Rasulullah SAW adalah teladan kita semua yang menunjukkan betapa ia hidup dengan penuh kemuliaan. Baginya, hidup adalah memberikan manfaat untuk sesama, mensyiarkan Islam atau perintah Allah SWT dan menjadi teladan yang baik bagi ummatnya.
Dalam sebuah hadits, terdapat cerita bagaimana Rasulullah SAW hidup dengan hartanya. Rasulullah SAW tidak saja menggunakan dan menyimpan hartanya untuk kebutuhan pribadi dan keluarga. Harta lebih yang ia miliki juga ia gunakan untuk kemaslahatan ummat, apalagi jika itu orang-orang yang membutuhkan. Ia tidak sedikitpun juga mencari harta dengan jalan yang batil.
Abu Sirwa'ah Uqbah bin Al-Harist RA bertutur : "Saya sholat ashar di belakang Nabi SAW di Madinah. Setelah salam, beliau segera bangkit, lalu melangkahi barisan para sahabat untuk menuju ke salah seorang istrinya". Para sahabat pun terkaget atas tergesa-gesaan beliau itu.
Kemudian Nabi kembali keluar menemui mereka dan para sahabat terkejut atas perilaku Rasulullah yang tergesa-gesa itu. Lalu, Nabi pun bersabda : "Aku ingat sepotong emas yang ada pada kami dan aku tidak ingin menahannya, maka aku pun menyuruh membagi-bagikan emas itu".
Betapa Rasulullah bersikap seakan harta adalah beban, sehingga ia tergerak untuk membaginya pada yang membutuhkan. Selain itu, sikap ini pun memuat pesan agar kita melepaskan diri dari segenap sikap cinta duniawi, serta berlomba menuju kebaikan.
Hal ini, sebagaimana firman Allah SWT dalam ayat berikut, "Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan." (QS. Al-Baqarah : 148)
Bagaimana Kita Mencontoh Rasulullah SAW
Sikap dan teladan Rasulullah SAW tersebut, seakan berat untuk kita lakukan. Bagaimana mungkin kita membagikan simpanan apalagi kita pun masih memiliki banyak kebutuhan di masa kini dan masa mendatang. Sering kali keraguan dan pertanyaan tersebut muncul di benak kita.
Tentu Rasulullah SAW melakukan sesuatu tidak terlepas dari kondisi yang melingkupinya. Apa yang ia bagikan kepada ummatnya yang membutuhkan tidak mengurangi tanggung jawabnya terhadap keluarga, istri-istri, dan anak-anaknya. Apalagi, Allah SWT pun menyuruh manusia untuk tidak mendekati kemiskinan dan meninggalkan generasi yang lemah. Rasulullah SAW pun pernah menyampaikan bahwa, kemiskinan sangat dekat kekafiran.
Yang bisa kita ambil dari sikap Rasulullah SAW tersebut adalah tentang bagaimana sikapnya yang tidak terlena dengan nikmat duniawi semata. Ia memikirkan bagaimana hartanya yang ada mampu memberikan manfaat. Tentu dengan prinsip keseimbangan dan pengaturan yang baik.
Jika kita sulit untuk berbagi atau bersedekah dengan jumlah yang besar sekaligus, cobalah untuk memulainya dengan jumlah yang sedikit-sedikit namun sering. Konsisten atau istiqomahlah kita dalam melaksanakannya. Biarlah Allah SWT yang mencatat dan mengetahuinya, sedangkan kita melupakannya.
Hal ini juga seperti yang disampaikan oleh Al Imam Sufyaan Ats Tsauriy, "Apabila engkau berkehendak untuk bershadaqah atau berbuat baik atau beramal shalilh. Maka kerjakanlah sesegera mungkin pada saat itu, sebelumn syaitan datang dan menjadi penghalang antara dirimu dengan itu semuanya".
Selain itu, aturlah juga kehidupan dan kelola finansial kita dengan baik. Jangan sampai keuangan pribadi kita menjadi kacau. Karena jika keuangan kita secara pribadi saja masih berantakan bagaimana mungkin kita bisa memberikan manfaat dan membantu orang lain? Untuk itu, beramal pun butuh ilmu dan pemikiran yang benar. Tidak asal-asalan apalagi tanpa ilmu yang benar.
Apa yang Allah titipkan pada kita sebenarnya adalah suatu rezeki dan nikmat. Semua itu akan menjadi keberkahan jika kita gunakan untuk berbuat kebaikan dan amal shalih. Semoga kita benar-benar bisa meneladani Rasulullah SAW dalam menggunakan hartanya dalam hidup.