak adalah sama dan Rasulullah menunjukkan teladan dalam hal tersebut. Jenazah Yahudi , walaupun bukan sesama muslim pun tetap ia hargai.
- Dalam Membantu Tetangga
“Dari Abu Syuraih r.a. bahwa Nabi Muhammad saw. bersabda, “Demi Allah, seseorang tidak beriman; demi Allah, seseorang tidak beriman; demi Allah, seseorang tidak beriman.” Ada yang bertanya, “Siapa itu, Ya Rasulullah?” Jawab Nabi, “Yaitu orang yang tetangganya tidak aman dari gangguannya.” (HR Bukhari).
Solidaritas Islam, tidak dibatasi oleh suku bangsa dan negara. Sejauh apapun batasan wilayah, jika sesama manusia membutuhkan bantuan, maka umat Islam harus mengambil bagian untuk menolongnya. Terlebih jika mereka adalah orang-orang terdekat yang ada di sekitar kita. Tetangga adalah salah satunya, yang merupakan orang terdekat dari sekitar kita.
Jika tetangga kesulitan, maka kitalah orang terdekat yang dapat membantunya. Begitupun sebaliknya, jika kita mengalami kesulitan, maka tetanggalah yang dapat menjadi tumpuan dan tempat mencari pertolongan secepatnya. Solidaritas sesama manusia, ternyata begitu mudah dilakukan. Rasulullah contohkan melalui teladannya dalam membantu dan memuliakan tetangga.
- Solidaritas Kaum Muhajirin dan Anshar
Sejak menginjakkan kaki di Madinah, Rasulullah terus melakukan perubahan dan gebrakan awal untuk membangun masyarakat agar lebih kondunsif. Salah satu yang dilakukan oleh Rasulullah adalah mempererat dan memperkukuh ikatan sosial antarwarga. Tanpa hal tersebut, tentu masyarakat madani tak akan mungkin bisa terwujud.
Mulailah Rasulullah mempersaudarakan Muhajirin dan Anshar. Dalam perjalanan, persaudaraan tersebut bahkan lebih kuat dibandingkan hubungan nasab itu sendiri. Lewat cara tersebut, Rasulullah SAW bahkan berhasil mengatasi krisis keuangan kaum Muhajirin yang datang ke Madinah tanpa membawa apapun selain dari yang mereka kenakan.
Pernah suatu kali, tatkala Nabi dan pasukannya mendapatkan rampasan harta dari Yahudi Bani Nadir, para sahabat Anshar mempertanyakan kebijakan hanya membagi harta itu kepada seluruh kaum Muhajirin, tidak kepada kaum Anshar kecuali hanya kepada dua orang fakir di antara mereka, yaitu Abu Dujanah dan Sahal bin Hunaif.
Nabi menjawab, "Jika kalian mau, bagikan saja rumah-rumah dan harta kalian kepada kaum Muhajirin, lalu kalian bisa ambil bagian dalam harta rampasan ini atau kalian tidak usah membagi harta dan rumah kalian, dan kami tidak membagi harta rampasan ini kepada kalian."
Orang-orang Anshar itu berkata, "Justru kami ingin membagi rumah dan harta kami untuk saudara-saudara kami dan kami lebih mengutamakan mereka untuk mendapatkan harta rampasan itu”. Pantaslah jika Allah mengabadikan sikap mereka dalam firman-Nya, "Dan mereka mengutamakan [orang-orang Muhajirin] atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka sangat memerlukan" (QS Al-Hasyr: 9).
Peristiwa tersebut menunjukkan betapa di masa Rasulullah SAW memimpin, kaum Muhajirin dan Anshar sangat solid bagaikan satu tubuh. Seperti semangat yang disampaikan dalam QS Al-Hujurat ayat 10, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu bersaudara. karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu (yang berselisih) itu dan bertaqwalah pada Allah, agar kamu mendapat rahmat”.
Kini Rasulullah SAW memang telah tiada, tapi pesan dakwahnya tentang solidaritas masih tetap harus kita laksanakan. Solidaritas sesama manusia, khususnya sesama umat Islam dimanapun berada. Kenyataannya saat ini, tidak semua umat Islam di berbagai negara memiliki kemerdekaan dan hak untuk hidup yang layak. Seperti halnya yang tengah dialami oleh saudara-saudara di Palestina, Suriah, dsb.
Semoga, sebagai umat Islam kita selalu menjaga solidaritas sesama manusia dan khususnya sesama muslim di manapun berada.